tag:blogger.com,1999:blog-26727504340827320482024-03-12T16:56:19.199-07:00keadaan alam geografi wilayah indonesiabangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.comBlogger25125tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-63157259401524146152011-11-27T06:48:00.000-08:002011-11-27T06:48:28.662-08:00Fenomena Kerusakan Hutan Indonesia<h3 class="post-title entry-title" style="background-color: lime; color: red;"> <i><b><a href="http://duniaberkarya.blogspot.com/2010/12/fenomena-kerusakan-hutan-indonesia.html">Fenomena Kerusakan Hutan Indonesia</a></b></i> </h3><div class="post-header" style="background-color: lime; color: red;"> </div><div class="post-body entry-content" style="background-color: lime; color: red;"> <div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Fenomena yang terjadi kebakaran hutan di Indonesia, tidak hanya membahayakan untuk mahluk sekitarnya, tapi juga mendatangkan kerugian yang tidak sedikit. "Pada kejadian kebakaran berskala besar di tahun 1997-98, diestimasikan sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global."....Penyebab utama dari kebakaran hutan dan lahan adalah ulah manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman industri/HTI, perkebunan, pertanian, dan lain-lain.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=5999974550066156541&postID=1177419715016781515" name="more"></a><a href="" name="more"></a><br />
Kebakaran Hutan dan Lahan</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Kebakaran hutan dan lahan seakan sudah menjadi "tradisi" tahunan di Indonesia terutama setiap kali musim kemarau datang. Pada kejadian kebakaran berskala besar di tahun 1997-98, diestimasikan sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Dampak penting dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran. Tercatat sekitar 70 juta orang di enam Negara di lingkup ASEAN terganggu kesehatannya karena menghirup asap yang diekspor dari kebakaran di Indonesia pada tahun 1997-98.<br />
<br />
Penyebab utama dari kebakaran hutan dan lahan adalah ulah manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman industri/HTI, perkebunan, pertanian, dll (lihat Gambar 1). Selain itu, kebakaran diperparah akibat meningkatnya pemanasan global itu - kemarau ekstrim, yang seringkali dikaitkan dengan pengaruh iklim El Niño, memberikan kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Setiap tahunnya dalam musim kemarau, hampir berturut-turut, kejadian kebakaran hutan dan lahan berulang dengan berbagai tingkatan. Pada tahun 2002 dan 2005, kebakaran hutan dan lahan terjadi kembali dengan skala yang cukup besar terutama diakibatkan oleh konversi hutan di lahan gambut.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Dari data yang terkumpul terhitung sejak 1997-98, rata-rata 80% kebakaran hutan dan lahan terjadi di lahan gambut. Data yang dianalisis WWF-Indonesia menunjukkan bahwa di Provinsi Kalimantan Tengah mayoritas kejadian kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2002-2003 terjadi di lahan gambut sedangkan di Provinsi Riau dalam periode tahun 2001-2006, sekitar 67% hotspots (titik panas) terjadi di lahan gambut. Data terakhir berdasarkan pantauan koalisi LSM di Riau, Eyes on the Forest, antara 1-31 Juli 2006, terdapat 56% titik panas yang ditemukan di Provinsi Riau, terdapat pada lahan gambut. Pada periode yang sama, hampir 30% dari titik panas yang terdeteksi di Kalimantan Barat juga terdapat pada tanah gambut.<br />
<br />
Hutan pada lahan gambut mempunyai peranan penting dalam penyimpanan karbon (30% kapasitas penyimpanan karbon global dalam tanah) dan moderasi iklim sekaligus memberikan manfaat keanekaragaman hayati, pengatur tata air, dan pendukung kehidupan masyarakat. Indonesia memiliki 20 juta ha lahan gambut yang terutama terletak di Sumatera (Riau memiliki 4 juta ha) dan Kalimantan. Pondasi utama dari lahan gambut yang baik adalah air. Bila terjadi pembukaan hutan gambut maka hal ini akan mempengaruhi unit hidrologinya. Dengan sifat gambut yang seperti spons (menyerapair), maka pada saat pohon ditebang dan lahannya dibuka, akan terjadi subsidensi sehingga tanah gambut yang sifatnya hidropobik tidak akan dapat lagi menyerap air dan kemudian mengering. Dalam proses ini, terjadilah pelepasan karbon dan sekaligus mengakibatkan lahan gambut rentan terhadap kebakaran yang pada gilirannya dapat menyumbangkan pelepasan emisi karbon lebih lanjut.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Menurut Data Kementerian Lingkungan Hidup, diperkirakan lahan gambut di Riau saja menyimpan kandungan karbon sebesar 14.605 juta ton. Bila pembukaan lahan gambut dibiarkan apalagi diikuti dengan pembakaran hutan dan lahan, maka dapat dibayangkan berapa banyak karbon yang terlepas ke atmosfer dan pemanasan global ataupun perubahan iklim menjadi lebih cepat terjadi sekaligus dampak ikutan seperti asap dan lainnya akan terus dirasakan oleh masyarakat setiap tahunnya.<br />
<br />
Untuk itu, WWF-Indonesia menghimbau pihak pemerintah, swasta dan masyarakat luas untuk bersama-sama berbuat mencegah kejadian kebakaran hutan dan lahan terutama:<br />
<br />
* Pembukaan lahan gambut harus dihentikan dan semua lahan gambut harus dilindungi dan dikelola secara seksama dengan memperhatikan tata hidrologi secara makro dan potensi lepasnya emisi karbon ke atmosfer.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
* Sektor swasta harus menerapkan praktek pengelolaan lestari dan bertanggung jawab, termasuk meniadakan pembakaran lahan dan melindungi daerah-daerah yang memiliki keanekaragaman hayati disekitar konsesi mereka.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
* Harus ada mekanisme terpadu untuk mengkoordinasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, mensinergikan dan menerapkan peraturan terutama terkait perlindungan lingkungan.<br />
* Masyarakat setempat harus diberdayakan oleh pemerintah dan sektor swasta dalam pengelolaan lahan yang lestari, terutama membantu petani/pekebun skala kecil dalam proses transfer ilmu dan teknologi untuk menerapkan pembukaan lahan tanpa bakar.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Catatan : <br />
"Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003]. "</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
"....Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor" Hutan Indonesia Menjelang Kepunahan Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian dianataranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut.<br />
<br />
Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].<br />
<br />
Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Dampak Kerusakan Hutan</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan [Bakornas penanggulangan Bencana, 2003].</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia, dan sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Apa hanya itu?</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Hutan Indonesia juga merupakan paru-paru dunia, yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat.<br />
<br />
Mengapa Hutan Kita Rusak?</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Dan hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan kelompok.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Bagaimana itu terjadi?</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak akhir tahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan penebangan kayu secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya ijin-ijin pengusahaan hutan tanaman industri di tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga menjadi kawasan pengembangan perkotaan.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah membagi-bagikan kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak pengusahaan skala kecil. Di saat yang sama juga terjadi peningkatan aktivitas penebangan hutan tanpa ijin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat yang dibiayai pemodal (cukong) yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Indonesia melalui keputusan bersama Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan sejak tahun 2001 telah mengeluarkan larangan ekspor kayu bulat (log) dan bahan</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
baku serpih. Dan di tahun 2003, Departemen Kehutanan telah menurunkan jatah tebang tahunan (jumlah yang boleh ditebang oleh pengusaha hutan) menjadi 6,8 juta meter kubik setahun dan akan diturunkan lagi di tahun 2004 menjadi 5,7 juta meter kubik setahun. Pemerintah juga telah membentuk Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) yang bertugas untuk melakukan penyesuaian produksi industri kehutanan dengan ketersediaan bahan baku dari hutan. Selain itu, Pemerintah juga telah berkomitmen untuk melakukan pemberantasan illegal logging dan juga melakukan rehabilitasi hutan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)<br />
yang diharapkan di tahun 2008 akan dihutankan kembali areal seluas tiga juta hektar.<br />
<br />
Hasil Yang Diperoleh apakah maksimal ?</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Sayangnya Pemerintah masih menjalankan itu semua sebagai sebuah ucapan belaka tanpa adanya sebuah realisasi di lapangan. Hingga tahun 2002 masih dilakukan ekspor kayu bulat yang menunjukkan adanya pelanggaran dari kebijakan pemerintah sendiri. Dan pemerintah masih akan memberikan ijin pengusahaan hutan alam dan hutan tanaman seluas 900-an ribu hektar kepada pengusaha melalui pelelangan. Pemerintah juga belum memiliki perencanaan menyeluruh untuk memperbaiki kerusakan hutan melalui rehabilitasi, namun kegiatan tersebut dipaksakan untuk dilaksanakan, yang tentunya<br />
akan mengakibatkan terjadinya salah sasaran dan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan.<br />
<br />
Hal yang terpenting dan belum dilakukan pemerintah saat ini adalah menutup industri perkayuan Indonesia yang memiliki banyak utang. Pemerintah juga belum menyesuaikan produksi industri dengan<br />
kemampuan penyediaan bahan baku kayu bagi industri oleh hutan. Hal ini dapat mengakibatkan kegiatan penebangan hutan tanpa ijin akan terus berlangsung.<br />
<br />
Dan dengan hanya menurunkan jatah tebang tahunan, maka kita masih belum bisa membedakan mana kayu yang sah dan yang tidak sah. Bila saja pemerintah untuk sementara waktu menghentikan pemberian<br />
jatah tebang, maka dapat dipastikan bahwa semua kayu yang keluar dari hutan adalah kayu yang tidak sah atau illegal, sehingga penegakan hukum bisa dilakukan.<br />
<br />
Apa yang seharusnya dilakukan?<br />
<br />
Untuk menghentikan kerusakan hutan di Indonesia, maka pemerintah harus mulai serius untuk tidak lagi mengeluarkan ijin-ijin baru pengusahaan hutan, pemanfaatan kayu maupun perkebunan, serta melakukan penegakan hukum terhadap pelaku ekspor kayu bulat dan bahan baku serpih. Pemerintah juga harus melakukan uji menyeluruh terhadap kinerja industri kehutanan dan melakukan penegakan hukum bagi industri yang bermasalah. Setelah tahapan ini, perlu dilakukan penataan kembali kawasan hutan yang rusak dan juga menangani dampak sosial akibat penghentian penebangan hutan, misalkan dengan mempekerjakan pekerja industri kehutanan dalam proyek penanaman pohon.<br />
<br />
Kemudian, bila telah tertata kembali sistem pengelolaan hutan, maka pemberian ijin penebangan kayu hanya pada hutan tanaman atau hutan yang dikelola berbasiskan masyarakat lokal. Selama penghentian sementara [moratorium] dijalankan, industri-industri kayu tetap dapat jalan dengan cara mengimpor bahan baku kayu. Untuk memudahkan pengawasan tersebut, maka jenis kayu yang diimpor haruslah berbeda dengan jenis kayu yang ada di Indonesia. Dan yang terpenting adalah mengembalikan kedaulatan rakyat dalam pengelolaan hutan, karena rakyat Indonesia sejak lama telah mampu mengelola hutan Indonesia.<br />
<br />
Dapatkah individu membantu? <br />
Ya, dengan melakukan lobby, menulis surat ataupun melakukan tekanan kepada pemerintah agar serius menjaga hutan Indonesia yang tersisa. Selain itu, lakukan pengawasan terhadap peredaran kayu di wilayah terdekat, dan berikan laporan kepada Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) terdekat ataupun lembaga non pemerintah lainnya dan kepada instansi penegak hukum, serta media massa, bila menemukan terjadinya peredaran kayu tanpa ijin maupun kegiatan pengrusakan hutan. Dan mulailah menanam pohon untuk kebutuhan kayu keluarga di masa datang, memanfaatkan kayu dengan bijak dan tidak lagi membeli kayu-kayu hasil penebangan yang merusak hutan.<br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Kebakaran Hutan Terbesar di Dunia<br />
<br />
BELUM pernah ada polusi asap di sepanjang sejarah dunia sebesar yang dihasilkan kebakaran hutan di Indonesia tahun 1997/1998. Kebakaran hutan tahun 1997/ 1998 memang paling besar jika dibandingkan dengan peristiwa kebakaran yang pernah terjadi sebelumnya.<br />
<br />
Tahun 1997, kebakaran hanya 263.992 hektar hutan di 25 provinsi, terdiri dari hutan tanaman industri (HTI), hutan sekunder, dan padang alang-alang. Tahun 1998 ini kebakaran hutan seluas 520.000 hektar melanda Kaltim, Aceh, Sumut, Sumsel, Riau, Sulut, Kalteng, dan Maluku. Kebakaran di Kaltim terbesar pada areal HPH (315.132 hektar) dan HTI seluas 95.593 hektar.<br />
<br />
Dari beberapa faktor dominan yang mempengaruhi kebakaran, seperti sumber api, kegiatan pembukaan lahan, faktor sosial, budaya dan ekonomi, curah hujan, dan keterjangkauan wilayah daerah rawan kebakaran menjadi I hingga IV. Kebakaran terbesar tahun 1998 yang terjadi di Kalimantan Timur menimbulkan kerugian sekitar Rp 10 trilyun.<br />
<br />
Data dari Ringkasan Eksekutif Kantor Menteri Lingkungan Hidup menggambarkan, dilihat dari jenis hutan dan lahan yang terbakar tahun 1998, memperkuat asumsi bahwa penyebab utama kebakaran adalah pembukaan lahan secara besar-besaran. Dari 507.239,5 hektar hutan dan lahan yang terbakar tahun 1998, sebagian besar yaitu 315.132 hektar adalah lahan HPH. Lahan/ladang masyarakat yang terbakar hanya 1.857 hektar dan kebun masyarakat 10.758 hektar. Sisanya adalah lahan hutan, terutama hutan Taman Nasional Kutai.<br />
<br />
Kebakaran tahun 1998 di Kaltim tidak hanya akibat kemarau panjang (El Nino), tetapi juga karena sikap dan kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi cuaca masih rendah. Akibat El Nino yang masih kuat, sebagian Kaltim, terutama kawasan Kabupaten Kutai, belum mendapatkan hujan sejak Desember tahun 1997. Mengetahui bahwa hujan telah jatuh di provinsi lain, masyarakat Kaltim mulai membakar lahan untuk berbagai aktivitas, tanpa menyadari bahwa El Nino di daerah mereka belum berakhir.<br />
<br />
Berdasarkan data kebakaran hutan dari tahun 1984 sampai dengan 1997, serta analisis kebakaran hutan dan lahan tahun 1998, terlihat bahwa Pulau Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya tidak mengalami kebakaran sesering Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.<br />
<br />
Kemungkinan besar tingkat konversi lahan di Indonesia bagian timur tidak setinggi di Indonesia bagian barat. Perubahan ekologi di Indonesia bagian timur belum seserius seperti di Indonesia bagian barat. Kecuali data statistik daerah Riau menunjukkan, provinsi itu tidak mengalami kebakaran, hanya tahun 1984, 1993, dan 1995.<br />
<br />
PENGAMAT pembangunan kehutanan Ir Titus Sarijanto melihat, selama taraf hidup petani masih seperti sekarang ini, sementara lahan yang tersedia cukup luas, maka pembakaran dalam penyiapan lahan yang menghasilkan asap masih tetap akan terjadi. Karena itu, petani harus didorong agar mampu atau sejahtera sehingga mereka mampu melaksanakan pertanian sepanjang tahun dengan cara intensif.<br />
<br />
Bila petani lahan kering ini mampu melaksanakan pertanian sepanjang tahun dengan cara intensif, di mana lahan tidak sempat ditumbuhi semak belukar, maka tidak perlu lagi membakar semak-semak dalam mempersiapkan penanaman.<br />
<br />
Pertanian intensif berarti pengolahan lahannya juga intensif dengan pemupukan. Hal itu berarti petani harus mampu membeli pupuk dan mampu mengolah lahan dengan baik. Bila lahannya lebih dari dua hektar, berarti harus mampu memakai mesin. Oleh karena itu, petani harus didorong agar mampu atau sejahtera supaya bisa melaksanakan pengolahan lahan secara intensif.<br />
<br />
Titus Sarijanto yang juga alumnus Fakultas Hutan Institut Pertanian Bogor itu menjelaskan, jika petani telah memiliki kebun atau hutan tanaman cukup luas, sehari-hari mereka akan sibuk mengurus kebun atau hutan tanamannya.<br />
<br />
Di Malaysia Timur, Sarawak dan Sabah, ungkap Titus, ada juga asap, tetapi petani tradisional di sana tidak banyak. Mereka sudah banyak yang dapat mempraktikkan pertanian modern tanpa bakar, karena sebagian besar mereka telah mampu membiayai penyiapan tanaman dengan mesin atau mekanis. Kalaupun ada pembakaran, sebagian besar sudah mampu melaksanakan pembakaran terkendali sehingga tidak merembet ke luar lahannya.<br />
<br />
Untuk membuat petani di luar Jawa menjadi petani modern, pemerintah sebenarnya dapat memanfaatkan peran swasta. "Swasta dapat menjalin kerja sama dengan petani, misalnya dalam pembuatan/pembangunan hutan tanaman industri atau hutan rakyat," kata Titus. Sebab, swasta berkepentingan memperoleh bahan baku bagi industrinya, sedangkan petani berkepentingan memperoleh penghasilan dari produksi kayu secara terus-menerus.<br />
<br />
"Pemerintah sebenarnya cukup menyediakan lahan atau kawasan hutan yang rusak, sementara modalnya dapat dibantu oleh swasta atau pemerintah dengan dana reboisasi," ujarnya seraya menunjuk contoh-contoh perusahaan yang telah melaksanakan program itu di Kalimantan.<br />
<br />
Begitu juga di bidang perkebunan, kredit dapat disediakan untuk petani dengan jaminan dari swasta yang menjadi "bapak angkatnya". Yang harus dilakukan pemerintah adalah menciptakan sistem yang bersifat saling menguntungkan, terutama menyangkut perhitungan persentase harga komoditas bahan baku terhadap harga komoditas setelah diolah.<br />
<br />
Titus menambahkan, swasta juga harus mampu memanfaatkan kayu-kayu kecil hasil pembersihan lahan, agar menghindari kecenderungan pembakaran. Perusahaan-perusahaan yang dapat memanfaatkan kayu-kayu kecil ini adalah perusahaan industri pulp atau chip (potongan kayu).<br />
<br />
Tentunya masing-masing organisasi diatas memiliki KEPENTINGAN tersendiri (ekonomi, politik,..),<br />
terlepas dari berbagai kepentingan tersebut , saya mencoba membahas tentang masalah ini dari segi TEKNIK!!<br />
<br />
Menurut saya, yang lebih penting sekarang adalah, bagaimana caranya memadamkan kebakaran yang terjadi, sehingga tidak sampai berlarut-larut dan memakan kerugian jiwa maupun materi yang besar!!</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Apa itu kebakaran hutan dan lahan?<br />
<br />
Kebakaran hutan dan lahan adalah sebuah kejadian terbakarnya kawasan hutan/lahan baik dalam luasan yang besar maupun kecil. Kebakaran hutan dan lahan seringkali tidak terkendali dan bila ini terjadi maka api akan melahap apa saja dihadapannya mengikuti arah angin. Kebalikannya, penyebaran api kebakaran di lahan gambut justru tidak mengikuti arah angin. Titik api justru berada dikedalaman lebih dari 2 meter. Pada kawasan gambut rembetan api akan meluas kesegala arah dan sulit untuk diperkirakan penyebarannya.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Mengapa terjadi kebakaran hutan/lahan ?<br />
<br />
Kebakaran terjadi karena dua hal: karena ulah manusia baik disengaja maupun tidak disengaja dan karena terbakar dengan sendirinya. Kebakaran dengan sendirinya juga tidak disembarang tempat. Kebakaran dengan sendirinya hanya terjadi pada daerah yang tanahnya mengandung batubara. Pada daerah lain mustahil terjadi kebakaran dengan sendirinya. Hal ini disebabkan jenis hutan alam di Indonesia yang masuk dalam kategori Hutan Tropis (tropical Forest) atau Hutan Hujan Basah (Rain Forest) sehingga lantai hutan selalu dalam keadaan basah/lembab.<br />
<br />
Untuk unsur kesengajaan, manusia sengaja melakukannya untuk membuka dan membersihkan lahan. Pembakaran hutan dalam waktu singkat juga diyakini dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pada beberapa kelompok masyarakat yang masih memiliki kearifan tradisional, pembakaran hutan dilakukan sebulan sebelum musim penghujan. Hal ini diperlukan karena hutan/lahan yang terbakar dalam waktu yang lama malah justru menghilangkan kesuburan tanah.<br />
<br />
Untuk unsur ketidak sengajaan biasanya terjadi pada musim kemarau panjang. Dalam musim kemarau, sebatang rokok yang dibuang kesemak yang kering akan mampu menimbulkan api apabila angin bertiup perlahan. Bekas api unggun yang tidak mati dengan sempurna juga mampu memicu terjadinya kebakaran hutan/lahan.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Yang dihasilkan dari kebakaran hutan dan lahan !</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Untuk setiap hektar kebakaran hutan/lahan maka akan dihasilkan:<br />
<br />
- 18,9 hingga 702 Karbon dioksida<br />
- 1,5 sampai 11,5 Karbon monoksida<br />
- 0,000009 sampai 0,000035 ton Bahan-bahan partikulat<br />
- 0,4 sampai 2,6 juta ton ozon<br />
- 0,0000009 ton amonia<br />
- 0,33 juta ton oksida nitrogen<br />
<br />
Benda-benda tersebut diatas sangat berbahaya apabila dihirup oleh manusia. Penyakit yang bisa ditimbulkan diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Bronchitis dan Diare.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Dampak kebakaran hutan/lahan<br />
<br />
Dampak terhadap sosial budaya dan ekonomi:<br />
a. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat dan terganggunya aktivitas sehari-hari.<br />
b. Peningkatan jumlah hama.<br />
c. Terganggunya kesehatan: Brochitis, ISPA, diare dll.<br />
<br />
Dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan<br />
<br />
a. Hilangnya sejumlah spesies flora dan fauna<br />
b. Terjadinya banjir di daerah yang hutan gambutnya terbakar<br />
c. Polusi udara dan air<br />
d. Pada jangka panjang dapat menurunkan kesuburan tanah<br />
<br />
Secara fisik<br />
<br />
a. Tanah menjadi rusak dan terbuka sehingga ketika terjadi hujan maka lapisan tanah teratas akan terbawa ke sungai dan mengendap disana (sedimentasi). Lama kelamaan sungai menjadi dangkal sehingga ketika musim hujan yang panjang akan menyebabkan banir<br />
<br />
b. Mempercepat proses penggerusan lapisan hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh subur<br />
<br />
Secara Kimia<br />
Terjadinya peningkatan keasaman tanah<br />
<br />
Secara Biologi<br />
Membunuh organisme tanah yang bermanfaat bagi upaya peningkatan kesuburan tanah<br />
Kerugian dari kebakaran hutan/lahan<br />
<br />
a. Hilangnya tegakan kayu hutan di hutan<br />
b. Hilangnya hasil hutan non kayu sperti karet, damar, rotan dll<br />
c. Hilangnya tumbuhan maupun bibit yang bermanfaat bagi manusia, misalnya tanaman obat dll.<br />
d. Hilangnya tempat berekreasi<br />
e. Hilangnya fungsi penyediaan air bagi pertanian<br />
f. Hilangnya flora dan fauna yang memperkaya pengetahuan manusia<br />
g. Mempercepat terjadinya perubahan iklim (climate change). Pada ketinggian 10 km diatas bumi terdapat lapisan ozon yang tugasnya melindungi bumi dari beberapa unsur cahaya matahari yang merusak. Ketiadaan lapisan ozon akan membuat matahari menyinari bumi secara langsung dan mengakibatkan kanker kulit pada manusia. Karbon yang terlepas ke udara dari hasil kebakaran hutan/lahan akan menyebabkan lapisan ozon rusak sehingga bahan berbahaya dari matahari akan sampai ke bumi tanpa halangan. Disamping itu, karbon tersebut juga akan terperangkap di atas awan pada ketinggian 5 – 7 km. Akibatnya, panas dari sinar matahari tidak dapat keluar dari bumi sehingga suhu udara akan semakin bertambah. Suhu udara di bumi rata-rata bertambah 2 derajad celcius setiap 10 tahun sejak 1980. hal ini terjadi salah satunya akibat hilangnya hutan dan kebakaran hutan.<br />
<br />
Mencegah kebakaran hutan dan lahan<br />
<br />
1. Jangan melakukan pembakaran untuk melakukan pembukaan lahan<br />
2. Mintalah petunjuk kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan maupun Dinas Pertanian setempat tentang tatacara pembukaan lahan tanpa bakar. Bila dinas setempat tidak memilikinya, lakukan cara berikut ini:<br />
a) Tebanglah pohon dan semak belukar pada lahan yang ingin anda gunakan untuk berkebun,<br />
b) Potong-potong/cacah pohon/ranting/semak tersebut dan sebarkan kesekeliling lahan anda<br />
c) Jangan gunakan bahan kimia untuk mematikan pohon/.semak. Dalam jangka panjang, penggunaan bahan kimia terus menerus akan membuat tanah kehilangan kemampuan untuk beregenerasi (mengembalikan kesuburan), akibatnya kebutuhan anda untuk pupuk dimasa mendatang akan semakin bertambah.<br />
d) Biarkan sisa semak dan pepohonan yang telah anda cacah tersebut mengering selama lebih kurang sebulan. Bila memungkinkan siramlah air kesegala penjuru lahan anda untuk membantu mempercepat proses pembusukan.<br />
e) Tanamlah bibit anda disela-sela batang pohon/potongan ranting/ semak tersebut. Hal tersebut sangat berguna sebagai pupuk bagi tanaman anda.<br />
<br />
3. Bangunlah sumur di lahan anda sehingga anda tidak akan kesulitan mencari air seandainya terjadi kebakaran yang tidak terkendali di lahan ataupun diluar lahan anda. Jangan lupa agar kampung anda menyediakan setidaknya dua buah mesin robin untuk menyedot dan menyemprotkan air ditambah selang sepanjang minimal 50 meter, dua buah.<br />
<br />
4. Bila memungkinkan, galilah parit disekeliling lahan anda, minimal disekeliling rumah anda dengan dalam/lebar minimal 30/30 centimeter. Periksalah menjelang musim kemarau agar tidak terjadi pendangkalan. Parit ini sangat berguna untuk mencegah api memasuki lahan/daerah rumah anda.<br />
<br />
5. Ajak tetangga dan warga kampung anda untuk membuat sistem peringatan sederhana apabila terjadi kebakaran. Kentongan merupakan sarana yang paling murah untuk sebuah sistem peringatan. Pukulah kentongan sebanyak mungkin apabila terjadi kebakaran hutan/lahan untuk memperingatkan tetangga-tetangga anda.<br />
Yang sebaiknya dilakukan jika terjadi kebakaran hutan dan lahan<br />
<br />
1. Pukulah kentongan untuk memberitahu tetangga dan atau warga kampung anda dan pemerintah daerah setempat.<br />
<br />
2. Buatlah team kecil 4 – 5 orang dan masing-masing menggunakan mesin robin dan selang yang tersedia untuk melakukan pemadaman. Bawalah parang dan cangkul.<br />
<br />
3. Bila dirasa air tidak akan mampu untuk menghentikan kebakaran, lakukan cara ini:<br />
a) Tebang pohon yang ada didaerah tersebut sebanyak-banyaknya, tumpuklah di mana api akan datang. Ingat, api datang berdasarkan arah angin. Basahi telunjuk anda dan acungkan keatas untuk merasakan dari mana arah angin datang.<br />
b) Mulailah menggali dengan jarak lebih kurang 10 meter dari tumpukan pohon. Gali dengan kedalaman dan luas 30/30 centimeter lalu dengan mesin robin anda tuangkan air sebanyak2nya kedalam saluran tersebut.<br />
c) Pada lahan gambut, anda hanya cukup membelah tanah gambut dengan parang yang tajam sedalam mungkin pada dua sisi yang berbeda dengan jarak antar sisi 30 centimeter. Bila persediaan air dalam gambut masih cukup banyak maka tanah hasil tebasan parang anda akan tenggelam dengan sendirinya dan membentuk parit.<br />
d) Bersiap-siaplah untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan diri dan keluarga anda.<br />
Yang dilakukan bila kebakaran hutan dan lahan mengurung anda<br />
<br />
1. Jangan panik!<br />
<br />
2. Basahi telunjuk anda dan ancungkan untuk mengetahui arah angin!<br />
<br />
3. Kumpulkan keluarga anda, mintakan mereka untuk menggunakan sepatu yang bukan terbuat dari karet dan celana panjang dari bahan yang cukup tebal!<br />
<br />
4. Ambil selimut/seprai tebal atau kain sarung berlapis-lapis dan tutuplah sekujur tubuh anda kecuali mata!<br />
<br />
5. Siramlah air sebanyak-banyaknya sehingga selimut/seprai/sarung dan tubuh anda menjadi basah kuyup!<br />
<br />
6. Teroboslah api sambil berlari mengikuti arah angin sampai ketempat yang benar-benar aman. Jangan lari melawan arah angin!</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div id="ssimg" style="font-family: inherit;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><img alt="" class="photo" height="246" src="http://0.tqn.com/d/forestry/1/7/j/C/elkfire.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></span></b></i></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><b><br />
</b></i> </td></tr>
</tbody></table><div class="cap" style="text-align: center;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Famous Bitterroot Valley Wildfire Photo</span></b></i></div><div style="text-align: center;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><cite>John McColgan, BLM</cite></span></b></i></div></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Berikut adalah beberapa foto kebakaran hutan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Hutan ! Siapa lagi kalau bukan kita yang pelihara. Lihat betapa mengerikan..<br />
<br />
Memang mengerikan Kang Evoel, apalagi kalau kita lihat berita kebakaran di Australia baru-baru ini yang memakan korban nyawa sampai mencapai 200 orang. Mudah-mudahan itu peringatan untuk selalu waspada dan mengingatkan kita agar selalu menjaga kelestarian hutan-hutan kita</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><table align="center" border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" height="248" style="font-family: inherit; width: 330px;"><tbody>
<tr> <td><i><b><span style="font-size: x-small;"><img alt="Photograph of forest fire in Indonesia" border="0" height="248" src="http://www.nasa.gov/images/content/59495main_indonesia_fire_gfmc_330.jpg" title="Photograph of forest fire in Indonesia" width="330" /></span></b></i> </td> </tr>
</tbody></table><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Above: Uncontrolled forest fires sprang up all over Indonesia in late 1997 and early 1998, especially on the islands of Sumatra and Borneo. This smoky fire occured in Borneo's East Kalimantan province. Credit: Global Fire Monitoring Center.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, kebakaran rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi dapat juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya pertanian. Penyebab umum:termasuk petir sekecerobohan mansusia dan pembakaran lahan</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Berbagai organisasi lingkungan sedunia meminta Pemerintah Indonesia menyelamatkan hutan rawa gambut di Sumatera. Pembalakan liar dan alih fungi lahan menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) menjadi ancamannya.<br />
<br />
Penegasan itu disampaikan bersama oleh NGO Internasional, CAPPA, Robin Wood dan Friends of Earth, Jikalahari dari Indonesia dalam siaran pers yang diterima detikcom, Kamis (20/04/2006). Mereka menyatakan, salah satu hutan gambut tropis terbesar di dunia berada di Sumatera.<br />
<br />
Hutan bergambut itu diperkirakan akan segera hilang akibat penebangan liar dan alih fungsi menjadi tanaman industri oleh perusahaan kertas APRIL dan APP. Aktivis Jikalahari, Zulfahmi menjelaskan, semenanjung Kampar Provinsi Riau masih memiliki lebih dari 400,000 hektar hutan rawa gambut.<br />
<br />
Itu adalah salah satu hutan dataran rendah terbesar di Sumatera. Kawasan ini merupakan habitat bagi Harimau Sumatera dan beberapa species yang terancam punah. Karbon yang dikeluarkan akibat Kerusakan pada kawasan hutan rawa berpengaruh terhadap perubahan iklim global.<br />
<br />
“Hutan di Riau terus dirusak untuk memenuhi permintaan bubur kayu dan perusahaan kertas APP dan APRIL,” kata Zulfahmi. Kedua perusahaan kertas mengalihfungsikan lebih dari satu juta hektar hutan untuk pemenuhan bahan baku.<br />
<br />
Dalam dua tahun terakhir APRIL telah menghabiskan 50,000 hektar hutan rawa gambut di Kabupaten Pelalawan dan pembangunan jalan untuk mengakses semenanjung Kampar. Studi dilakukan ProForest, selaku konsultan APRIL, menyatakan perusahaan itu merusak keseimbangan “water level” dari rawa gambut semenanjung Kampar.<br />
<br />
Jalan yang membelah hutan bergambut itu, bisa merusak keseluruhan ekosistem rawa. Padahal sejak pertengahan tahun lalu, berbagai organisasi lingkungan sudah meminta pemerintah agar kawasan tersebut dijadikan Taman Nasional.<br />
<br />
“Hal itu penting untuk menghentikan beberapa aktifitas penebang liar yang dilakukan masyarakat atau industri,” kata Rully Syumanda, forests campaigner dari Friends of the Earth Indonesia.<br />
<br />
Organisasi lingkungan ini menuntut pemerintah menghentikan segala aktivitas penebangan kayu untuk kepentingan dua pabrik kertas di Riau. “Sepanjang APRIL dan APP mengkonversi hutan alam, rekanan bisnis, pemerintah dan NGO perlu membekukan hubungan mereka dengan perusahaan ini,” kata Jans Witing dari RobinWood.</span></b></i></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="font-family: inherit;"><tbody>
<tr><td class="cattitle"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></td><td class="itemsubsub"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></td></tr>
</tbody></table><div style="font-family: inherit; text-align: center;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><span class="insertedphoto"><a href="http://raff94.multiply.com/photos/hi-res/upload/RqI5tgoKCrAAAFDeTfA1"><img border="0" class="alignleft" src="http://images.raff94.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/RqI5tgoKCrAAAFDeTfA1/DSCN0529.JPG?et=vaKsCyvadfG%2BrdBJzNu0DQ" /></a></span></span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Perluasan industri harus dihentikan<br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Kerusakan Hutan<br />
<br />
Pekanbaru, Kompas - Pemerintah Provinsi Riau harus menghentikan perluasan industri yang berbasis konversi hutan. Hilangnya hutan alam seluas 3,7 juta hektar antara 1982-2005 menyebabkan alam berada pada titik jenuh dan tidak sanggup lagi mendukung sektor industri itu. Salah satu dampak yang paling nyata dirasakan masyarakat adalah banjir yang setiap tahun semakin parah.<br />
</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Demikian pernyataan bersama Walhi Riau, Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), dan Yayasan Elang, Kamis (11/1), di Pekanbaru.<br />
<br />
Raflis dari Jikalahari mengatakan, dari citra satelit 2005, hutan alam lahan kering diperkirakan tersisa 1,057 hektar. Sedang hutan alam lahan basah atau hutan gambut yang tersisa sekitar 1,937 hektar. Sampai tahun 2000, terdapat 312 unit industri kehutanan dengan kapasitas produksi mencapai 4,9 juta ton per tahun. Kayu yang dibutuhkan untuk seluruh industri itu tidak kurang dari 15,8 juta meter kubik per tahun. "Padahal, kemampuan produksi hutan alam saat itu hanya sekitar 1,1 juta meter kubik per tahun," tuturnya.<br />
<br />
Direktur Eksekutif Walhi Riau, Johny Mundung, mengatakan, pemerintah harus mengeluarkan moratorium penebangan hutan alam yang tersisa. "Biarkan hutan bernapas dulu sekitar 35 tahun, dengan menghentikan perambahan hutan," tuturnya.<br />
<br />
Susanto Kurniawan dari Yayasan Elang menambahkan, pada tahun 2004 hutan yang masih tersisa di tiap daerah aliran sungai rata-rata sekitar 30 persen. Dia mencontohkan, di Sungai Indragiri, hanya 807.556 hektar hutan yang tersisa atau 32,6 persen dari luas hutan yang ada. (ART)<br />
<br />
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0701/12/sumbagut/3234585.html<br />
<br />
Hutan Riau Tidak Memadai untuk Industri<br />
<br />
Laporan Wartawan Kompas Agnes Rita Sulistyawaty<br />
<br />
PEKANBARU, KOMPAS - Tiga LSM yakni Walhi Riau, Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), dan Yayasan Elang, Kamis (11/1), mendesak pemerintah untuk menghentikan industri yang berbasis lahan.<br />
<br />
Raflis dari Jikalahari mengatakan dari citra satelit 2005, hutan alam lahan kering di Riau diperkirakan tersisa 1,057 hektar saja. Sedangkan, hutan alam lahan basah atau hutan gambut yang tersisa sekitar 1,937 hektar.<br />
<br />
Sampai tahun 2000, terdapat 312 unit industri kehutanan yang beroperasi di Riau. Kapasitas produksi seluruhnya 4,9 juta ton per tahun. Kayu yang dibutuhkan untuk seluruh industri itu tidak kurang dari 15,8 juta meter kubik per tahun. “Padahal, kemampuan produksi hutan alam saat itu hanya sekitar 1,1 juta meter kubik per tahun,” tuturnya.<br />
<br />
Johny Mundung, Direktur Eksekutif Walhi Riau, mengatakan pemerintah perlu bersikap tegas dengan mengeluarkan moratorium penebangan hutan alam yang tersisa. “Biarkan hutan bernafas dulu sekitar 35 tahun, dengan menghentikan perambahan hutan,” tuturnya.<br />
<br />
Susanto Kurniawan dari Yayasan Elang menambahkan, hutan yang masih tersisa di setiap daerah aliran sungai rata-rata sekitar 30 persen, pada tahun 2004. Di Sungai indragiri, hutan yang tersisa 807.556 hektar atau 32,6 persen dari luas hutan di sepanjang aliran sungai ini.<br />
<br />
Kondisi serupa terjadi di Sungai kampar yang menyisakan 934.336 hektar hutan atau 37,9 persen dari total hutan. Di sungai rokan, hutan yang tersisa 621.448 hektar atau 36,9 persen, dan 913.628 hektar atau 40,8 persen di sungai siak. Di keempat sungai itulah, banjir terjadi di Provinsi Riau.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div style="font-family: inherit;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div style="font-family: inherit; text-align: center;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;"><img alt="" src="http://www.fadhilza.com/wp-content/uploads/2009/05/052609-1050-kultum008ke1.png" style="margin: 1em;" /></span></b></i></div><div style="font-family: inherit; text-align: center;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Rum 41)</span></b></i></div><div style="font-family: inherit; text-align: center;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div style="font-family: inherit; text-align: justify;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;">Akhir akhir ini sering terjadi bencana alam yang melanda kota, desa dan kampung, merusak bangunan, harta benda bahkan meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Tanah longsor, banjir bandang, sungai meluap, kebakaran hutan, kekeringan dan lain sebagainya. Jika diteliti ternyata semua bencana itu bersumber dari ulah segelintir orang yang tidak bertanggung jawab.</span></b></i></div><div style="font-family: inherit; text-align: center;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;"><img alt="" src="http://www.fadhilza.com/wp-content/uploads/2009/05/052609-1050-kultum008ke3.png" style="margin: 1em;" /></span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"> Penebangan pohon dihutan yang semena mena mengakibatkan hutan jadi gundul dan gersang. Ketika hujan turun tidak ada lagi pohon yang menahan air hujan. Dahulu semua air yang turun ditahan oleh pepohonan, kemudian meresap dan disimpan didalam tanah. Sekarang tidak ada lagi pepohonan yang menahan air hujan, air terus meluncur kesungai mengalir deras menuju laut. Sungai yang ada tidak mampu menampung luapan air , akibatnya terjadilah banjir di mana mana. Penebangan pohon dengan semena mena oleh segelintir orang telah menimbulkan kerusakan dan bencana berkepanjangan. Musim hujan terjadi banjir dimana mana. Musim panas terjadi kekeringan dan kesulitan mendapatkan air bersih.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
</span><span style="font-size: x-small;"></span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;">Kebakaran hutan Indonesia menjadi ancaman global Greenpeace menuntut pemerintah Indonesia untuk segera menghentikan konversi hutan gambut Indoneisa terbakar lagi. Asap dari api yang dinyalakan untuk membuka lahan di Kalimantan Selatan (Borneo) dan Sumatera menyebabkan tingkat polusi di Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok meningkat, menyebabkan munculnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan asap, kecelakaan lalu lintas, dan biaya ekonomi yang menyertainya. Negara-negara tetangga pun kembali menuntut adanya tindakan namun pada akhirnya tetap saja kebakaran akan berlangsung hingga datangnya musim hujan. Kebakaran ini - dan asap yang mencekik - telah menjadi peristiwa tahunan di Indonesia. Beberapa tahun lebih buruk dari tahun-tahun yang lain - terutama saat kondisi el Nino yang kering mengubah hutan kawasan ini menjadi sangat mudah terbakar - tapi keseluruhan trend ini tidaklah baik.<br />
<br />
Kesalahan seharusnya ditimpakan pertama kali pada pemerintah Indonesia atas kegagalan sistematis untuk menggalakkan hukum yang didesain untuk mengurangi tingkat penggundulan hutan yang mengejutkan di negara ini. Sejak 1990, angka-angka resmi telah menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan seperempat dari keseluruhan luas hutannya. Berkurangnya hutan-hutan primer itu menjadi lebih buruk: hampir 31 persen dari hutan tua kepulauan ini telah jatuh ke tangan penambang dan pengembang lahan pada periode yang sama. Bahkan, tingkat penggundulan hutan ini tidak melambat. Berkurangnya hutan dalam satu tahun telah meningkat hingga 19 persen sejak akhir 1990an, sementara setiap tahunnya berkurangnya hutan primer telah meluas hingga 26 persen. Statistik ini seharusnya menjadi sesuatu yang memalukan bagi Indonesia dan bukti ketidakmampuan pemerintah mengatasi berkurangnya hutan dan ketidakmampuan dalam menanggulangi kroni dan korupsi.</span></b></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><i><b><span style="font-size: x-small;"><br />
Berkurangnya hutan di Indonesia<br />
<br />
Penyebab langsung berkurangnya hutan di Indonesia tidaklah kompleks. Kebanyakan penggundulan hutan adalah akibat dari penebangan hutan dan pengubahan hutan menjadi pertanian. Saat ini Indonesia menjadi eksportir kayu tropis terbesar di dunia - suatu komoditas yang menghasilkan hingga 5 milyar USD tiap tahunnya - dan produsen minyak kelapa terbesar kedua, salah satu dari minyak sayur paling produktif di dunia, digunakan di apa pun mulai dari biskuit hingga biofuel.<br />
<br />
Penebangan kayu secara legal berdampak pada 700.000-850.000 hektar hutan setiap tahunnya di Indonesia, namun penebangan hutan ilegal yang telah menyebar meningkatkan secara drastis keseluruhan daerah yang ditebang hingga 1,2-1,4 juta hektar, dan mungkin lebih tinggi - di tahun 2004, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengatakan bahwa 75 persen dari penebangan hutan di Indonesia ilegal. Meskipun ada larangan resmi untuk mengekspor kayu dari Indonesia, kayu tersebut biasanya diselundupkan ke Malaysia, Singapura, dan negara-negara Asia lain. Dari beberapa perkiraan, Indonesia kehilangan pemasukan sekitar 1 milyar dollar pertahun dari pajak akibat perdagangan gelap ini. Penambangan ilegal ini juga merugikan bisnis kayu yang resmi dengan mengurangi suplai kayu yang bisa diproses, serta menurunkan harga internasional untuk kayu dan produk kayu. Penebangan hutan di Indonesia telah membuka beberapa daerah yang paling terpencil, dan terlarang, di dunia pada pembangunan. Setelah berhasil menebangi banyak hutan di daerah yang tidak terlalu terpencil, perusahaan-perusahaan kayu ini lantas memperluas praktek mereka ke pulau Kalimantan dan Irian Jaya, dimana beberapa tahun terakhir ini banyak petak-petak hutan telah dihabisi. Sebagai contoh, lebih dari 20 persen ijin penebangan di Indonesia berada di Papua, naik dari 7 persen di tahun 1990an.<br />
<br />
Selain penebangan, pengubahan hutan untuk pertanian ukuran besar, terutama perkebunan kelapa sawit, telah menjadi kontributor penting bagi berkurangnya hutan di Indonesia. Kawasan kelapa sawit meluas dari 600.000 hektar di tahun 1985 menjadi lebih dari 5,3 juta hektar di tahun 2004. Pemerintah berharap kondisi ini akan berlipat ganda dalam waktu satu dekade dan, melalui program transmigrasi, telah mendorong para petani untuk mengubah lahan hutan liar menjadi perkebunan. Karena cara termurah dan tercepat untuk membuka lahan perkebunan adalah dengan membakar, upaya ini justru memperburuk kondisi: setiap tahun ratusan dari ribuan hektar are berubah menjadi asap saat pengembang dan agrikulturalis membakar kawasan pedalaman sebelum musim hujan datang di bulan Oktober atau November.<br />
Kegagalan pemerintah<br />
<br />
Walau Indonesia memiliki hukum untuk melindungi hutan dan membatasi pembakaran pertanian, mereka diterapkan dengan sangat buruk. Manajemen hutan di Indonesia telah lama dijangkiti oleh korupsi. Petugas pemerintahan yang dibayar rendah dikombinasikan dengan lazimnya usahawan tanpa reputasi baik dan politisi licik, ini berarti larangan penebangan hutan liar yang tak dijalankan, penjualan spesies terancam yang terlupakan, peraturan lingkungan hidup yang tak dipedulikan, taman nasional yang dijadikan lahan penebangan pohon, serta denda dan hukuman penjara yang tak pernah ditimpakan. Korupsi, dikombinasikan dengan kroniism yang muncul pada masa mantan Presiden Jendral Soeharto (Suharto), telah beberapa kali merusak upaya mengendalikan kebakaran hutan: 1997, negara ini tak dapat menggunakan dana spesial reboisasi non-bujeter mereka untuk melawan kebakaran karena dana tersebut telah dialokasikan untuk proyek mobil yang gagal milik anak diktator tersebut. Saat ini pemerintah masih menolak untuk menghukum mereka yang melanggar hukum yang melarang menggunakan api untuk membuka lahan. Ini waktunya bagi pemerintah Indonesia untuk mulai serius menangani penggundulan hutan dan kebakaran yang kerap terulang. Komitmen politis adalah kuncinya - tanpanya, sumbangan-sumbangan uang dalam jumlah besar akan terus dihamburkan tanpa menghentikan penebangan hutan ilegal dan berkurangnya hutan.<br />
<br />
Pemerintah sebaiknya meratifikasi Perjanjian ASEAN mengenai Polusi Asap Antar Negara, konvensi yang ditandatangani pada tahun 2002 menindaklanjuti kebakaran hutan tahun 1997-1998. PErjanjuan ini membutuhkan kerjasama multinasional untuk melawan kebakaran di kawasan tersebut. Meratifikasi perjanjian itu akan menjadi sinyal awal komitmen politis terhadap permasalahan yang ada, namun pemerintah kemudian harus melanjutkannya dengan implementasi dan inisiatif 'good governance', seperti menerapkan larangan pembakaran lahan dengan ketat. Tanpa penerapan ini, hukum tak akan ada gunanya. Indonesia tak akan lagi dapat mengabaikan aktifitas kriminal dengan kepentingan kuat. Sebagai contoh, Indonesia perlu untuk menindaklanjuti permintaan Malaysia untuk menuntut perusahaan-perusahaan Malaysia yang terlibat dalam pembakaran hutan di Kalimantan Selatan dan Sumatera. Perusahaan yang terbukti bertanggungjawab atas pembakaran ilegal, tak peduli dimana mereka berada, akan kehilangan ijin usahanya dan petugas-petugasnya di penjara.<br />
<br />
Saat kebakaran berkurang musim dingin ini, Indonesia seharusnya menyelidiki kemungkinan yang ditawarkan oleh pasar karbon yang muncul ini yang dapat memberikan pemasukan bagi negara dengan melindungi hutan dari pengembangan. Inovasi strategis lain - dari sertifikasi agrikultural dan kayu yang komprehensif hingga sponsor oleh pihak swasta untuk konservasi hutan - seharusnya juga tidak dilupakan. Tim Greenpeace baru-baru ini menyaksikan dampak kebakaran hutan yang berkobar lagi di Propinsi Riau walau sudah ada janji-janji dari pihak pemerintah untuk menghentikan bencana tahunan tersebut agar tidak terulang kembali. Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan Amerika Serikat (1) dan hal ini sebagian besar disebabkan oleh deforestasi, konversi lahan dan kebakaran hutan. <br />
<br />
"Siklus terjadinya kebakaran hutan terus menerus serta pengrusakan hutan di Indonesia harus mulai dianggap sebagai masalah global karena negara kita merupakan penyumbang besar terhadap perubahan iklim dunia. Pemerintah harus mengambil langkah lebih berani untuk mencegah masalah ini dengan pertama-tama mendeklarasikan moratorium atas penghancuran dan konversi hutan gambut secara nasional,” kata Hapsoro, Juru Kampanye Greenpeace Asia Tenggara. Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) telah menyoroti Indonesia, setelah mengungkapkan bahwa 50 persen dari potensi mitigasi perubahan iklim dunia dapat dicapai dengan mengurangi emisi yang disebabkan oleh deforestasi (2). Indonesia memiliki kawasan hutan alam asli (intact ancient forests) terbesar di Asia namun kawasan tersebut mengalami laju kehancuran lebih cepat dari wilayah lain di dunia.<br />
<br />
Hasil dokumentasi lapangan Greenpeace di Riau menemukan hubungan erat antara kebakaran hutan dan konversi lahan hutan gambut oleh perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di propinsi tersebut. Data satelit juga mengungkapkan korelasi yang kuat antara kebakaran hutan dan perkebunan-perkebunan yang beroperasi di wilayah itu. Kombinasi antara konversi lahan gambut dan kebakaran hutan mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup secara global akibat besarnya jumlah karbon dioksida (CO2) yang terlepas ke atmosfir sehingga makin memperburuk iklim.<br />
<br />
“Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan antar-pemerintah terpenting di Bali Desember nanti yang akan membahas isu perubahan iklim. Kami berharap pemerintah akan mengambil kesempatan ini untuk menunjukkan perannya dalam usaha dunia mencegah krisis global ini. Selain mencari dukungan komunitas internasional, pemerintah juga harus menunjukkan itikad baiknya dengan cara menghentikan kehancuran hutan gambut lebih jauh. Pemerintah juga harus menegakkan hukum yang berlaku terhadap perusahaan dan perkebunan kelapa sawit yang melanggar dan secara sengaja menyulut api untuk membuka lahannya,” tambah Hapsoro.<br />
<br />
Greenpeace adalah organisasi kampanye independen yang menggunakan konfrontasi kreatif dan tanpa kekerasan untuk mengungkap masalah lingkungan hidup dan mendorong solusi yang diperlukan untuk masa depan yang hijau dan damai.</span></b></i></div></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://duniaberkarya.blogspot.com/2010/12/fenomena-kerusakan-hutan-indonesia.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2010-12-23T11:42:00+07:00">11:42</abbr></a> </span><span class="post-comment-link"> </span></b></i>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-8445102102479482162011-11-27T06:34:00.000-08:002011-11-27T06:34:03.552-08:00Hutan bakau Serdang Bedagai kian kritis<h1 class="news-title" style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Hutan bakau Serdang Bedagai kian kritis</b></i></h1><div class="datetime" style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Sabtu, 26 November 2011 15:36 WIB | 1056 Views</b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> <div id="box_newsLeft"> <div class="imgNews"><div id="pict" style="width: 306px;"> <a class="zoom cboxElement" href="http://img.antaranews.com/new/2011/05/ori/20110510101605penghijauantambak090511-2.jpg" target="_blank" title="Ilustrasi hutan bakau. (ANTARA/Ampelsa)"> <img alt="" class="img_default" id="wpict" src="http://img.antaranews.com/new/2011/05/small/20110510101605penghijauantambak090511-2.jpg" /> </a> <div class="imgCaption">Ilustrasi hutan bakau. (ANTARA/Ampelsa)</div></div></div><div class="title_relatedNews">Berita Terkait</div></div>Medan (ANTARA News) - Kondisi hutan bakau (<span style="font-style: italic;">mangrove)</span> di sepanjang pesisir Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, kini kian kritis dan belum ada upaya penanaman kembali secara maksimal dan menyeluruh.<br />
<br />
"Lahan hutan bakau di sepanjang pinggir pantai Serdang Bedagai semakin kritis," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Serdang Bedagai, Aminullah, kepada ANTARA News di Medan, Sabtu.<br />
<br />
Kerusakan hutan bakau mangrove di Serdang Bedagai akibat aktifitas penebangan secara liar dan tanpa kendali selama belasan tahun terakhir.<br />
<br />
Lahan bekas hutan bakau tersebut semula banyak dialihfungsikan untuk areal tambak udang.<br />
<br />
Namun, ia mengemukakan, sejak lima tahun terakhir sebagian besar usaha tambak udang di sepanjang pesisir Serdang Bedagai sudah tidak ada lagi karena pengusahanya merugi.<br />
<br />
Dia memperkirakan, total luas hutan bakau di Serdang Bedagai saat ini hanya sekitar lima persen dari sekitar 90 kilo meter panjang garis pantai di kabupaten yang menghadap ke Selat Malaka itu.<br />
<br />
Kawasan hutan bakau yang masih tersisa hanya terdapat di sebagian pesisir Kecamatan Teluk Mengkudu. <br />
<br />
Aminullah mengakui bahwa kondisi hutan bakau yang kian memprihatinkan menjadi salah satu faktor penyebab semakin berkurangnya populasi ikan di perairan Serdang Bedagai.<br />
<br />
"Populasi ikan di perairan Serdang Bedagai semakin berkurang. Kondisi ini ikut berdampak buruk bagi hasil tangkapan nelayan tradisional," ujarnya.<br />
<br />
Sementara itu, jumlah nelayan tradisional di daerah itu yang mengandalkan sumber penghasilan dari melaut diperkirakan mencapai lebih dari 12.000 orang.<br />
<br />
Untuk mengatasi kerusakan hutan di wilayah itu, dia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai agar menggiatkan program reboisasi bakau.<br />
<br />
"Penanaman hutan bakau hendaknya bisa segera direalisasikan guna mengatasi ancaman abrasi air laut dan meningkatkan populasi ikan di perairan Serdang Bedagai," ujarnya.<br />
(T.ANT-197)<br />
<div class="mt10">Editor: Priyambodo RH</div>COPYRIGHT © 2011</span></b></i>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-654196241133842072011-11-27T06:25:00.001-08:002011-11-27T06:25:52.495-08:00Bandung dan Jakarta, Di Bawah Ancaman Gempa Bumi Dahsyat<h1 class="entry-title" style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Bandung dan Jakarta, Di Bawah Ancaman Gempa Bumi Dahsyat</b></i></h1><div class="entry-meta" style="background-color: lime; color: red;"> <i><b><span class="meta-prep meta-prep-author">Posted on</span> <a href="http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2011/10/26/bandung-dan-jakarta-di-bawah-ancaman-gempa-bumi-dahsyat/" rel="bookmark" title="00:49"><span class="entry-date">Oktober 26, 2011</span></a> <span class="by-author"><span class="sep">by</span> <span class="author vcard"><a class="url fn n" href="http://mediaanakindonesia.wordpress.com/author/childrenclinic/" rel="author" title="Lihat semua yang ditulis oleh The Children Indonesia">The Children Indonesia</a></span> </span></b></i> </div><div class="pd-rating sd-content" id="pd_rating_holder_3151122_post_17571" style="background-color: lime; color: red; display: inline-block;"><div id="pd_rate_3151122_post_17571" style="float: left;"><div id="PDRTJS_3151122_post_17571_stars_1" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left top; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_3151122_post_17571_stars_2" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left top; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_3151122_post_17571_stars_3" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left top; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_3151122_post_17571_stars_4" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left top; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_3151122_post_17571_stars_5" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left top; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div></div><i><b><span style="float: left;"> </span></b></i><div id="rating_info_3151122_post_17571" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/images/ratings/info.png"); background-position: 3px 2px; background-repeat: no-repeat; cursor: pointer; display: block; float: left; height: 16px; width: 16px;"><span style="display: none;">i</span></div><div class="pd_popup_holder" id="pd_popup_holder_3151122_post_17571"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_3151122_post_17571_msg" style="float: left; padding-left: 5px; text-align: left;"><i><b>1 Vote</b></i></div><img alt="Quantcast" border="0" height="1" src="http://pixel.quantserve.com/pixel/p-ab3gTb8xb3dLg.gif" style="display: none;" width="1" /></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><a href="http://mediaanakindonesia.files.wordpress.com/2011/10/earthquake.jpg"><img alt="" border="0" class="alignleft" height="213" src="http://mediaanakindonesia.files.wordpress.com/2011/10/earthquake.jpg?w=320&h=213" style="border: 0pt none currentcolor;" width="320" /></a></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><strong>Masyarakat Bandung dan Jakarta harus lebih waspada, karena kedua kota itu terancam gempa bumi besar. Para ahli memprediksi potensi gempa yang terjadi bisa mencapai 8 Skala Richter. Penelitian terakhir menunjukkan terdapat temuan pergerakan lempeng Sunda yang rawan berpotensi gempa besar melanda Paris Van Java berkekuatann 8 SM. Sebelumnya para ahli juga memperkirakan Jakarta juga berpotensi gempa hingga 8,7 Skala Richter. Beberapa penelitian tentang bencana katastropik purba menemukan fakta bahwa sejumlah daerah menyimpan potensi gempa yang berbahaya.</strong></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Bandung ternyata masih menyimpan potensi gemba yang dahsyat di masa depan. Penelitian tim ahli dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Teknologi Bandung serta SKP BSB. Tim yang terdiri dari pakar gempa dan geologi tersebut, sejak beberapa bulan lalu melakukan penelitian terhadap sejumlah patahan lempeng yang diduga terjadi akibat bencana purba yang berkala besar (katastropik). Penelitian baru dilakukan di tiga tempat, yakni patahan Sumatera, patahan Lembang, dan Selat Sunda. Tim Katastropik mengidentifikasi ketiga daerah itu menyimpan potensi gempa besar di atas 8 SR.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Bandung rawan terancam gempa besar saat Tim Katastropik menemukan bekas danau di zaman purba yang pernah mengalami gempa besar. Ditemukan bukti pada zaman purba, kota Bandung sekarang ini, dulunya adalah danau. Itu sekitar 16 ribu tahun lalu.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Penelitian menemukan sebuah sesar yang berada di Bandung. Sesar, yang dalam istilah ilmiah disebut fault, merupakan retakan di kerak bumi yang mengalami pergeseran atau pergerakan. Sesar Lembang, demikian namanya. Sesar tersebut membelah daerah Maribaya hingga Cisarua. Panjangnya mencapai 22 kilometer. Sesar ini merupakan salah satu sesar aktif di pulau Jawa yang berhubungan dengan aktivitas gunung Sunda purba. Sesar Maribaya terhubung dengan sesar Cimandiri dan sesar Baribis yang juga aktif</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Fakta bahwa sesar lembang bergeser 2 mm per tahun itu, adalah sebuah peringatan akan potensi bencana. Laju sesar ini memang bisa memicu gempa besar yang merusak. Pergerakan sesar Lembang sudah dipantau. Keberadaan patahan lempeng bawah tanah itu akan terus dipantau dan dibuat pendetailannya. Hal ini untuk mengantisipasi potensi gempa besar yang bisa saja mengancam Kota Bandung dan sekitarnya.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><strong>Jakarta Juga Terancam</strong></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Wilayah Jakarta juga terancam oleh pusat gempa di Selat Sunda, setelah Tim Katastropik menemukan bekas patahan gempa purba. Dahulu ada pelepasan energi yang sangat besar di sana, sehingga diprediksi jika terjadi gempa bisa mencapai 8,7 skala richter di Jakarta. Saat ini tim peneliti sedang buat modellingnya.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Ahli Gempa LIPI, Dani Hilman mengatakan, pusat gempa berkekuatan 8,7 SR berada di Selat Sunda, bahkan menurutnya potensi kekuatan gempa bisa diatas 8,7 SR. Potensinya ada, tapi kita belum bisa mengatakan secara detail karena ini masih dalam penelitian kita jadi datanya sekarang masih sedikit.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Dasar ilmiah prediksi itu adalah bahwa Selat Sunda merupakan terusan dari Mentawai yang sudah lebih dulu diguncang gempa. Selat Sunda merupakan terusan dari Mentawai, tapi nanti akan dikaji lebih dalam lagi dengan penelitian ilmiah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemungkinan terjadinya gempa. Kota Jakarta menyimpan potensi, berpusat di Selat Sunda. Dahulu ada pelepasan energi yang sangat besar di sana, sehingga ada gempa besar 8,7 SR di jakarta. Saat ini sebaiknya melakukan modelling.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Selat Sunda dianggap dapat menyimpan gempa purba berkekuatan 8,7 SR yang menimbulkan tsunami. Aktivitas tektonik, vulkanik di Selat Sunda tahun 416 Masehi terjadi gempa yang menyebabkan naiknya gelombang lautdan mengenangi daratan dan memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Oktober tahu 1722 gempa bumi terjadi di laut yang dirasakan di Jakarta dan menyebabkan air laut naik seperti air mendidih.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Gempa purba ini akan terjadi sebab terjadinya gempa merupakan suatu siklus. Hanya saja, ia tidak bisa memastikan kapan gempa itu akan terjadi. Seperti di Tsunami di Aceh, sudah pernah terjadi sejak ribuan tahun lalu. Bencana itu siklus, pasti akan terulang. Dalam hukum kekekalan energi, suatu saat potensi energi yang tersimpan dalam perut bumi akan dilepas.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Sebagai sebuah kota besar, Jakarta. Dan Bandung termasuk salah satu dari 20 kota besar dunia yang perlu mengantisipasi datangnya bencana besar. Kota besar dunia lainnnya yang menjadi ancaman gempa besar adalah Tokyo, Jepang dan Tripoli, Libya.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Pemerintah saat ini memprioritaskan adanya mitigasi bencana untuk menghindari tingginya korban jiwa. Selain mempersiapkan masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana, Pemerintah juga harus mendeteksi gedung-gedung di Jakarta yang mudah ambruk, terkhusus pada gedung yang dijadikan pusat protokol internet.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><strong>Mitigasi Bencana</strong></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Kondisi geologi Indonesia merupakan pertemuan lempeng-lempeng tektonik menjadikan kawasan ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Salah satu konsekuensi logis kekompleksan kondisi geologi ini menjadikan banyak daerah memiliki tingkat kerawanan yg tinggi terhadap bencana alam.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Daerah rawan bencana gempa dan tsunami Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yangg tingkat populasinya sangat padat. Kesadaran serta kesiapan menghadapi bencana alam ini seharusnya dapat dimiliki oleh masyarakat melalui sosialisasi pengenalan kondisi lingkungan geologi serta kesiapan dalam menghadapi bencana alam di lingkungannya. Hampir semua bencana ini di awali dengan gejala-gejala yang perlu diketahui oleh masyarakat sehingga ada kesempatan untuk dapat menghindarinya. Seperti, surutnya muka air laut yang tidak wajar secara tiba-tiba setelah terasa gempa merupakan tanda-tanda akan datangnya tsunami.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Pemerintah harus segera memprioritaskan program mitigasi bencana alam geologi khususnya gempa dan tsunami, pembangunan sistim peringatan dini, dan sosialisasi, latihan-latihan tindakan penyelamatan manusia dalam bencana tersebut. Tentunya pemerintah harus memberikan alokasi biaya dan anggaran untuk melaksanakan program mitigasi, pemantauan, sistim peringatan dini dan berbagai upaya lainnya. Keterbatasan dana bagi pemerintah bukan alasan untuk menunda program mitigasi tersebut. Peranan swadaya masyarakat seperti pihak swasta, lebaga sosial dan berbagai peran serta masyarakat lainnya sangat diperlukan untuk melakukan upaya tersebut.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Manajemen bencana merupakan bagian utama dan strategis dalam penanganan suatu bencana. Sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran seluruh umat manusia akan bencana alam, khususnya melalui pemahaman yang lebih baik mengenai bencana alam tersebut. Serta upaya mengurangi resiko bahaya melalui kemampuan teknologi dan manajemen. Salah satu bagian terpenting manajemen bencana adalah mitigasi.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari satu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang procedural. Perlu penggunaan teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Langkah awal yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana gempa adalah pemetaan daerah rawan gempa yang bisa dilakukan oleh lembaga riset atau perguruan tinggi. Hasil penelitian itu dapat dijadikan landasan untuk kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta untuk peningkatan kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana. Kejadian gempa masa lampau dan pencatatan yang akurat dari luas lahan dan pengaruh-pengaruhnya. Kecenderungan gempa bumi untuk muncul lagi di daerah-daerah yang sama setelah masa seratus tahun. Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di perkotaan di daerah- daerah geologi yang diketahui dapat melipat gandakan getaran-getaran bumi.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Program penting lain dalam mitigasi adalah adanya aturan tentang pendirian bangunan, baik perumahan, perkantoran, maupun fasilitas publik dengan konstruksi yang tahan gempa, sehingga bisa meminimalisasi korban jiwa. Hal ini sering disebut mitigasi struktural karena menekankan pada penguatan seluruh bangunan fisik. Pemerintah sampai saat ini belum mampu mengeluarkan building codes dan peraturan keselamatan bangunan berdasar zonasi kegempaan. Strategi mitigasi struktural tersebut adalah melakuikan rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan getaran. Undang-undang bangunan gempa, kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang bangunan dan dorongan akan standar kualitas bangunan yang lebih tinggi harus terus diupayakan. Konstruksi dari bangunan-bangunan sektor umum yang penting menurut standar tinggi dari rancangan teknik sipil. Memperkuat bangunan-bangunan penting yang sudah ada yang diketahui rentan.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Langkah mitigasi lain yang penting adalah pembuatan jalur-jalur evakuasi serta rambu-rambu, seperti tanda pintu darurat untuk membantu warga pada saat melakukan evakuasi jika bencana gempa bumi terjadi. Pembuatan jalur ini penting untuk mengurangi kemacetan, saat gempa lalu serta untuk mengurangi risiko terjadi kecelakaan. Pembuatan jalur ini perlu diikuti penyuluhan dan latihan evakuasi bagi pengguna jalan raya, latihan atau simulasi menyelamatkan diri atau keluar secara aman dan tidak panik saat menggunakan tangga darurat di gedung-gedung tinggi saat keluar dari pusat perbelanjaan, pasar, dan sekolah, serta cara berlindung di tempat yang aman saat gempa terjadi. Latihan dalam evakuasi gempa tersebut merupakan pendidikan dalam mitigasi gempa yang sangat penting dilakukan. Seharusnya latihan dan simulasi hal ini merupakan kurikulum wajib yang harus dilakukan setiap tahun bagi semua sekolah, kantor dan tempat-tempat umum lainnya. Sehingga kelemahan dan kekurangan yang terjadi senantiasa dapat diperbaiki.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Bila berbagai langkah awal dalam mitigasi gempa tersebut dilaksanakan dengan baik merupakan pencegahan yang tepat. Bila itu dilakukan bukannya tidak mungkin peristiwa gempa yang menimpa hotel Ambacang di Padang yang tidak mempunyai tangga darurat dan pondasi yang lemah tersebut terdeteksi, diperbaiki dan dapat meminimalkan korban yang terjadi. Begitu juga bila simulasi evakuasi dilakukan rutin setiap tahun mungkin saja jumlah korban reruntuhan gempa puluhan murid di Gedung bimbingan belajar Gama dapat dikurangi.semua sekolah, kantor,i semua sekolah, kantor, tempat-tempat umumgempa yang sangat penting dilakukan. Seharusnya hal i</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Tanggap darurat gempa adalah mitigasi lain yang harus dipersiapkan saat terjadinya bencana. Peningkatan kemampuan menghadapi ancaman dengan cara pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang pertolongan pertama, penyiapan peralatan kesehatan dan kebutuhan dasar, Organisasi tanggap darurat yang telah dibentuk pemerintah sampai tingkat pemerintahan tertentu di daerah jangan hanya sekedar di atas kertas. Perlu terus dilakukan reorganisasi dan konsolidasi secara berkala sehingga saat terjadi bencana organisasi Tanggap Darurat di daerah hanya menjadi macan ompong.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Mitigasi nonstruktural dapat dilakukan dengan memperkenalkan atau menerapkan asuransi bencana di daerah yang rawan sehingga masyarakat tidak harus menunggu bantuan pemerintah atau donatur saat harus melakukan pemulihan pascabencana dan masyarakat dapat kembali melakukan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi lebih segera.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Melihat pentingnya upaya mitigasi bencana alam tersebut, tampaknya harus segera dilakukan oleh semua pihak yang diprakarsai oleh departemen sosial. Mitigasi gempa tersebut harus dilakukan secara terpadu, terus-menerus, dan dilakukan semua pihak, sehingga kerugian cacat fisik, jiwa dan harta benda,dapat diminimalkan. Berbagai kejadian mengenaskan yang terjadi dalam bencana gempa tersebut adalah merupakan pengalaman berharga. Seringkali penyesalan itu terulang lagi hanya karena tidak ada inisiatif untuk memulai mitigasi bencana yang sangat penting ini.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><strong>Gempa Bumi</strong></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Gempa bumi adalah bencana yang selalu mengancam masyarakat Indonesia tanpa bisa diperkirakan secara pasti datangnya. Karena sulit dipastikan waktu terjadinya, maka Indonesia yang termasuk rawan gempa harus melakukan mitigasi gempa dengan baiK.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Dalam setahun rata-rata terjadi 3.500 gempa di wilayah Indonesia. Pada tahun 2005 tercatat sekitar 6.000 gempa, tahun 2006 ada 3.800 gempa, dan tahun 2009 sebanyak 2.700 gempa.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Di tahun 2010, sampai bulan Mei tercatat 3.100 gempa. Ini apakah aktivitas naik atau karena sistem dalam mencatat gempa tambah banyak.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Sementara untuk gempa besar, yang kekuatannya di atas 7 skala Richter, dari tahun 2005 hingga 2010 sudah ada 25 gempa.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Gempa dengan magnitude di atas 7 SR pada tahun 2010, sampai bulan Mei sudah tujuh kali. Ditambah dengan gempa di Yapen, jadi delapan kali.<br />
Untuk klaster Aceh, rata-rata periode ulang 24 hari atau hampir 1 bulan, akan terjadi gempa. Tapi ini rata-rata, nyatanya tidak seperti itu, ada kemungkinan satu bulan tak ada gempa sama sekali, atau sebaliknya, dua sampai tiga gempa sebulan</b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-15586083106406521292011-11-27T06:17:00.000-08:002011-11-27T06:17:27.299-08:0010 Gempa Bumi Paling Mematikan Di Dunia<div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>1. Gempa Bumi Shaanxi<br />
Gempa bumi paling mematikan dalam sejarah yang terjadi pada 14<br />
Februari 1556 di Shaanxi, Cina diperkirakan menewaskan tidak kurang<br />
dari 830.000 orang. Gempa bumi ini tercatat sebesar 8.0 skala richter.<br />
2. Gempa Bumi Tangshan<br />
Gempa bumi ini terjadi pada 28 Juli 1976 di Tangshan Hebei,<br />
china. Gempa bumi ini diperkirakan menewaskan sekitar 255.000 orang.<br />
Gempa ini berlangsung pada pagi hari dan diperkirakan berlangsung dalam<br />
waktu 10 detik dengan skala 8.o Richter.<br />
3. Gempa Bumi Haiyuan<br />
Gempa bumi yang terjadi pada 16 Desember 1920 di kota Haiyuan,<br />
Ningxia, China ini mengakibatkan setidaknya 240.000 jiwa melayang.<br />
Besarnya gempa Haiyun sekitar 7.8-8.5 skala richter.<br />
4. Gempa Bumi Aleppo<br />
<br />
Gempa bumi yang berpusat di kota Aleppo, Syria pada 11 Oktober</b><b><br />
1138 ini menewaskan setidaknya 230.000 orang. Besarnya gempa yang<br />
terukur sebesar 8.5 skala richter.<br />
<br />
5. Gempa Bumi Samudera India</b><b><br />
Gempa bumi ini terjadi pada 26 Desember 2004 di Samudra Hindia,<br />
lepas pantai barat Aceh. Gempa ini berkekuatan 9.3 skala Richter, yang<br />
merupakan gempa bumi terbesar di asia tenggara dalam kurun waktu 40</b></i> </div><i style="background-color: lime; color: red;"><b> tahun belakangan ini. Gempa bumi ini juga menyebabkan terjadinya<br />
gelombang tsunami dan menewaskan kurang lebih 230.000 jiwa.<br />
6. Gempa Bumi Damghan<br />
Gempa bumi ini berpusat di negara Iran pada tahun 856 dan menewaskan setidaknya 200.000 jiwa.<br />
7. Gempa Bumi Ardabil <br />
Gempa bumi yang mengakibatkan korban jiwa sebesar 150.000 jiwa ini berpusat di Iran pada tahun 893.<br />
8. Gempa Bumi Hokkaidō<br />
Gempa bumi Hokkaidō terjadi di Jepang pada tahun 1730 dan menewaskan sekurangnya 137.000 jiwa melayang.<br />
9. Gempa Bumi Ashgabat<br />
Gempa bumi ini menewaskan sekitar 110.000 korban jiwa di<br />
Ashgabat, Turkmenistan pada 5 Oktober 1948. Gempa bumi tercatat sebesar<br />
7.3 skala richter.<br />
10. Gempa Bumi Kanto <br />
Gempa bumi Kanto berpusat di dataran Kanto di Pulau Honshu Jepang<br />
pada tanggal 1 September 1923 dan menewaskan sekitar 105.000 orang.<br />
Gempa bumi ini diperkirakan sebesar 7.9-8.4 skala richter.</b></i><div style="background-color: lime; border: medium none; color: red; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><i><b><br />
Sumber: <a href="http://id.shvoong.com/exact-sciences/1939420-10-gempa-bumi-paling-mematikan/#ixzz1euoL2Tzy">http://id.shvoong.com/exact-sciences/1939420-10-gempa-bumi-paling-mematikan/#ixzz1euoL2Tzy</a></b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-45277897386042447622011-11-27T06:10:00.000-08:002011-11-27T06:10:28.930-08:00Gempa bumi Sumatera Utara 2011 - Wikipedia bahasa Indonesia ..<div style="background-color: lime; color: red;"><i><b> &lt;p&gt;Your browser does not support iframes.&lt;/p&gt; </b></i></div><div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-7a5SBNNuDzIvhAz7DuTNQAKtnNypNO5Cec_VNei_qPkZNBeLd4W3v_ssv3eLWOCvDGGnMKOQgFx2OysDwqo0WKFCFiAIzwQKRKPFx5kVrnzYacyxhEqbiItkphD8shkOe9Tngn_1crcD/s1600-h/gempa+aceh+2004.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="134" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-7a5SBNNuDzIvhAz7DuTNQAKtnNypNO5Cec_VNei_qPkZNBeLd4W3v_ssv3eLWOCvDGGnMKOQgFx2OysDwqo0WKFCFiAIzwQKRKPFx5kVrnzYacyxhEqbiItkphD8shkOe9Tngn_1crcD/s200/gempa+aceh+2004.jpg" width="200" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b>Gempa Bumi tampaknya sering terjadi akhir-akhir ini, dan rasanya lagu yang dinyanyikan </b><b>Ebiet G Ade benar demikian adanya. "Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita, coba kita tanyakan pada rumput yang bergoyang".<br />
<a href="" name="more"></a><br />
Tahukah anda bahwa negara kita tercinta ini bertetangga dengan </b><b>gempa bumi, kita tidak bisa memilih memang harus bertetangga dengan siapa maupun apa? Namun dibalik potensi ancaman yang begitu dahsyat dari alam, ada baiknya dari sekarang kita mulai sadar dan bersikap </b><b>aware dengan sekeliling kita, dengan alam kita. Karena jika alam benar-benar sudah enggan bersahabat dengan kita, maka yang terjadi adalah bencana dimana-mana.<br />
<br />
<br />
Kita memang tidak bisa mencegah gempa, atau bahkan mengundur waktunya, karena yang berkehendak atas gempa tersebut adalah sepenuhnya Allah SWT, namun dari pengalaman yang sudah-sudah, rasanya kita harus lebih siap menghadapi </b><b>"tetangga" kita tersebut apabila sewaktu-waktu dia datang. Nah, sekedar mengingatkan bahwa Bumi ini pernah beberapa kali mengalami </b><b>gempa yang sangat </b><b>dahsyat dengan kekuatan diatas 8 pada Skala Richter, dan ternyata 2 dari </b><b>10 Gempa Bumi yang ada masuk dalam daftar </b><b>gempa terdahsyat sepanjang sejarah terjadi di indonesia. Berikut daftarnya :<br />
<br />
<br />
</b><b>10. Gempa Assam Tibet </b><b>1950 dengan kekuatan 8,6 Skala Richter pada koordinat<span class="plainlinksneverexpand"><span class="geo-default"><span class="geo-dec" title="Peta, foto udara, dan
data lainnya untuk lokasi
ini"> </span></span></span>28.5 96.5<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilVbOf2XCh9cy1EWBtXWewapF3ggP2X5PyxpFDKXU5ELIe3LVytpsez699TIJ0fI4EkD93POy7ILDQkU8-CD1nYI9vaJVLX-l25slwUw3zb8udoT2Be-Q1auCkEIGS4q-dvnfemW7-cQjO/s1600-h/gempa+assam,+tibet.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilVbOf2XCh9cy1EWBtXWewapF3ggP2X5PyxpFDKXU5ELIe3LVytpsez699TIJ0fI4EkD93POy7ILDQkU8-CD1nYI9vaJVLX-l25slwUw3zb8udoT2Be-Q1auCkEIGS4q-dvnfemW7-cQjO/s320/gempa+assam,+tibet.jpg" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b>9. Gempa Kepulauan Andreanof, </b><b>Alaska 1957 berkekuatan 8,6 Skala Richter pada koordinat<span class="plainlinksneverexpand"><span class="geo-default"><span class="geo-dec" title="Peta, foto udara, dan
data lainnya untuk lokasi
ini"> </span></span></span>51.56 -175.39.<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkVihgpZ5lpjumB88u-IQYo_sjc6qd-RFKHAoIdNY8OAZHVmQAr-cnDlFwzjeARh8YIGJyn-z4e92joi10SeZ3YfYGHYWcP17V2Os-Df7tCd_lsLtfCT6IJr5wpCBbQ720rGPFRfoD-hvs/s1600-h/gempa+kepulauan+andreanof+alaska.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="209" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkVihgpZ5lpjumB88u-IQYo_sjc6qd-RFKHAoIdNY8OAZHVmQAr-cnDlFwzjeARh8YIGJyn-z4e92joi10SeZ3YfYGHYWcP17V2Os-Df7tCd_lsLtfCT6IJr5wpCBbQ720rGPFRfoD-hvs/s320/gempa+kepulauan+andreanof+alaska.jpg" width="320" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
</b><b>8. Gempa Pulau Rat, </b><b>Alaska 1965 dengan</b><b> kekuatan 8,7 Skala Richter pada koordinat<span class="plainlinksneverexpand"><span class="geo-default"><span class="geo-dec" title="Peta, foto udara, dan
data lainnya untuk lokasi
ini"> </span></span></span>51.21 178.50.<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVIiFkN5_3uDsgCvmtiZ0oyXWqaQ9p7xl01njrUxO77ksCqU6xgYop_poT3nbem1M7ZD0pdnQSRR_4Fr9H-e3Ketsm0zCBYSgm-uk2eMfm2mmpoliwBFxKYz9Wq395aW0xNfe_-jxpohAz/s1600-h/gempa+pulau+rat+alaska.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVIiFkN5_3uDsgCvmtiZ0oyXWqaQ9p7xl01njrUxO77ksCqU6xgYop_poT3nbem1M7ZD0pdnQSRR_4Fr9H-e3Ketsm0zCBYSgm-uk2eMfm2mmpoliwBFxKYz9Wq395aW0xNfe_-jxpohAz/s320/gempa+pulau+rat+alaska.jpg" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
</b><b>7. Gempa Sumatera Utara, </b><b>2005 dengan</b><b> kekuatan 8,7 Skala Richter pada koordinat<span class="plainlinksneverexpand"><span class="geo-default"><span class="geo-dec" title="Peta, foto udara, dan data lainnya untuk lokasi
ini"> </span></span></span>2.08 97.01.<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDLgn_jyrcYovOYQ3ISm1U2kruiiA8YakmRFZgWrRLz5OsD95Gq-ISjGGmyK0vzKv15oBxyVnee4RPuR3PL032nRLjmbJ_A971BYmZzQ9zF7q-7yqPL0la_NAl_RNBijePbvquddn_gFXm/s1600-h/gempa+sumut+%283%29.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDLgn_jyrcYovOYQ3ISm1U2kruiiA8YakmRFZgWrRLz5OsD95Gq-ISjGGmyK0vzKv15oBxyVnee4RPuR3PL032nRLjmbJ_A971BYmZzQ9zF7q-7yqPL0la_NAl_RNBijePbvquddn_gFXm/s320/gempa+sumut+%283%29.jpg" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
</b><b>6. Gempa Chile, </b><b>2010 dengan</b><b> kekuatan 8,8 Skala Richter pada koordinat<span class="plainlinksneverexpand"><span class="geo-nondefault"><span class="geo-dms" title="Peta, foto udara, dan data lainnya untuk lokasi
ini"><span class="latitude"> 35°50′46″S</span> <span class="longitude">72°43′08″W</span></span></span><span class="geo-multi-punct"> / </span><span class="geo-default"><span class="geo-dec" title="Peta, foto udara, dan data lainnya untuk lokasi
ini">35.846°LS 72.719°BB</span></span></span><br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaDWvzR9I6vdk1b4i2PHIZszKw96wdb1M9ltmrMmFo644hLOGhgfC_glJI5VzR3hyCl_Z5eDGpEn4nV7CA8SY7ZVwZcuEd_vZo_jHep4NRyuRhQXvWl40B9wvsR84iWPrpQPCI5Lk0JmBI/s1600-h/gempa+chile+2010.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaDWvzR9I6vdk1b4i2PHIZszKw96wdb1M9ltmrMmFo644hLOGhgfC_glJI5VzR3hyCl_Z5eDGpEn4nV7CA8SY7ZVwZcuEd_vZo_jHep4NRyuRhQXvWl40B9wvsR84iWPrpQPCI5Lk0JmBI/s320/gempa+chile+2010.jpg" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
</b><b>5. Gempa Lepas Pantai Ekuador, </b><b>1906 dengan</b><b> kekuatan 8,8 Skala Richter pada koordinat 1.0 -81.5.<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLDQMLalt2m5Y84uUsQvNYlgABeIAeEvSj8j_dGIKyyUkqfGs-cKcM7CnoXBLS9VFmGoNpObBiBTqGvIWQvTqQSY8XFhpNSX4OmtDFq0oMN9MVhVdW09faaX961gjPLBlnexJ0q4A-x-_3/s1600-h/gempa+lepas+pantai+ekuador.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLDQMLalt2m5Y84uUsQvNYlgABeIAeEvSj8j_dGIKyyUkqfGs-cKcM7CnoXBLS9VFmGoNpObBiBTqGvIWQvTqQSY8XFhpNSX4OmtDFq0oMN9MVhVdW09faaX961gjPLBlnexJ0q4A-x-_3/s320/gempa+lepas+pantai+ekuador.jpg" width="320" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
</b><b>4. </b><b>Gempa Kamchatka</b><b>, Rusia 1952 dengan</b><b> kekuatan 9,0 Skala Richter pada koordinat 52.76 160.06.<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeGDex57W6_D8nEt8WtY7zSyfNvue7x3mGFSf5i3BuuC4lT66bzRQP1dS2QQxg6BpVCY8qnVEhpXEga4nUWkgZ3sT460ZSjCH-NxP1CM7OZVzGTlmKaHCBPQGDz8jGVq-09XKuhGHmuZOA/s1600-h/gempa+kamchatka.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeGDex57W6_D8nEt8WtY7zSyfNvue7x3mGFSf5i3BuuC4lT66bzRQP1dS2QQxg6BpVCY8qnVEhpXEga4nUWkgZ3sT460ZSjCH-NxP1CM7OZVzGTlmKaHCBPQGDz8jGVq-09XKuhGHmuZOA/s320/gempa+kamchatka.jpg" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
</b><b>3. </b><b>Gempa Aceh 2004, Indonesia dengan</b><b> kekuatan 9,0 Skala Richter pada koordinat 3.30 95.78.<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-7a5SBNNuDzIvhAz7DuTNQAKtnNypNO5Cec_VNei_qPkZNBeLd4W3v_ssv3eLWOCvDGGnMKOQgFx2OysDwqo0WKFCFiAIzwQKRKPFx5kVrnzYacyxhEqbiItkphD8shkOe9Tngn_1crcD/s1600-h/gempa+aceh+2004.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-7a5SBNNuDzIvhAz7DuTNQAKtnNypNO5Cec_VNei_qPkZNBeLd4W3v_ssv3eLWOCvDGGnMKOQgFx2OysDwqo0WKFCFiAIzwQKRKPFx5kVrnzYacyxhEqbiItkphD8shkOe9Tngn_1crcD/s320/gempa+aceh+2004.jpg" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
</b><b>2. Gempa Prince William Sound, 1964 Alaska berkekuatan 9,2 Skala Richter pada koordinat 61.06 -147.65.<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWBU10UmcEVEEXp5m24UHBjSbCyM5Rk2TTGBcPJL4Qz0fBzebnHjNAh7RczvK3jyw0WyxRTWFfI54ZDr6eahGSDkxtQm9DCAuhmtDFdR5sGNc4Z3OH1oGX0vDrVb2p-gEy-ZmcA2VoUhXK/s1600-h/gempa+William+Sound+alaska.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWBU10UmcEVEEXp5m24UHBjSbCyM5Rk2TTGBcPJL4Qz0fBzebnHjNAh7RczvK3jyw0WyxRTWFfI54ZDr6eahGSDkxtQm9DCAuhmtDFdR5sGNc4Z3OH1oGX0vDrVb2p-gEy-ZmcA2VoUhXK/s320/gempa+William+Sound+alaska.jpg" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
</b><b>1. Gempa Chile 1960 dengan kekuatan 9,5 Skala Richter pada koordinat -38.24 -73.05.<br />
</b></i> <div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnN03vRhEfU9la7U5CswXN9Ved1aZ-eWouM8FpqnQEh6TpqwK2GNhsMnRY279jJM3TRl1QD_dgvz6-nl70AHeyie_Wl-2B2hZolmM2vzrVloqHMEabGpftl69Hh4cg-Fz-MRhmYDjaBXLy/s1600-h/gempa+chile+1960.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnN03vRhEfU9la7U5CswXN9Ved1aZ-eWouM8FpqnQEh6TpqwK2GNhsMnRY279jJM3TRl1QD_dgvz6-nl70AHeyie_Wl-2B2hZolmM2vzrVloqHMEabGpftl69Hh4cg-Fz-MRhmYDjaBXLy/s320/gempa+chile+1960.jpg" width="320" /></a></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><br />
<br />
Nah, sudah saatnya kita harus waspada karena gempa tidak bisa diprediksi datangnya, berserah diri pada Tuhan dan belajar cara menyelamatkan diri saat gempa adalah solusi satu-satunya. Mudah-mudahan Allah SWT selalu melindungi kita seluruh Bangsa Indonesia dimanapun berada, wassalam </b><b>[agusta27]</b></i>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-12454102268164099542011-11-27T06:04:00.000-08:002011-11-27T06:04:19.427-08:00Cuaca Ekstrim di Indonesia<h2 style="background-color: lime; color: red;"><b><i>Cuaca Ekstrim di Indonesia</i></b></h2><div class="info" style="background-color: lime; color: red;"> <b><i><span class="date">October 8th, 2010</span> <span class="author"><a href="http://rezasaputra.com/author/reza-saputra" rel="author" title="Posts by Reza Saputra">Reza Saputra</a></span> <span class="addcomment"><a href="http://rezasaputra.com/2010/10/cuaca-ekstrim-di-indonesia.html#respond">Leave a comment</a></span> <span class="comments"><a href="http://rezasaputra.com/2010/10/cuaca-ekstrim-di-indonesia.html#comments">Go to comments</a></span></i></b> </div><center style="background-color: lime; color: red;"><br />
<li> <b><i><br />
</i></b></li><br />
</center> <div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><b><i>Berita akhir-akhir ini dipenuhi dengan berita <a href="http://rezasaputra.com/tag/bencana" title="bencana">bencana</a> alam yang diakibatkan oleh <a href="http://rezasaputra.com/2010/10/cuaca-ekstrim-di-indonesia.html" target="_blank">cuaca ekstrim</a>. Cuaca yang awalnya panas membakar tubuh berubah drastis menjadi hujan yang lebat dengan intensitas waktu yang lama. Tidak hanya serbuan pasukan air dari langit yang turun, namun hujan tersebut diiringi oleh angin dan juga petir menyambar. Banyak sungai yang memuntahkan airnya, banyak pohon di jalanan tumbang sampai-sampai meniduri kendaraan, bangunan bahkan nyawa di bawahnya.</i></b></div><div style="background-color: lime; color: red;"><b><i><span id="more-485"></span></i></b></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><b><i><img alt="" class="alignright" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoP-WFTdKqBkpeTwOzC5hzONHeiTi-sr0-Dq3RKVdl4_6awDK7CtGhT9HPKL6eewtNUeOOZPGf38w3_qeI0hJOF7nMjI6GDTVdGFFwadYw02bEurfip6IqQTv1vY2m7c7HO2RhP-j51iDR/" title="Banjir Bandang di Papua" width="300" />Cuaca yang diprediksikan akan berlanjut hinga bulan maret 2011 ini terus menghantui warga. Banyak daerah di <a href="http://rezasaputra.com/tag/indonesia" title="indonesia">indonesia</a> yang mengalami <a href="http://rezasaputra.com/tag/bencana" title="bencana">bencana</a> banjir, dan tidak sedikit pula warga <a href="http://rezasaputra.com/tag/indonesia" title="indonesia">indonesia</a> yang kehilangan mata pencaharian bahkan tempat tinggal mereka. Harga barang kebutuhan pokok melonjak naik, kesehatan terancam, nelayan tak berani melaut, petani tak berani menanam, dan banjir dimana-mana.</i></b></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><b><i><a href="http://rezasaputra.com/tag/bencana" title="Bencana">Bencana</a> besar baru saja melanda <a href="http://rezasaputra.com/tag/indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a> Senin, 4 Oktober kemarin. Banjir bandang di tanah timur <a href="http://rezasaputra.com/tag/indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a> Wasior mengakibatkan puluhan bangunan roboh, jembatan-jembatan terputus, serta ratusan korban jiwa berjatuhan dan hilang.</i></b></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><b><i>Entahlah apa maksud dari semua ini. Marilah kawan kita kembali kepada pembuat alam ini. Menyesali kesalahan yang telah berlalu dan melakukan perubahan demi masa depan.</i></b></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-21164970489498332392011-11-27T05:43:00.001-08:002011-11-27T05:43:45.798-08:0011 Provinsi di Indonesia Berpotensi Tinggi Kena Banjir<h2 style="background-color: lime; color: red;"><i><b>11 Provinsi di Indonesia Berpotensi Tinggi Kena Banjir</b></i></h2><div class="articleSummary" style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan hingga Januari 2012 terdapat 11 provinsi di Indonesia berpotensi banjir tinggi.</b></i></div><div class="toolWrap" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="byline"><i><b> Fathiyah Wardah <span class="location">| Jakarta</span></b></i> </div><div class="toolList"> <ul class="languageSocialLinks"><li><i><b><a href="http://www.voanews.com/indonesian/news/11-Provinsi-di-Indonesia-Berpotensi-Tinggi-Terkena-Banjir-133961528.html"><img alt="Surel" border="0" height="20" src="http://media.voanews.com/designimages/icon-email.gif" title="Surel" width="20" /></a></b></i> </li>
<li><i><b><a href="http://www.voanews.com/indonesian/news/11-Provinsi-di-Indonesia-Berpotensi-Tinggi-Terkena-Banjir-133961528.html"><img alt="Cetak" border="0" height="20" src="http://media.voanews.com/designimages/icon-printer.gif" title="Cetak" width="20" /></a></b></i> </li>
<li><i><b><a href="http://www.voanews.com/indonesian/news/11-Provinsi-di-Indonesia-Berpotensi-Tinggi-Terkena-Banjir-133961528.html#comments"><img alt="Komentar" border="0" height="20" src="http://media.voanews.com/designimages/icon-comments.gif" title="Komentar" width="20" /></a></b></i></li>
<li class="share"> <div class="addthis_toolbox addthis_default_style "> <i><b><a class="addthis_button_compact at300m" href="http://www.voanews.com/indonesian/news/11-Provinsi-di-Indonesia-Berpotensi-Tinggi-Terkena-Banjir-133961528.html#"><span class="at300bs at15nc at15t_compact"></span></a></b></i> </div><i><b><br />
</b></i></li>
</ul></div></div><div class="mediaLinks" style="background-color: lime; color: red;"> <ul class="languageSocialLinks"><li class="tweetBtn no-count"> <i><b><br />
</b></i></li>
<li class="facebook no-count"><i><b><br />
</b></i></li>
<li class="plusOne"> <i><b><br />
</b></i></li>
</ul></div><div class="photo480px" style="background-color: lime; color: red;"> <i><b><img alt="" border="0" height="282" src="http://media.voanews.com/images/480*282/jakartaflood_2006.jpg" title="" width="480" /></b></i> <div class=""> <div class="credit"><i><b> Foto: AP </b></i></div><div class="caption"><i><b>Banjir yang melanda Jakarta pada tahun 2006 silam (foto:dok).</b></i></div></div></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers di kantornya, Rabu menjelaskan meningkatnya suhu permukaan air laut di hampir sebagian besar perairan wilayah Indonesia menyebabkan pasokan uap air pembentuk awan berlimpah.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Akibatnya kata Sutopo terjadi hujan dengan intensitas tinggi.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Sutopo mengungkapkan pada bulan November sampai Januari 2012 terdapat 11 provinsi di Indonesia yang memiliki potensi tinggi banjir. Kesebelas provinsi itu adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogjakarta dan Jawa Timur.</b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-32240172569493843542011-11-27T05:39:00.000-08:002011-11-27T05:39:22.989-08:00Banjir<h1 class="firstHeading" id="firstHeading" style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Banjir</b></i></h1><div id="siteSub" style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas</b></i></div><div id="jump-to-nav" style="background-color: lime; color: red;"><i><b> Langsung ke: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#mw-head">navigasi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#p-search">cari</a></b></i> </div><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:A_Flood_on_Java_1865-1876_Raden_Saleh.jpg&filetimestamp=20090905034439"><img alt="" class="thumbimage" height="180" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e6/A_Flood_on_Java_1865-1876_Raden_Saleh.jpg/250px-A_Flood_on_Java_1865-1876_Raden_Saleh.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:A_Flood_on_Java_1865-1876_Raden_Saleh.jpg&filetimestamp=20090905034439" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Orang-orang mengungsi dari banjir di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>. ca. 1865-1876.</b></i></div></div></div><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Rapid_Creek_flooding_1.jpg&filetimestamp=20080513105119"><img alt="" class="thumbimage" height="166" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f0/Rapid_Creek_flooding_1.jpg/250px-Rapid_Creek_flooding_1.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Rapid_Creek_flooding_1.jpg&filetimestamp=20080513105119" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Banjir sungai kecil akibat hujan monsun deras deras dan pasang laut tinggi di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Darwin,_Northern_Territory" title="Darwin, Northern Territory">Darwin</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Northern_Territory" title="Northern Territory">Northern Territory</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Australia" title="Australia">Australia</a>.</b></i></div></div></div><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flood102405.JPG&filetimestamp=20080310015036"><img alt="" class="thumbimage" height="188" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/00/Flood102405.JPG/250px-Flood102405.JPG" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flood102405.JPG&filetimestamp=20080310015036" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Banjir dekat <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Key_West&action=edit&redlink=1" title="Key West (halaman belum tersedia)">Key West</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Florida" title="Florida">Florida</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat" title="Amerika Serikat">Amerika Serikat</a> akibat <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1" title="Banjir badai (halaman belum tersedia)">banjir badai</a> <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Badai_Wilma&action=edit&redlink=1" title="Badai Wilma (halaman belum tersedia)">Wilma</a> pada Oktober 2005.</b></i></div></div></div><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Trapped_woman_on_a_car_roof_during_flash_flooding_in_Toowoomba_2.jpg&filetimestamp=20110112222254"><img alt="" class="thumbimage" height="166" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/78/Trapped_woman_on_a_car_roof_during_flash_flooding_in_Toowoomba_2.jpg/250px-Trapped_woman_on_a_car_roof_during_flash_flooding_in_Toowoomba_2.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Trapped_woman_on_a_car_roof_during_flash_flooding_in_Toowoomba_2.jpg&filetimestamp=20110112222254" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Banjir bandang akibat hujan deras dalam waktu singkat.</b></i></div></div></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Sebuah </b><b>banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.<sup class="reference" id="cite_ref-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-0">[1]</a></sup><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengarahan_banjir&action=edit&redlink=1" title="Pengarahan banjir (halaman belum tersedia)">Pengarahan banjir</a> Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.<sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-1">[2]</a></sup> Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pasang_laut" title="Pasang laut">pasang laut</a>. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai" title="Sungai">sungai</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Danau" title="Danau">danau</a> yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.<sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-2">[3]</a></sup></b></i> </div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mitos_banjir_besar&action=edit&redlink=1" title="Mitos banjir besar (halaman belum tersedia)">Mitos banjir besar</a> adalah kisah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi" title="Mitologi">mitologi</a> banjir besar yang dikirimkan oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ketuhanan" title="Ketuhanan">Tuhan</a> untuk menghancurkan suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban" title="Peradaban">peradaban</a> sebagai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembalasan_agung&action=edit&redlink=1" title="Pembalasan agung (halaman belum tersedia)">pembalasan agung</a> dan sering muncul dalam mitologi berbagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya" title="Budaya">kebudayaan</a> di dunia.</b></i></div><table class="toc" id="toc" style="background-color: lime; color: red;"><tbody>
<tr> <td> <div id="toctitle"> <h2><i><b>Daftar isi</b></i></h2><i><b><span class="toctoggle"> [<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#" id="togglelink">sembunyikan</a>] </span></b></i></div><ul><li class="toclevel-1 tocsection-1"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Jenis_dan_penyebab_utama"><span class="tocnumber">1</span> <span class="toctext">Jenis dan penyebab utama</span></a></b></i> <ul><li class="toclevel-2 tocsection-2"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Sungai"><span class="tocnumber">1.1</span> <span class="toctext">Sungai</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-3"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Muara"><span class="tocnumber">1.2</span> <span class="toctext">Muara</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-4"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Pantai"><span class="tocnumber">1.3</span> <span class="toctext">Pantai</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-5"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Malapetaka"><span class="tocnumber">1.4</span> <span class="toctext">Malapetaka</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-6"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Manusia"><span class="tocnumber">1.5</span> <span class="toctext">Manusia</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-7"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Lumpur"><span class="tocnumber">1.6</span> <span class="toctext">Lumpur</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-8"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Lainnya"><span class="tocnumber">1.7</span> <span class="toctext">Lainnya</span></a></b></i></li>
</ul></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-9"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Dampak"><span class="tocnumber">2</span> <span class="toctext">Dampak</span></a></b></i> <ul><li class="toclevel-2 tocsection-10"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Dampak_primer"><span class="tocnumber">2.1</span> <span class="toctext">Dampak primer</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-11"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Dampak_sekunder"><span class="tocnumber">2.2</span> <span class="toctext">Dampak sekunder</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-12"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Dampak_tersier.2Fjangka_panjang"><span class="tocnumber">2.3</span> <span class="toctext">Dampak tersier/jangka panjang</span></a></b></i></li>
</ul></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-13"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Pengendalian"><span class="tocnumber">3</span> <span class="toctext">Pengendalian</span></a></b></i> <ul><li class="toclevel-2 tocsection-14"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Eropa"><span class="tocnumber">3.1</span> <span class="toctext">Eropa</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-15"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Amerika_Utara"><span class="tocnumber">3.2</span> <span class="toctext">Amerika Utara</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-16"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Asia"><span class="tocnumber">3.3</span> <span class="toctext">Asia</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-17"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Afrika"><span class="tocnumber">3.4</span> <span class="toctext">Afrika</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-18"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Keselamatan_pembersihan"><span class="tocnumber">3.5</span> <span class="toctext">Keselamatan pembersihan</span></a></b></i></li>
</ul></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-19"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Keuntungan"><span class="tocnumber">4</span> <span class="toctext">Keuntungan</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-20"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Pemodelan_komputer"><span class="tocnumber">5</span> <span class="toctext">Pemodelan komputer</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-21"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Banjir_paling_mematikan"><span class="tocnumber">6</span> <span class="toctext">Banjir paling mematikan</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-22"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Lihat_pula"><span class="tocnumber">7</span> <span class="toctext">Lihat pula</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-23"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Catatan_kaki"><span class="tocnumber">8</span> <span class="toctext">Catatan kaki</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-24"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Bahan_bacaan"><span class="tocnumber">9</span> <span class="toctext">Bahan bacaan</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-25"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#Pranala_luar"><span class="tocnumber">10</span> <span class="toctext">Pranala luar</span></a></b></i></li>
</ul></td> </tr>
</tbody></table><h2 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=1" title="Sunting bagian: Jenis dan penyebab utama">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Jenis_dan_penyebab_utama">Jenis dan penyebab utama</span></b></i></h2><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:BDF0.jpg&filetimestamp=20070428051045"><img alt="" class="thumbimage" height="331" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/15/BDF0.jpg/250px-BDF0.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:BDF0.jpg&filetimestamp=20070428051045" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Lusinan desa terendam ketika hujan meluapkan sungai di barat laut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangladesh" title="Bangladesh">Bangladesh</a> pada awal Oktober 2005. Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Terra <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/NASA" title="NASA">NASA</a> menangkap citra banjir Sungai Ghaghat dan Atrai pada 12 Oktober 2005. Sungai biru gelap tersebar di seluruh pedesaan pada citra banjir ini.</b></i></div></div></div><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Sungai">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Sungai">Sungai</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Monsun" title="Monsun">monsun</a>, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor" title="Tanah longsor">tanah longsor</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Es" title="Es">es</a>, atau <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puing-puing&action=edit&redlink=1" title="Puing-puing (halaman belum tersedia)">puing-puing</a> dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.</b></i></li>
<li><i><b>Cepat: Termasuk <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_bandang" title="Banjir bandang">banjir bandang</a> akibat curah hujan konvektif (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Badai_petir" title="Badai petir">badai petir</a> besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan" title="Bendungan">bendungan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor" title="Tanah longsor">tanah longsor</a>, atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gletser" title="Gletser">gletser</a>.</b></i></li>
</ul><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: Muara">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Muara">Muara</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1" title="Banjir badai (halaman belum tersedia)">Banjir badai</a> akibat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropis" title="Siklon tropis">siklon tropis</a> atau <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1" title="Siklon ekstratropis (halaman belum tersedia)">siklon ekstratropis</a> masuk dalam kategori ini.</b></i></li>
</ul><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Pantai">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pantai">Pantai</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami" title="Tsunami">tsunami</a> atau hurikan). <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1" title="Banjir badai (halaman belum tersedia)">Banjir badai</a> akibat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siklon_tropis" title="Siklon tropis">siklon tropis</a> atau <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklon_ekstratropis&action=edit&redlink=1" title="Siklon ekstratropis (halaman belum tersedia)">siklon ekstratropis</a> masuk dalam kategori ini.</b></i></li>
</ul><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Malapetaka">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Malapetaka">Malapetaka</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan" title="Bendungan">bendungan</a> atau bencana lain seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi" title="Gempa bumi">gempa bumi</a> dan letusan gunung berapi).</b></i></li>
</ul><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: Manusia">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Manusia">Manusia</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.</b></i></li>
</ul><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=7" title="Sunting bagian: Lumpur">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Lumpur">Lumpur</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_lumpur&action=edit&redlink=1" title="Banjir lumpur (halaman belum tersedia)">Banjir lumpur</a> terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.</b></i></li>
</ul><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=8" title="Sunting bagian: Lainnya">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Lainnya">Lainnya</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rangkaian_badai&action=edit&redlink=1" title="Rangkaian badai (halaman belum tersedia)">Rangkaian badai</a> yang bergerak ke daerah yang sama.</b></i></li>
<li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berang-berang" title="Berang-berang">Berang-berang</a> pembangun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan" title="Bendungan">bendungan</a> dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.</b></i></li>
</ul><h2 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=9" title="Sunting bagian: Dampak">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Dampak">Dampak</span></b></i></h2><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Alicante%2830-09-1997%29.JPG&filetimestamp=20060122110205"><img alt="" class="thumbimage" height="379" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a1/Alicante%2830-09-1997%29.JPG/250px-Alicante%2830-09-1997%29.JPG" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Alicante%2830-09-1997%29.JPG&filetimestamp=20060122110205" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Banjir <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Mediterania" title="Laut Mediterania">Mediterania</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alicante" title="Alicante">Alicante</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Spanyol" title="Spanyol">Spanyol</a>), 1997.</b></i></div></div></div><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=10" title="Sunting bagian: Dampak primer">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Dampak_primer">Dampak primer</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selokan_bawah_tanah&action=edit&redlink=1" title="Selokan bawah tanah (halaman belum tersedia)">selokan bawah tanah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_raya" title="Jalan raya">jalan raya</a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kanal" title="Kanal">kanal</a>.</b></i></li>
</ul><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=11" title="Sunting bagian: Dampak sekunder">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Dampak_sekunder">Dampak sekunder</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Persediaan air – <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Polusi_air" title="Polusi air">Kontaminasi air</a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Air_minum" title="Air minum">Air minum</a> bersih mulai langka.</b></i></li>
<li><i><b>Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_bawaan_air&action=edit&redlink=1" title="Penyakit bawaan air (halaman belum tersedia)">penyakit bawaan air</a>.</b></i></li>
<li><i><b>Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.<sup class="reference" id="cite_ref-3"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-3">[4]</a></sup></b> Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.</i></li>
<li><i><b>Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.<sup class="reference" id="cite_ref-4"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-4">[5]</a></sup></b></i></li>
<li><i><b>Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.</b></i></li>
</ul><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=12" title="Sunting bagian: Dampak tersier/jangka panjang">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Dampak_tersier.2Fjangka_panjang">Dampak tersier/jangka panjang</span></b></i></h3><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.</b></i></li>
</ul><h2 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=13" title="Sunting bagian: Pengendalian">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pengendalian">Pengendalian</span></b></i></h2><dl style="background-color: lime; color: red;"><dd> <div class="dablink noprint"><i><b><img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengendalian_banjir&action=edit&redlink=1" title="Pengendalian banjir (halaman belum tersedia)">Pengendalian banjir</a></b></i></div></dd></dl><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Di berbagai negara di seluruh dunia, sungai yang rawan banjir dikendalikan dengan hati-hati. Pertahanan seperti <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Levee&action=edit&redlink=1" title="Levee (halaman belum tersedia)">bendungan</a>,<sup class="reference" id="cite_ref-5"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-5">[6]</a></sup> <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bunding&action=edit&redlink=1" title="Bunding (halaman belum tersedia)">bund</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk" title="Waduk">waduk</a>, dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Weir&action=edit&redlink=1" title="Weir (halaman belum tersedia)">weir</a> digunakan untuk mencegah sungai meluap, peralatan darurat seperti karung pasir atau tabung apung portabel digunakan. Banjir pantai telah dikendalikan di Eropa dan Amerika melalui <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengelolaan_pantai&action=edit&redlink=1" title="Pengelolaan pantai (halaman belum tersedia)">pertahanan pantai</a>, seperti <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tembok_laut&action=edit&redlink=1" title="Tembok laut (halaman belum tersedia)">tembok laut</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengembalian_pantai&action=edit&redlink=1" title="Pengembalian pantai (halaman belum tersedia)">pengembalian pantai</a>, dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pulau_penghalang&action=edit&redlink=1" title="Pulau penghalang (halaman belum tersedia)">pulau penghalang</a>.</b></i></div><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=14" title="Sunting bagian: Eropa">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Eropa">Eropa</span></b></i></h3><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Mengingat penderitaan dan kehancuran yang diakibatkan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Besar_Paris_1910&action=edit&redlink=1" title="Banjir Besar Paris 1910 (halaman belum tersedia)">Banjir Besar Paris 1910</a>, pemerintah Perancis membangun serangkaian waduk bernama Les Grands Lacs de Seine (atau Danau-Danau Besar) yang membantu mengurangi tekanan dari Sungai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seine" title="Seine">Seine</a> ketika terjadi banjir, khususnya banjir rutin pada musim dingin.<sup class="reference" id="cite_ref-6"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-6">[7]</a></sup></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/London" title="London">London</a> terlindungi dari banjir laut oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Thames_Barrier&action=edit&redlink=1" title="Thames Barrier (halaman belum tersedia)">Thames Barrier</a>, sebuah perintang mekanis besar melintasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Thames" title="Sungai Thames">Sungai Thames</a> yang dinaikkan ketika permukaan air laut mencapai ketinggian tertentu.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Venesia" title="Venesia">Venesia</a> memiliki perintang sejenis, namun kota ini sudah tidak mampu menangani pasang laut yang sangat tinggi; sistem tanggul baru sedang dibangun. Pertahanan banjir London dan Venesia dapat dianggap tidak berguna jika permukaan laut terus naik.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Sungai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adige&action=edit&redlink=1" title="Adige (halaman belum tersedia)">Adige</a> di Italia Utara memiliki kanal bawah tanah yang memungkinkan sebagian alirannya dialihkan ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Garda" title="Danau Garda">Danau Garda</a> (di daerah aliran sungai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Po" title="Sungai Po">Po</a>) untuk mengurangi risiko banjir muara. Kanal bawah tanah ini digunakan dua kali, pada 1966 dan 2000.</b></i></div><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Povoden_2002_hlasna_treban.jpg&filetimestamp=20070921231832"><img alt="" class="thumbimage" height="188" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/58/Povoden_2002_hlasna_treban.jpg/250px-Povoden_2002_hlasna_treban.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Povoden_2002_hlasna_treban.jpg&filetimestamp=20070921231832" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Sungai Berounka, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Ceko" title="Republik Ceko">Republik Ceko</a>, menumpahkan aliran sungainya dalam <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Eropa_2002&action=edit&redlink=1" title="Banjir Eropa 2002 (halaman belum tersedia)">banjir Eropa 2002</a> dan merendam rumah-rumah di desa Hlásná Třebaň, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Distrik_Beroun&action=edit&redlink=1" title="Distrik Beroun (halaman belum tersedia)">Distrik Beroun</a>.</b></i></div></div></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengendalian_banjir_di_Belanda&action=edit&redlink=1" title="Pengendalian banjir di Belanda (halaman belum tersedia)">Pertahanan banjir</a> terbesar dan tercanggih di dunia dapat ditemukan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda">Belanda</a> yang disebut <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Delta_Works&action=edit&redlink=1" title="Delta Works (halaman belum tersedia)">Delta Works</a><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Oosterschelde&action=edit&redlink=1" title="Oosterschelde (halaman belum tersedia)">Oosterschelde</a> yang menjadi pencapaian terbesar dalam pembangunan sistem pengendalian banjir ini. Sistem ini dibangun sebagai tanggapan terhadap <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Laut_Utara_1953&action=edit&redlink=1" title="Banjir Laut Utara 1953 (halaman belum tersedia)">banjir Laut Utara 1953</a> di bagian barat daya Belanda. Belanda telah membangun salah satu bendungan terbesar di dunia di utara negara ini, yaitu <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Afsluitdijk&action=edit&redlink=1" title="Afsluitdijk (halaman belum tersedia)">Afsluitdijk</a> (ditutup tahun 1932).</b> dengan bendungan </i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bendungan_Saint_Petersburg&action=edit&redlink=1" title="Bendungan Saint Petersburg (halaman belum tersedia)">Komplek Fasilitas Pencegahan Banjir Saint Petersburg</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rusia" title="Rusia">Rusia</a> selesai dibangun tahun 2008 untuk melindungi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Saint_Petersburg" title="Saint Petersburg">Saint Petersburg</a> dari <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_badai&action=edit&redlink=1" title="Banjir badai (halaman belum tersedia)">banjir badai</a>. Komplek ini juga memiliki fungsi lalu lintas, yaitu melengkapi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_lingkar" title="Jalan lingkar">jalan lingkar</a></b> yang mengelilingi kota ini. Sebelas bendungan membentang sepanjang 25,4 kilometer dan berdiri delapan meter di atas permukaan laut.</i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Austria" title="Austria">Austria</a>, banjir selama 150 tahun dikendalikan melalui berbagai tindakan sesuai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Regulasi_Danube_Wina&action=edit&redlink=1" title="Regulasi Danube Wina (halaman belum tersedia)">regulasi Danube Wina</a>, termasuk pengerukan sungai utama <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Danube" title="Danube">Danube</a> pada 1870–75 dan pembentukan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Danube_Baru&action=edit&redlink=1" title="Danube Baru (halaman belum tersedia)">Danube Baru</a> pada 1972–1988.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Pengelolaan risiko banjir di Irlandia Utara dilakukan oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rivers_Agency&action=edit&redlink=1" title="Rivers Agency (halaman belum tersedia)">Rivers Agency</a>.</b></i></div><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=15" title="Sunting bagian: Amerika Utara">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Amerika_Utara">Amerika Utara</span></b></i></h3><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flooderosion.jpg&filetimestamp=20110617093607"><img alt="Tepi sungai gundul. Tumpukan pohon mati menjajari markah air tinggi." class="thumbimage" height="168" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/f/f7/Flooderosion.jpg/250px-Flooderosion.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flooderosion.jpg&filetimestamp=20110617093607" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Puing-puing dan erosi tepi sungai yang tersisa setelah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Sungai_Red_2009&action=edit&redlink=1" title="Banjir Sungai Red 2009 (halaman belum tersedia)">Banjir Sungai Red 2009</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Winnipeg" title="Winnipeg">Winnipeg</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manitoba" title="Manitoba">Manitoba</a>.</b></i></div></div></div><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:1936_Pittsburgh_flood0007.jpg&filetimestamp=20090416204551"><img alt="" class="thumbimage" height="184" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/65/1936_Pittsburgh_flood0007.jpg/250px-1936_Pittsburgh_flood0007.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:1936_Pittsburgh_flood0007.jpg&filetimestamp=20090416204551" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Banjir <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pittsburgh" title="Pittsburgh">Pittsburgh</a> 1936</b></i></div></div></div><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Snoqualmie_area_flood.jpg&filetimestamp=20110617093344"><img alt="" class="thumbimage" height="176" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/23/Snoqualmie_area_flood.jpg/250px-Snoqualmie_area_flood.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Snoqualmie_area_flood.jpg&filetimestamp=20110617093344" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Banjir dekat <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Snoqualmie,_Washington&action=edit&redlink=1" title="Snoqualmie, Washington (halaman belum tersedia)">Snoqualmie, Washington</a>, 2009.</b></i></div></div></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Sistem pertahanan banjir dapat ditemukan di provinsi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manitoba" title="Manitoba">Manitoba</a>, Kanada. <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Merah_Utara&action=edit&redlink=1" title="Sungai Merah Utara (halaman belum tersedia)">Sungai Red</a> mengalir ke utara dari Amerika Serikat, melintasi kota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Winnipeg" title="Winnipeg">Winnipeg</a> (sungai ini kemudian bertemu dengan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sungai_Assinibone&action=edit&redlink=1" title="Sungai Assinibone (halaman belum tersedia)">Sungai Assinibone</a>) menuju <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Danau_Winnipeg&action=edit&redlink=1" title="Danau Winnipeg (halaman belum tersedia)">Danau Winnipeg</a>. Sebagaimana semua sungai yang mengalir ke utara di zona sedang belahan Bumi utara, pencairan salju di bagian selatan dapat mengakibatkan permukaan sungai naik sebelum bagian utara mencair sepenuhnya. Ini dapat menyebabkan banjir bandang, seperti yang terjadi di Winnipeg selama <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Sungai_Red_1950&action=edit&redlink=1" title="Banjir Sungai Red 1950 (halaman belum tersedia)">musim semi 1950</a>. Untuk melindungi kota ini dari banjir masa depan, pemerintah Manitoba melakukan pembangunan sistem pengalihan sungai, tanggul, dan jalur banjir massal (termasuk <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Red_River_Floodway&action=edit&redlink=1" title="Red River Floodway (halaman belum tersedia)">Red River Floodway</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Portage_Diversion&action=edit&redlink=1" title="Portage Diversion (halaman belum tersedia)">Portage Diversion</a>). Sistem ini melindungi Winnipeg dari <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Sungai_Red_1997&action=edit&redlink=1" title="Banjir Sungai Red 1997 (halaman belum tersedia)">banjir 1997</a> yang merendam banyak permukiman di hulu Winnipeg, termasuk <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Grand_Forks,_North_Dakota&action=edit&redlink=1" title="Grand Forks, North Dakota (halaman belum tersedia)">Grand Forks, North Dakota</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ste._Agathe,_Manitoba&action=edit&redlink=1" title="Ste. Agathe, Manitoba (halaman belum tersedia)">Ste. Agathe, Manitoba</a>. Sistem ini juga melindungi Winnipeg dari <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Sungai_Red_2009&action=edit&redlink=1" title="Banjir Sungai Red 2009 (halaman belum tersedia)">banjir 2009</a>.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Di AS, 35% <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wilayah_Metropolitan_New_Orleans&action=edit&redlink=1" title="Wilayah Metropolitan New Orleans (halaman belum tersedia)">Wilayah Metropolitan New Orleans</a> yang berada di bawah permukaan laut dilindungi oleh bendungan dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pintu_banjir&action=edit&redlink=1" title="Pintu banjir (halaman belum tersedia)">pintu banjir</a> sepanjang ratusan mil. Sistem ini gagal sepenuhnya di beberapa bagian ketika <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Badai_Katrina" title="Badai Katrina">Badai Katrina</a> menerjang kota dan bagian timur wilayah metropolitan. Akibatnya sekitar 50% wilayah metropolitan terendam, mulai dari beberapa sentimeter hingga 8,2 meter (beberapa inci hingga 27 kaki) di permukiman pesisir.<sup class="reference" id="cite_ref-katreport_7-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-katreport-7">[8]</a></sup> Dalam upaya pencegahan banjir, pemerintah federal Amerika Serikat menawarkan pembelian properti rawan banjir di Amerika Serikat untuk mencegah bencana terulang setelah banjir 1993 di seluruh Midwest. Beberapa permukiman menerima tawaran ini dan pemerintah federal bekerjasama dengan pemerintah negara bagian membeli 25.000 properti yang diubah menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_basah" title="Lahan basah">lahan basah</a>. Lahan basah ini berperan sebagai penyerap air ketika badai terjadi dan pada 1995, banjir terjadi dan pemerintah tidak perlu mengerahkan sumber daya di daerah-daerah tersebut.<sup class="reference" id="cite_ref-time_8-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-time-8">[9]</a></sup>:)</b></i></div><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=16" title="Sunting bagian: Asia">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Asia">Asia</span></b></i></h3><div class="thumb tright" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="thumbinner" style="width: 252px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flood_Dhaka_Rezowan.jpg&filetimestamp=20100605141006"><img alt="" class="thumbimage" height="166" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9b/Flood_Dhaka_Rezowan.jpg/250px-Flood_Dhaka_Rezowan.jpg" width="250" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Flood_Dhaka_Rezowan.jpg&filetimestamp=20100605141006" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Banjir <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangladesh" title="Bangladesh">Bangladesh</a> 2009</b></i></div></div></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Di India, Bangladesh dan Cina (tepatnya di kawasan Kanal Besar Cina), daerah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pengalihan" title="Pengalihan">pengalihan</a> banjir adalah kawasan pedesaan yang sengaja ditenggelamkan ketika keadaan darurat untuk melindungi wilayah perkotaan.<sup class="reference" id="cite_ref-9"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-9">[10]</a></sup></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Banyak pihak mengatakan bahwa kehilangan vegetasi (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Deforestasi" title="Deforestasi">deforestasi</a>) akan mendorong peningkatan risiko. Dengan hutan alami yang mencegah banjir, durasi banjir akan berkurang. Mengurangi tingkat penebangan hutan akan mengurangi pula insiden dan tingkat keparahan banjir.<sup class="reference" id="cite_ref-10"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-10">[11]</a></sup></b></i></div><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=17" title="Sunting bagian: Afrika">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Afrika">Afrika</span></b></i></h3><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir" title="Mesir">Mesir</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan_Aswan" title="Bendungan Aswan">Bendungan Aswan</a> (1902) dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bendungan_Tinggi_Aswan&action=edit&redlink=1" title="Bendungan Tinggi Aswan (halaman belum tersedia)">Bendungan Tinggi Aswan</a> (1976) telah mengendalikan berbagai banjir di sepanjang Sungai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nil" title="Nil">Nil</a>.</b></i></div><h3 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=18" title="Sunting bagian: Keselamatan pembersihan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Keselamatan_pembersihan">Keselamatan pembersihan</span></b></i></h3><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Aktivitas pembersihan setelah banjir biasanya mengancam pekerja dan relawan yang terlibat. Bahaya-bahaya mengancam tersebut yaitu air berpolusi yang tercampur dengan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Selokan_bawah_tanah&action=edit&redlink=1" title="Selokan bawah tanah (halaman belum tersedia)">selokan bawah tanah</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kejutan_listrik&action=edit&redlink=1" title="Kejutan listrik (halaman belum tersedia)">bahaya listrik</a>, terpapar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_monoksida" title="Karbon monoksida">karbon monoksida</a>, bahaya <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_tengkorak&action=edit&redlink=1" title="Otot tengkorak (halaman belum tersedia)">otot tengkorak</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hipertermia" title="Hipertermia">hipertermia</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotermia" title="Hipotermia">hipotermia</a>, bahaya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kendaraan_bermotor" title="Kendaraan bermotor">kendaraan bermotor</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kebakaran" title="Kebakaran">kebakaran</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tenggelam" title="Tenggelam">tenggelam</a>, dan terpapar <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bahan_berbahaya&action=edit&redlink=1" title="Bahan berbahaya (halaman belum tersedia)">bahan berbahaya</a>.<sup class="reference" id="cite_ref-11"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-11">[12]</a></sup> Karena daerah banjir tidak stabil, pekerja pembersih bisa saja menemukan puing-puing tajam, bahan biologis dalam air banjir, kabel listrik, darah atau cairan tubuh lain, dan sisa-sisa hewan dan manusia. Dalam merencanakan dan merespon bencana banjir, manajer harus menyediakan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Helm_keras&action=edit&redlink=1" title="Helm keras (halaman belum tersedia)">helm keras</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kacamata" title="Kacamata">kacamata</a>, sarung tangan kerja, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaket_keselamatan&action=edit&redlink=1" title="Jaket keselamatan (halaman belum tersedia)">jaket keselamatan</a>, dan sepatu bot kedap air berlapis besi kepada para pekerja.<sup class="reference" id="cite_ref-12"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-12">[13]</a></sup></b></i></div><h2 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=19" title="Sunting bagian: Keuntungan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Keuntungan">Keuntungan</span></b></i></h2><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Ada berbagai dampak negatif banjir terhadap permukiman manusia dan aktivitas ekonomi. Namun, banjir (khususnya banjir rutin/kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran banjir.<sup class="reference" id="cite_ref-13"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-13">[14]</a></sup> Banjir menambahkan banyak sekali nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).<sup class="reference" id="cite_ref-14"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-14">[15]</a></sup><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ikan_cuaca&action=edit&redlink=1" title="Ikan cuaca (halaman belum tersedia)">ikan cuaca</a> memanfaatkan banjir untuk berenang mencari habitat baru. Selain itu, burung juga mendapatkan manfaat dari produksi pangan yang meledak setelah banjir surut.<sup class="reference" id="cite_ref-15"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-15">[16]</a></sup></b> Ikan seperti </i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Banjir rutin biasa terjadi di permukiman-permukiman kuno sepanjang Sungai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tigris-Eufrat&action=edit&redlink=1" title="Tigris-Eufrat (halaman belum tersedia)">Tigris-Eufrat</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nil" title="Nil">Nil</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indus" title="Indus">Indus</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gangga" title="Gangga">Gangga</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Kuning" title="Sungai Kuning">Sungai Kuning</a>. Kelangsungan sumber energi air terbarukan sangat tinggi di daerah rawan banjir.</b></i></div><h2 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=20" title="Sunting bagian: Pemodelan komputer">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pemodelan_komputer">Pemodelan komputer</span></b></i></h2><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Meski pemodelan banjir merupakan praktik yang baru diterapkan, upaya untuk memahami dan mengelola mekanisme kerja di dataran banjir telah dilakukan selama enam milenium.<sup class="reference" id="cite_ref-16"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-16">[17]</a></sup> Pengembangan terkini dalam pemodelan banjir melalui komputer telah membantu para insinyur menghentikan uji coba pendekatan "tahan atau biarkan" dan kecenderungannya memperkenalkan struktur tahan banjir. Berbagai model banjir melalui komputer telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir, yaitu model 1D (permukaan banjir yang diukur di saluran) dan model 2D (kedalaman banjir yang diukur sepanjang dataran banjir). HEC-RAS,<sup class="reference" id="cite_ref-17"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-17">[18]</a></sup> model Hydraulic Engineering Centre, saat ini merupakan pemodelan banjir yang paling terkenal karena gratis. Model lain seperti TUFLOW<sup class="reference" id="cite_ref-18"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-18">[19]</a></sup> menggabungkan komponen 1D dan 2D untuk mendapatkan informasi kedalaman banjir di dataran banjir. Sejauh ini, pemodelan lebih difokuskan pada pemetaan banjir pasang dan banjir sungai, namun karena banjir 2007 di Britania Raya pemodelan lebih diutamakan pada dampak yang muncul akibat banjir air permukaan.<sup class="reference" id="cite_ref-19"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-19">[20]</a></sup></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><br />
</b></i></div><h2 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir&action=edit&section=21" title="Sunting bagian: Banjir paling mematikan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Banjir_paling_mematikan">Banjir paling mematikan</span></b></i></h2><div class="dablink noprint" style="background-color: lime; color: red;"><i><b><img alt="!" height="20" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg/20px-Crystal_Clear_app_xmag.svg.png" width="20" />Artikel utama untuk bagian ini adalah: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_banjir_paling_mematikan&action=edit&redlink=1" title="Daftar banjir paling mematikan (halaman belum tersedia)">Daftar banjir paling mematikan</a></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Berikut adalah daftar banjir paling mematikan di seluruh dunia dengan kematian 100.000 jiwa atau lebih.</b></i></div><table class="sortable wikitable jquery-tablesorter" style="background-color: lime; color: red;"><thead>
<tr bgcolor="#cccccc"> <th class="headerSort" title="Urutkan menaik" width="20%"><i><b>Kematian</b></i></th> <th class="headerSort" title="Urutkan menaik" width="40%"><i><b>Peristiwa</b></i></th> <th class="headerSort" title="Urutkan menaik" width="20%"><i><b>Letak</b></i></th> <th class="headerSort" title="Urutkan menaik" width="20%"><i><b>Tanggal</b></i></th> </tr>
</thead> <tbody>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>2.500.000–3.700.000<sup class="reference" id="cite_ref-20"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir#cite_note-20">[21]</a></sup></b></i></td> <td><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Cina_1931&action=edit&redlink=1" title="Banjir Cina 1931 (halaman belum tersedia)">Banjir Cina 1931</a></b></i></td> <td><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cina" title="Cina">Cina</a></b></i></td> <td><i><b>1931</b></i></td> </tr>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>900.000–2.000.000</b></i></td> <td><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Sungai_Kuning_%28Huang_He%29_1887&action=edit&redlink=1" title="Banjir Sungai Kuning (Huang He) 1887 (halaman belum tersedia)">Banjir Sungai Kuning (Huang He) 1887</a></b></i></td> <td><i><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/China" title="China">China</a></b></i></td> <td><i><b>1887</b></i></td> </tr>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>500.000–700.000</b></i></td> <td><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Sungai_Kuning_%28Huang_He%29_1938&action=edit&redlink=1" title="Banjir Sungai Kuning (Huang He) 1938 (halaman belum tersedia)">Banjir Sungai Kuning (Huang He) 1938</a></b></i></td> <td><i><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/China" title="China">China</a></b></i></td> <td><i><b>1938</b></i></td> </tr>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>231.000</b></i></td> <td><i><b>Kegagalan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bendungan_Banqiao&action=edit&redlink=1" title="Bendungan Banqiao (halaman belum tersedia)">Bendungan Banqiao</a><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Taifun_Nina_%281975%29&action=edit&redlink=1" title="Taifun Nina (1975) (halaman belum tersedia)">Taifun Nina</a>. Sekitar 86.000 tewas karena banjir dan 145.000 lainnya karena penyakit akibat banjir.</b> akibat </i></td> <td><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cina" title="Cina">Cina</a></b></i></td> <td><i><b>1975</b></i></td> </tr>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>230.000</b></i></td> <td><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Samudra_Hindia_2004" title="Gempa bumi Samudra Hindia 2004">Tsunami Samudra Hindia</a></b></i></td> <td><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a></b></i></td> <td><i><b>2004</b></i></td> </tr>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>145.000</b></i></td> <td><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Sungai_Yangtze_1935&action=edit&redlink=1" title="Banjir Sungai Yangtze 1935 (halaman belum tersedia)">Banjir Sungai Yangtze 1935</a></b></i></td> <td><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cina" title="Cina">Cina</a></b></i></td> <td><i><b>1935</b></i></td> </tr>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>100.000+</b></i></td> <td><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_St._Felix&action=edit&redlink=1" title="Banjir St. Felix (halaman belum tersedia)">Banjir St. Felix</a>, banjir badai</b></i></td> <td><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda">Belanda</a></b></i></td> <td><i><b>1530</b></i></td> </tr>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>100.000</b></i></td> <td><i><b>Banjir <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hanoi" title="Hanoi">Hanoi</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Delta_Sungai_Merah" title="Delta Sungai Merah">Delta Sungai Merah</a></b></i></td> <td><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vietnam_Utara" title="Vietnam Utara">Vietnam Utara</a></b></i></td> <td><i><b>1971</b></i></td> </tr>
<tr> <td rowspan="1"><i><b>100.000</b></i></td> <td><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banjir_Sungai_Yangtze_1911&action=edit&redlink=1" title="Banjir Sungai Yangtze 1911 (halaman belum tersedia)">Banjir Sungai Yangtze 1911</a></b></i></td></tr>
</tbody></table>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-11857278975694860222011-11-27T05:28:00.000-08:002011-11-27T05:28:46.026-08:00Banjir Di Australia, Cuaca Buruk Juga Bisa Melanda Indonesia.<div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="background-color: lime; color: red; margin-bottom: 8px;"><i><b>Banjir Di Australia, Cuaca Buruk Juga Bisa Melanda Indonesia.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><i><b><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/002/002/502/P" /></b></i></div><i style="background-color: lime; color: red;"><b>Bencana banjir yang melanda Australia Desember 2010 lalu merupakan bencana banjir terparah dalam sejarahnya. Sekitar 10 orang dikabarkan meninggal, separuh dari mereka adalah anak kecil dan sebanyak 78 orang diperkirakan hilang. Sekitar 200 ribu orang di negara ini terkena dampaknya. <br />
<br />
Kejadian yang berawal dari wilayah Topwamba ini digambarkan sebagai kondisi alam yang tidak normal, kerena banjir datang secara tiba-tiba seperti air bah. Badai tropis yang mulai terjadi sejak November tahun lalu telah memicu terjadinya banjir ini. <br />
<br />
Cuaca buruk juga perlu diwaspadai di Indonesia. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menghangatnya suhu muka laut di Indonesia sejak April lalu mengakibatkan akumulasi energi di atmosfer wilayah ini. Anomali itu menimbulkan angin kencang dan hujan lebat disertai petir yang terpicu oleh bibit badai tropis di utara Australia. Ancaman ini berpotensi muncul hingga akhir Januari 2011. <br />
<br />
Meski baru bibit badai, menurut BMKG, seperti yang dilansir oleh kompas.com, kondisi cuaca ini sudah cukup berpengaruh bagi Indonesia. Akan timbul angin kencang disertai hujan lebat dan petir serta gelombang laut yang tinggi. Bibit badai yang terbentuk di Utara Australia, Desember lalu telah menimbulkan udara naik di wilayah Jawa karena adanya jajaran pegunungan di kawasan tengah. Dan hal ini berpotensi masih akan terjadi hingga puncak musim ini yakni Desember hingga Februari mendatang. (ME)<br />
<br />
</b></i>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-26746180865725828952011-11-25T22:41:00.000-08:002011-11-25T22:41:54.894-08:00Pola Umum Angin di Indonesia<div class="separator" style="background-color: lime; clear: both; color: red; text-align: center;"><i><b><a class="rg_l" href="http://www.google.co.id/imgres?q=gambar+angin&hl=id&biw=1366&bih=549&tbm=isch&tbnid=RV7ub6KDN3g_yM:&imgrefurl=http://aerynth.wordpress.com/&docid=eQU0YESIRoFObM&imgurl=http://aerynth.files.wordpress.com/2011/05/angin1.jpg&w=380&h=298&ei=c4nQTuCJB6iiiAfPvaXzDg&zoom=1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img class="rg_i" data-sz="f" height="152" name="RV7ub6KDN3g_yM:" src="data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBhQSERUUEhQWFBUWFxYaGBgWFxYYGBYXFxgYFRgVFxcZHCYeGBojGRcVHy8gJCcpLCwsFx4xNTAqNSYrLCkBCQoKDgwOGg8PGiwlHyAsLCkpKSkpLCkpKSwpKSkpKSksKSkpLCwsLCksLCwsLCksLCwpLCwsKSksLCksKSwpLP/AABEIAMcA/gMBIgACEQEDEQH/xAAbAAACAgMBAAAAAAAAAAAAAAAEBQMGAAIHAf/EAEwQAAECAwUEBQcHCwIFBQAAAAECEQADIQQFEjFBBlFhcRMigZGhByMyQrHT8BRTcpLB0eEzQ1JigpOio7KzwxbxFSRzg8IXJTRj0v/EABkBAAIDAQAAAAAAAAAAAAAAAAIDAAEEBf/EACgRAAICAQMFAAICAwEAAAAAAAABAgMRITFRBBITIkEycRRhI0KBM//aAAwDAQACEQMRAD8Apmy+ysifZ0KUgFRBJJVMr5yYkUStIDBAiwy/JvZTmlPZ03vYC2Gn4bNL+if706LdLtAOVI3V1RcU2ZbLJKTSEKvJnZGyT/O97HqPJjZTkkHl03vYsi1kGmUF2SYdCIPww4A8kuSrp8k1mI9FP833saf+ldl1Cf5p/wAsXhK98a/JqvA+KHAXkkU8eSOykUCf5vvYgtfkps6A+FJ7Z3vYv8tO+MWoKBB/CK8ceCeSRy5ewEgfm0ntne9jVGwcg/mkd873sdEtN3NUAQpmIwqr3QXihwU7JclWX5PZAD9Gjvne9gdWxNmH5pPfO97FzmLOGkKxMJU5glTDgp2y5KurZOR8yn6073kaf6XkfMo+tO95FulJcmg7I2VZEauILw18A+WfJT1bM2f5lH1p3vI1OzVn+ZR9ad7yLQuwPlWBlWM7soPwVcAO2zkQo2Zs5/Mo+tO95G/+lbOz9Ej6073kOcDRqrlE/j18E80+RONl7P8AMo+tO95En+kbP80j6073kMZa4mCmET+PXwTzz5E3+lLN80j6073kejZSzfNJ+tO97DUzY2RE/j18FeefIsTsdZvmk9873sSJ2Ks3zae+d72GztEibXoBAfx4cBeafIsTsBZj+bT3zvexsPJ/Zn9BPfO97DuXMJzgyTZiS4MV4IcF+WfJXU+Tmyn1U/zvexMryYWYeqn+d72LdLkFAJLQvtNtqzxXhhwF5ZclcX5N7MPVT3zvewJN2Esw/Np753vYs6rZ8GA7TaAYJdPDgB3y5KxN2UsyX80in6073sVvai7pUoSjLQEFRmBTFZBw9GQesoseudYuNrnd0VPa4+bk/TneyTAdTTCEMpF9PdKdna38LRsRKxWaV9A/3p0XCTYwMy0VbYBD2WX9E/3p0XSzWMmLp/BB2L2ZNZpCRo/2wYmS2QAj2RZANYI6FIzJMG2CRYS0SS5oArWNVKAyERmZid4EhIu2J0iEbxnG0tLZViO0TyKARRZHOmlq0J8IWWiWVK6xyyaGMwks+cRzbKCQdaQWxQCCE9YktAwnJJyEEXjKMQSLPSCQJ4pqU7o9VOCo0m2JRNIgXZlCDSBZvLm4TWJJswKyoYGOLWM6N4vBWSZCEqoaxsmxINGiASmzLRtLtqQc+54FzjH6Wk38BLXYcBygZSKRY0XpLUMK2bjAVtsyAMQUCOcXG2PJTrYrl2ao3Qzs93OKUgVF4SpfpKBHxrBSdsLOAwHa8Kn1Na+hRqlwezLoI5QRZ7lAqTA0zbFFOqogtUQZL2nkKYAkcwIFdTB/QvE18PF2ECN5VpTLzqY9XbEL9FQPCALTLqTDotSAlob2y95kx8OUBy5iiftgiUjqNxgqw2SGaIVuAzEZQFPWQ/GH142EpAO8QktKd0FHUGegntCSc4re135OT9Od7JMW5cs6xU9tR1JP053skwnrf/L/AKF0S/y5/ot3k/nYbLL+if706LhJvIjIRSth5b2WWf1T/enRZZb9kJp/BGu1+zHEq3kmCpM4vWFUlUGykNmXhjAQ0RLB1iKZID5wOiaBujPlXdAYLDCl4HmTBkTGInMHaFVutvWHwDFJEYwmTUgO8BLvYVaFtonlqfhEIUc2g0iu43nXgHz74ns94AHhCWcipiazwztWBfcyzWe2IJcCDRJlq0YxXrOij6QHee0HRhpZ62TksBv+OUJsnGtZbGwTlsOr0MqSHWQOGp5RTbbtQkE4WTuJxN3gZwlt9+Ek9crUdBQNu397QsWhSwwLb0swfnlHLt6ucttEao0pasb2m/NQsVoSCC2+pDwPZkzJhcKxpOZKinD+PACIbHca2OMsgb3qdQAcxrDU2iWAEAADnlyakZm+WNxg8l2qXLoMSyNVb97R5OvtWTOCOJHhlA9okySNFdwLcyfhoWTpSgXQt0/oqeg1b8IruexMDNVrlrIxAJOjHPlw8YhnS5fpCu/Oh35wqRZMYJBwq3aZigOgguzXZPGLqk4cwMwCAcu14ii2TJKq18S+89anbG6VKLEpcVyGZo7NuBeCpF1rWkNLxO1QGU4zG8ZtDiz3RKLulaVBsTEuks5xJNCOW9waMHwqbFuWBNZ7ap2xBxk9Cezx7Id2C8ypgpXfWDU7MhdElMwDI1yrmcwfjhBM7ZpKUhSSyhmk5eGR4ihpSN1dM46oTKcXuTSZgLMxA1D1hvd4ekIrNICSwh5dy8Lklo6GHjUx510N74NG3RW5yYe3pP5RWr0vlEt6l+TnuinbGqOZE7HN4R4uRRzQcYpe27NKYv151f2ZMMZt6TVdZ0hOg9gdjXkYRbRz8UmSr9ef4CVwEc2zq3d640NlPTqp5LfsTOayy/on+9OixS5zmKrsn/8AGlfQP96dD+VNaNtK/wAaFWv3Y5kTjkBBJkr1hVZrSp84YInqAzMGwUyQHDnG65YJFKQMlRNGgyRIVqaRTLCAwTuEL7fNQznLeMoYTEpPVNYEtF3gZMU7oFEYtlrQRvGkT2cBiIHnyxLNGrAnTTDk8MSyBnAwITXKCPkTpFBC6Qle7vie33gUSy50YczSBk+1ZLWrFG0V/iWky5TPXEoV7vjSKTaV4i6ljkxft3CGV4WNSusAK5ZU4nWsDSLqU/WINMnbxjgXTlOWWdGEVFaC2XPIUWL9wJ7A4MH2RQUHmVSmvdkOHKDjdiT1SE8nLjlEV5XUcIlhgnMuTXcC1ftpAJBNgU+8VTTRyK0GTD7YEWpSgWS/Jz20gpN0LFEGm8uAN2jvTcYhtEuYmhKixoajXeascxlEwQHkWxYLO3H2QTJm4iHLF6GqfZ48oHMtRYlTO9AKg5gmg74mlBRqWc5ka7z25wWEVkY2eyEEKTUtXCXq7Oz1pmMtYdyJ8yWsqHVJZynI01SOrnv46mlelzSGZ+Onb7DBcu1ryBPDflDYywLayXORtAEuFjFLUKGjg5lFQ7jIF92cPJFolLSCFJJUBnQ04b/uijXTYJs0B0E5ChAPAMaDnF2um5kSk4sRB9ZNan9ZL0PGN9M5S+GeaS+hMixpQSpICTqRrwI1gG1zniW+La1BSEqp5Mb4R+maUiTJTwSq0QAZjwDe97FPVRVTVO7ePjfF3WKqPcwa4ubwjy/b9SksFAqGSQXJPKKpaLxmFTHCg/RdXAMH8YNVOSXKiRxThAHbmT3wBNmUZOLmDm3Fo4NtkrHlnThFRWECT7SkOnI6tm/sTyEB3wB8mkM7Y5+fKTEq5CB6QUS+tG574jvpQNnkNljn6NpJ0ga9wy77CXcZtllkaJP96dFkXdIQHUewQL5Jz/yPZ/lnxYrQRujs0P0RitXsxFLopwkw0s9pBABDGI5jaxCLYhJqR3w2TS3FLI8TLGsA2i3NlQQvtG06BR4hN9Ss3LHh+MI8ta0bG9sn8GUu24oyes0fvygayXnIdsTcw0M1YVp6pBHHKCjOMvxZTi1uBolpJGvOsSmVmw4UiaXZjmCG7HgmVLB4wYIqtFmUlOpG+KltXbVIQkDMn2jxyeOkzJTjCwiqTrhl2mbO6ROJCVYA5I6wSjGacQkdhhVuZQcV9ChiMsnN5Vv3ljzOusFSZ5d4a39sAZKiqW+HdmOVa/Bj2wXGFUbCrQh2oPB+6OT4J92DY7I4ySyLGlScb+iHPHU9sB263KKnBSBoW17e6DL1eXJSghgSzb3Lmh3kt2QAVS8IKyDwDkkZ5jLlFShrjYif0CXeagfSBjZFvNXYh8tx+6I7XapRPVlmXRw5Lq5A0EQIbfXj4ZQlrDCyFqlpVUdUl9xFfZWIlySNN3ZUhuUZJd/DWGUhCVABbv8AHhFrUgusclRITgUTuc1H4RbbnuRC0jNK3o4dKm0cZHeOMBS7QiUMgvnVj+kDm/hA1qvFZfAtWHc7P2Ab+MPjKMN9QGnIvclIs9FFI0BxAM2hBp2juERWi+0GoUCOFY5qq3HUl+L0PfHibaTqARqCQfuIhv8AOxshbo5Z0Sfe0mYGKmI4RHLQkihB5VikS7WreTv7s+IhjYzMNQ/Oobc5EPr6yb3QudEeR/apqUZlt3xuio2sqUTkynLkhw9WA0JiO/ryUpQQTRg7k0zoTlmPCFE20EEMsE9rDwjN1PUO54+DaqvGg2bZlJFClXBRzHZASraQSD1Dk4L9h4RhvBQ3HcQPu4RrNtZUGUA2lKN8axnUmhuEwqVbAQUrSCd9a/GkB7RBPQSMDgY5+eeUmJrPoU5BmbT7jGu1MwKlSCA3WnaNVpL05w+M+5ARWJHQfJba8FjTxT/lnxZrffstI6zPHOtl7xMqySwnNSFdjTp1YBvC3lWRL1qeeb/HONL6lVwSW4DqcpZZYr12iUfQKc8+J9n4QhnWxRBKxhPc/aYTLtZQqr7te8GPfltXIOVMVe4mOfKyU9WzRGKjsG/8TALKOINnmDwbSJPl9SUKbXCWp2HMPCyZJSqocHdUg95g+x3UCxrllUVrUDdAqJbYWi9S3WD/ABv7YeXZeEwVQ4b9Jw47YU2aTgPoGlMT565/AgqYAoOlRB/V0NR1hmAYtS7dinqXCRf6cPnDhNHarcdwgyRfskAkEkb2Ic/ZHOPla0M4Irm5wni+g/2pGirZUkhiTUFo0rrJ7CXTHc6XMv5JqlQDOWyJYZR5cmBElIWpKphdS2I9NZK1/wASiI5mq+lA4ctRmKboPsu0miqnLOvYdYNdY86orwo6Dbb2ks1CeEV6Xb5ctRwg4XJFQ4O4V5wnXbkzMlEHf3+rlAlotCk+koKG9sxwr4Uhc+qnnKDjTHGoy2hvaSpKcYdiVB97FKfFQP7MVObPCizp1Zxpz3xLa7Omaou9AAz1fMncfVz3RF/wtOB66a/hCJWynrIJRUdiHow9AOyv3l/h4nlB2ajaaHSB0II3sTT7+H4xKi1MeB1r9vb4QGQsBqE7n+7vy0gmVPA1DnMNQ/dGlkqCfs146RFbEYhRYdy7DM61NXyiZwVgJVZsQLGp04ctYVWhCpb4dGBb7YwTyC1WDEF3IOkSieolyArkQ/fvpAbl7A+MqAKks7MRkeMH2O6yquEkDM7uD9sH2GegMFgFLCmEUOeWo01pFnuhckJ6hZJzQouARql4100xk9WJsm0KrvufCUkDEMs9N3x4iC7ywISQBhcFzkQOzOvthyyfVaKrflpJWpgVBLEkJLDQOdwIPwI6FsY114j9M9bcpewGuxS0y3xOskkjjucbmZ+cL7QZZYGUnFvf21rHqrUWavPD1tzPuaA50wqOgAbR3Z607++ObKWdjSlgktKwlQGAJ4017DHi1pPVKN2WrctOW+B1Eg4TlRzuevw/hG4QpABowNCMq1q2VPZAdrI2SIw0winLXt1gHaY+ZkfTneyTD2XZ0KSVKGQBdJ1Jo78aVhFtOlpUkZ9ef20k1h0YdupcXlh92pez2fP8mvIgfn5u8iILQ6cqdyi/FyzcIksBT0FnCn/JryYH8tOyeJlSSMqp1JFO+FSTchmcCVUxSs9NzANygmz2ReicTU4Nwfi3KsNbNdmNVGSo1D0B4Nvp4wwXIMlL4BixBhlUFifZlvglFpZZTkL5KkgYcKXHBqnPTwMbTL2KTX8CNzaUgCckuKYqlxVhz1VxaF9tLmg7BpwYQltyLSLEm+UAOln40fhwzMRzb0C96FU31bkaFqaxXEKyDad8TJfMFg7fHdFNFjpc4qGEZ66GtGPCsRS5JmKAY4nYUyFery1rEFmSoKpu8Ia2XPmPGlR3QUf7BYGqxGoUAFJ4UfIhW7Xv7hfk9aP26GG8koYpdwS+dSdz98DqUHII4ZxTwQDlLU1Q5Gj5wwRN6rKqnfxz7D7Yh6JJNDhrxy+PZBy5byaAOVJQ4JZ1Gjv2nsgorJTZl2XMVJxhxicjlpX6JEZf6ejSAT1idM617Y6TdNlRLQkdGBQNqCWAI3VodOMItq9kEqSZkrqzCUhKVHq4lqCHB0oR3GNr6b0yhPl9sM5uKtnSv3awfYrtxdYjJvhs8ost0+S+YKzpozyQ9e0sRThB187OiyuxLFNCASHq1NDQ0/CER6WS1kg3anoip2mTgGELoN1OXKFhmBmB17+O5ocT7rK8SnAAAq7O4y5wpm3UQSxDbj7TGecWtRsWjVCt5JGmQbjr3RtJsw0J5H4yjxFlIGQ7D9kTJWR2aP8AbC0WwuQkBg/jlyiVc8pfCch2jV/bCqbaiaCJ7NNWWxClQCX8CMxBIELk3wQK6AZHxHCv+0DyL0UcRcssvTXNqnJn3b4yfdqyyQ5KiQK8HPcl68oOsWzcw0AwkZg61ansh0YTewLlH6QSLCZqhjWEZ0cqUebU7A0PZWyEvC5Wok6ggUfdEdludQNR+GgL6h+6Hljsqk0OUdDpqvb3jkyXT09WL5GyqAGBV2nT4/2iWTszLSaBgAcqCv6ppvplWHctEbz5iUB1Fo6kqqorLWhijOcnhMol6XaZCVrA6oVXdQgJBB39XviqbRrJkySS5MyeTwpJp2Ra9ptoMUzowQEhlkb1eq+9gH5gboqW0M7FIkFgHXPoH3Sd8cWycZTfZsdWqLS9htdVlx2aQyQfNrz089Nq77/99IPsEpIYylMp3rQHdQgDTWFV32ookWdnfo16/wD3zaEaiGktRLL5OeB0pGdv2GsdSDLmdYgS1CtMQBahDaPllrFUv2+JhUwL6O7lgWpXeM4sotSRLIVmycBfM5Dwo4Y05wgX0ZBCsyS43dgO6kFbLZAxWuRILUpWZw8S5+C0TC1JQcgrcXf7vGN12RFcIzNQMm9g8Y2Rd6MgQDxLHvyjPoMPBPQuoSEnNvtBgtNlCtA/DXiBviI2MdgNWZwdW374Ps0gKA0INCDQh/CIUaWWxkA50jy1hcvrH0QOGvCGKzhZ2O+rNx7j4QNa7UcKUODjUAXD9WpLPwEQoQ2lS0kJS6khuFcy/a8TyLwVkxPONbzWyzRnLkfdv074OsFnC21dm3g/iIrcL4MLmQFKZRAJoxFCdAdxfXSLXY7oSZ9mQxTiVNmqB9ICSnq6MQVLRvDp5wis92B6lmaubjeD8Zc4smy8sqtqx0iVCXJQhGJ3eaozFMOSEeyNtKWzM887liCAjqoDtQuKA6NvLaew5gXrNdclySTNDvuCJhZsgHAiwzEYQ26Ed7S/PSBnWYe6Wf8A9R1GlgyBtmnE5Akco2t8sEMc3FPZG1hswLhyOZhXfE1SUrId8hzNB2wbKRTNotowcaQHGIkqetOqkDh1QYp9rvLn3fdF624uFCbL0hKwuWEJSARhUaCr8AT3xzy8b1BQmXLSkANiU7mYoMSRTqpcUGdI499cu72N1TXboSS7a+RD8ae2DbFM6wMxIYtQ5Ht0Ld0KQQQGZ9aZHgXLjnB9mmg5hjvFH5vGR4TGPYtNn2fQo4kTAHdsnbMGjgkVBi2Xds5LUghaWWXrmkgscSKMD+IijXXbUoIIcEVcHwI3RYU7VBKFLLYkhxh1UBTPeY10zrT1QiUZMY3bdSVz5ql9ZMrzKDvV6UxXeUDmFQ3RZ0Jo4pl9vxxgO414JCUOCoB1H9JajiWrtUTBU8ax16YLtTRislqezEpjRSwIG6QxGqZqSw3mNWEtWZ229ESXheKZKCsjs4xUb1vKaUqWsKSAHchQDcCzQVft8S1AIIxNWmhangXitW+2JXhloUQ56z0DJYtQOatHE6y9TlhPRHRorcI5xqLZ91mYca1HGqrPkNB3NAl92cos8hJLkTJ/skw/6QKqQCeGfdSsKNqUtKkD9ednykxkreWak2M7ouzprPIA9IS161I6ac4A1ix7P3WgtKnBlE9RYLYjqhWj6g6trGeTq6+ks0tYVhUhJbJi86cdd7N2xfF3JJWOsM6sAzGndG6unPsKnPDwc022sS7McLebJdBzcliU+Bpw4xWZKJigcOHkSH5tp2R0Dau51Wpak43RZ0hCXB661l2WQakMiuriK9fOwEyQSZSsQQAVM/UxEgClVZZ0zDiM9tLbbitAoWLGpXJpWD1qvmzHxjaSvFpUboaWW4ZhLTENiIqXYmmuWTGC07OhC1JmdXCFV0cAEe0QjxPgJzQrkkjee2CUTMgx7q7t3w8Romh2cPUbjv1qYPsFkM1JWkFkFlHczZ98WoZK7sEJmyl0KgFNVqHXXWmkeYUAgJKiQCdGc0301jy97ISElKGUmhDCnL7oSSbR1VE70gZjNyfjjFNY3JnKDbyWlQBf8MnjS77UJe4peo1Sd43jhAmHFoAOQguzyCCS2TV++A+6BbFgk3qlSGxAkClQXG6se3HPKlTFguVTCzHRICW8PGAbKMKioMKOXyLbwYtey9yylWaWZsupSFFRSD6bqNRkz5lo0VVOb0Fzn2jm59oVNhmEkaE+x4KtFsCrTKbSXNPeZafthfOu+WD5tRSOCnrvZT5wAZ8xNpAooJkk9VgessaKJHq5AiOrGEoxSfJjlNN6FulWiNL6lDHIQ/pTMR5S0lf9QRFfRfFaZjSuIc0mrcQ8aotq5s/EDiwo3vVavuRD5wyhSngIv65ZdqtMqTOrLMtalAKKSShQCRSucwn9mFW0uythssh0IIJP6ayVMKAuSNfCIb6vwy7QuvWRKQmlWKlKWrkfQinXhfyl0xKNSatmfZHL6i2KbSWptqjJpMXTpgHohh7Y1TPPx98DzJrxNZQ5AjmdprCZNoVlExtCqA7wfq1/qaHNzXaJjhaSXeo0U1DTT/bc3lkuAzEqmuWSSEsKKloLKIA1dyDwhqpk8YFd6J7s2iUlnJI5+EWux36FsDR8jp7S0VSZsutnQxBDghyFjMMeVeyN7JZJiAykuKV4EZ842UStqeuwiahMuxD6wl2gvAySkAVOTij6c6ww2fnYhhUeto+6BNqZoxAFGIIHWURQFWj78LFn1jo3T76soyVx7Z6iG13eqYgqA1BcNiar0cULaiEKLCogrEsqS+bUwj1t9TWC7xtLqSiSleNb0TV2FSEgA/BiRBKWTM6SWoeiSCAGDYSDVwA1I48opvY3d2FuBLkYqpOE0YFxlmxfre2F+0qiZMjFnjncNJPGL9d+zxmFKVpBBd1BKjVmqCajR6NuireUuwiSuUhOQMzIN6kn4rWG+JxXcSueZYLT5Myfkqfo/wCadF8RaEpSpSsgCTyAc+yKH5M1gWRP0f8ANPiz35aGsywB1ltLSP1phCB7SeyOhW8VCrPzYPdssrRZiRW0TVTlDclKcQH8MvvhrdtnStS1l26RWHjg82/IYS30juEDz5glTnSOrZrKogcVqCUjtEk98O7DYQmWhJzSkDmQGJ7S5ioops3l2eXhw4Rh3MGhZfF3SZiMDCgYHUbg+4cdIOtgI9GFN6KazzVZKwKA+koYU/xEQbSxkDJQru2aRaZU5RcnpVJQdyEABKu13hlsxd5s8woWCBMDB8iQSMKhk9KRaNl7IE2anzk9uQmrSk/VSILtMlKgygOP2V0IzBhUKlo1uE5NZTEt73Qno1uAMKVKemifwEcwsl0rtAKhQklVWZ3KQHJAHoluUdQ2pthl2KeczgIf6RCAf4h3RWNirvWlAn0Mp5cqY4HUVMSFomOchjWlJ084+kLvhGU4xYVbfa2hQjZtZZmyL117NOPGG1w3ahEzDNo9C+80ruLtXfFkvC3ykHCWJHFmI1BzEZItCZxzcszFiSObMYGNNXfiMi3OfbloQ7S3JLlypi0GuFg29RCQ3fFisYUiWlLthAHcGhTtRZhJky3cJXPkg1owVjLA8E+MPVrZwRGyuEYzeFwZpNuIKtalHJ+6FyJJ+VqYfmEU5zF5bsoc6Uga75WK3LB+Yl/3JkPn8/YtLc1VYQtsQy30I4g6cwYTWy3GzdNMQrEnpMJ/TAQlKAoMGUMRWN9Hq0Wq+F4EHdXjoTHNEz8Yd/WU4zDklRcaFtI53XXuLSRq6er6xbbLUJ6lkqYlQL00SABUjd4wMbIg0clXdXfnC6dKOLFk9REkiYde+OW+Td8PbTZigcN9fj/eI5E7LhDf5MVobX7GgRFyqZxlrwi8FZHN37QmXKUU+kUkA8T1Q45mOpbOSJXyeUiX6iEp7QKntLmOLf8ADFiYEMXz7AQAeTkRZ9nr6mSVguRvGnI8I00W+N6iLIKS0OjXZYggzJX6CnT/ANOY6kdxC0fsQai75anoDofjfCK034lUyXMDthwr0xJmKox/VWE76KVlraLEoYaMG3eyOrCalojJKOAOfYJUpCpikslIKiw3buMe3XcrynnB1TOutB9EFVcJHrYRhTV/RjS+ppmLkyBktRWv/pyw5HaopEEX1fPyezzZxrgQSOKskjtUQO2Ke74RMbIrd0XDJnW61TejT0UnDIlhg2MdeaociQmH5u2Sn1QeGn1cvCItmLAZFkloVVZBXMO+ZMONZPaW7IKtYgqoLGeQZyyzJRSmiQw3ad0cg8rynnoPFf8ARIjqqZZMcn8rIadL5r/okQHVJKH/AEb0z9yy+S5ANlS/6P8AmnRZLwQldqsssOySucvlLTgR3rX/AAxXPJal7In6P+WfD+7jitdomDJAlyE9g6Rf8S0j9mFw/BIZZ+bJVLxzZ1PylpkSv2JCEzVjvx98WmUAYoNy2olUpW/5RP8A3kwoQfqEjsh7OvJXwYbCOUBKQ4ttqSHYxXb7t79EijKnSyeUt5p/oEazLWTCW32rzv0JU1XapkjwCvGDlHQX3ajDZq1TUWSSoJM1Kk4lpDY04lFToFMYrVOeoJyLmTNTOSFyyFpOqd4zB1BGoLEagRW7ktZRZ5IGktH9IicOZnSS1dHMo6gHC20mIyWONCNCIkYNRRHNN4ZH5RlGXYJgIYrKUh+eL/xja55gk3PaQoOFTVIIG4BEivDzfjAG3lumT/ksmanCVzkkgVQoOlAUhWvpqoQCG1zLPolKuY9GoOpa5hG9Kpq1H2gxhtblN/0h8PVHMp1/zFFlEuKEnMtr259phtdF7KBCgWIMVqbLVjJUGYsX3O0OrBY1YcQEc6Keco1NrBc9obem2fJpSgGV0xVw81hBHIknm0E3feCpkpClekUjF9IdVQ+sDFfuBGK2ISfVkzD2qUlP390Wm67vAmTpZGShMT9GaCT/ADEzY7PTyz7P9GG1f6oms8xzQRrYUH5bMb5iV/cmw9st1pGURWW72vCaBT/lpJ/mTRDbZrT9i4weCo7c29csagFJY9h+O2OdoWaqSQlSUkZZgBqjXnmI6x5VbgAs4mhZcKSkp0ViJ8RUxzS0TJakqMsM9NA9GBw6Rx+qy7GzdU8RFWBUxAGqQBnpl3cYKu5KdWLZvp2xZbHsuws6sypbpUkAsEpUouCK1CaGheGxudExYwtKngHEK9HMSMPWD1wvml3S/AEyNDaI7ERXVs8laQuWxOqcQPak/YYuErZCUpCSKuK09J/YdGhZdl2tQNLmIqpCwCGyxpUGJDj0hrmxpDe2X10EiZMJfo0KVRyAQDTEeNMzG6uqKWqM8pNvQV7IXEhU61zCAuXj6BBObSmKlD9tRqP0YF20sFnlkYEPMJOTUoDXsdXjrD/ZGzLk2SShQAVgxqxEkqUsmYtVA2ajqdIpG0t4LVMWlQQk9IoqKkklqsMy4bLJ4CfbGv8AYUNZNgl2TQV4FesGIDOdCHGTh9RF3/4wZEgJI66GBJL9UthWd7pIy1xboqWz9oEqpVXcEAN488ucLNrr+E1acJajK3sS4cV9Fye0wuufjrznUJx75aoNt+2JM5a1KALBKW0DlZftI7oV3rtKudgQV9XGlRyI6nWD9rRXvlpqQzbiBlEEy0dY00agYbyw7oxO2ct2P7YrZHRbHt9NQXWSpOrtT43xdLp2rk2lID4VbtO+OES7wUk1yO/IiGFhvXArqlgdPw7obX1VkN9gJ1Rkd9MoAc44x5X1efQ29f8ARIh/cu2CksCXTrvHbm0VfymzgpcpSS4Kpn9EmN9l0bK8oTVBwmW3yYFrGDoEueybPhjda1IsK55oVpnTz+1iUn+EJHZCLY2dhuiaz4lIEtHFU2fOlAfxRdtrbtEu71Sk+sJMhP7a0SvYTF1S9f0iWL2YhuKzlymoKJciWHDPhl9IpjkfymWe+Ga5RGkG3TYcctatFzpyhwCVmWkg/RQGgv5PorMa7+Maq3hCZrIiVKUYR2yUWta/0EBP1ZalnxX4RdjKG6OeX1aFSZM6cMRRa1WpBYOEqQSmWsbsSQsE/ROkVbPCRUYZLPdl3NLQ+iE+wQzlWdA0g6VZ2SKaD2RGsCGJ6A9uGUra5SV26zIZ0pAUQ5yQJsw+AFYa3elUu60UxgyEF8lIxYScQ9ZNTUVGoOcVTaWfit88hvNSZpDv6klI0q7lTcYt11X49i6FSMExKJCVJd+q8sJWk6pI7i4jnx1nJmj/AFQ3vTY+TaA/RjEahYarjPcQYS2HZjoJhlqfCygODGg7AO4xaxalAk4sAKqjQEn0u8174gtywSCS5GsP8KbzgDuwU26bsAvCeU0EqXJTwJUCo9mrRYLQrBPlTDkcUpX7XXQexaSP+5CzZ+eFWi3LyeelNP1JYH2w4tnXlqSM80nctJCkHsUAYKEfTTkpvUay54FRCiXeZN4zDUH5NKHdMmH/AMonk24KSFAM4Bbc9WhKi0/+5kb7KG7Jp+8xJrZ/2i09wjbO0FaZKDkVzFH/ALcmYfaod0I9orgki0IRKlS0YjIxUIBVMmnMJ0wy1vT1oN2unOsfqWa0q+vgk+xRiad17xlv87J/gkTlnxVGW1Jt5/oOOwZdgQZ8uWhGAyZc3Gg5oUoykiooQUuQRQg9gYXpdyFsMPXBBBSWKSXSFEsQA51BfJjlA94yFqtkxcgdeVKkpKaYVpUZkwoL+uxBScgc6Egs7HOQuWCgulYzPpPkcT1CgaEHIhtI0Q1WAJLGovs9z9L1JyvOoqlSaDDQCYgF30Cgp60LgglbtVJURIsswDFPny0Yk0QqUk41sHdCmSBh40JiyzlhYSclCoUMwdW8aahxFemWgWi80iYkFNmkHECHSZloVhcPmOjTrWsVZlLBFjctFrsjjrFgOzDuI3RyC2iZNmKU5dSu4H0eO6kdIv2Zhs04JWrCEmiqkcAt8TO1FPrlHLbwnLSBjWCzClaCnKMvVy0SY6lYJFyVypMxQJJScJwuTv7a0isJQVOpiS2THUZ/Vfuix3fblMoIJ6wIABDEkhIxPzFYTX1aZyThmpUlQLN+inRm5q513xhaytByeNAEWUpdwaZ59xgyTcymDuFFix3qqPb4iBTaFUxFwSN70NXfgIvFy3lLmpCJoZTFlEtnWtMsoOuCm8NgWScdhCjZ8rABSQQM+DuDw17zA83ZpaQ4BI3ivBu/2x0W7RJxlimtKGj+tQ6FtIYIsSEktQZsR1WP3FxyI0jpV9DGa3Mc+qcXscoRZ1yyQoEEaMxMDbUzSqVIJL9ad4Jkx16fdkmakEpqMJBArTLnHMPKHYEyTKQjIKmnvTJMLu6N0ru+D+m6hWSwR3PtjLlWWXJJmJUhaVkiWhYJQuYtHpLDjr1BGaRD62eVlM1EtK+kPRzJcx+iT1jLLgHz2RNYyMjOpNGvtTJbv8r6JMpEtKVkIDOZQc8T57MlzEk3yyIU3UUCDn0Q7R+WyMeRkF5Z8leOPB4rywoPqK/dj30IrdtpIm2VFmPShKC+ISkYlOFBQPnmqFqeMjIjslJasirivg5keVxKUJQekXhAGJUtOItQE+eqW11aPFeVqWfVX+7HvoyMgvNNfSnXF/Cu2naSzrmzphVOBnJWkjokMAtnbz2jQytu30iYEUmJVLKcKhKS4YgsfPVScIcGkZGQCk1t9L7I8Bkzyqy1AgiY3/ST76MHlUl7ph/7SffRkZB+ezkrxQ4A7B5QZMrpG6UmZMVMLykZqbq/lsqCDP8A1Ul/or/dp99GRkUrprRMnig/hkvypyxkJmZP5JOpJ+e3k98Br8oEo2lNoeaFJQUYeiQxBfPzz+t4RkZEds2tWTxxXwktPlFkrUtShM68kyT5pNEklRUPPZuR9URsPKXL+UCe0zEFKUB0SWdUoSfntAH7TGRkA5t6svsiguz+VxCFTFBKyZhSS8oeqnCPz3M9pjWX5WJaVqUErGOqk9EGKssf5ahIYHew1qcjILyS5J448E6fLGgeor90PfQikbbSkqmLC7R0kxaVFeBIUAkMEDzzFIzYgigjIyI7JPdlKEV8DLT5TELlFCjM6wDq6FALhRW7dMwzbsEI51/SF5rn/uZfvoyMgJPv/IOMUtjaRtBZ0kEKm0IP5GXVswfPaweds7KVlSpalgl8JkpwjqhIAAnh6DxO+PYyKj67FOEXuLbzvqyTVAp6WUEhgJcmWBvd+lc9ukN07eWZh5tRI9bok4qcemy4ZRkZBqTTbQLqi9zS0bc2ZQboyN5+TyyT3zSPCPEba2VKSEoWCXqJYBqGo09hTQRkZBq6a+gvp638D0+VGUMhM/dg+2fFX2w2lRaygoCnSVlWJITVQQAwClaI36xkZElfZYsSZcKK4PMUf//Z" style="margin: 0pt 0pt 0pt -2px;" width="194" /></a></b></i></div><ol style="background-color: lime; color: red; text-align: right;"><li><h3 style="text-align: center;"><i><b> Pola Umum Angin di Indonesia</b></i></h3><i><b><span style="font-family: Arial; line-height: 18px;"> </span></b></i><br />
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><i><b>Di daerah tropis akan terjadi angin dari daerah maksimum subtropis ke daerah minimum equator. Angin ini disebut angin passat timur <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a> di belahan bumi utara dan angin passat tenggara di belahan bumi selatan. Angin passat banyak membawa uap air karena berhembus di <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a> lepas. Akan tetapi pada beberapa wilayah dipermukaan bumi angin passat tersebut mengalami perubahan arah akibat pengaruh lingkungan setempat. Di Indonesia yang secara geografis terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera serta letak matahari yang berubah setiap enam bulan berada di utara dan enam bulan berada di selatan khatulistiwa, maka angin passat tersebut mengalami perubahan menjadi angin muson (angin musim) barat dan angin muson timur( Wyrtki, 1987). Di daerah khatulistiwa Samudera Pasifik, Angin Pasat Tenggara berhembus secara normal sepanjang tahun. Angin Pasat mengakibatkan massa air yang hangat di bagian Timur Samudera Pasifik bergerak menuju perairan Timur Indonesia. Pergerakan massa air tersebut semakin bekurang pada beberapa bagian dari <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">Laut</a> Indonesia. Hal yang sama ditunjukkan pada saat angin berhembus pada daerah khatulistiwa selama periode pancaroba. Hal ini mengakibatkan daerah Kepulauan Indonesia yang terletak antara samudera hindia bagian Timur dengan Samudera Pasifik bagian Barat menyumbangkan tempat penyimpana bahang (<em style="margin: 0px; padding: 0px;">heat</em>) terbesar dalam lautan dunia. Di dalam dan sekeliling Indonesia ini didapatkan suhu permukaan <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a> yang tinggi (>28º C). Suhu yang tinggi tersebut akan mempengaruhi pertukaran bahang dan mengatur interaksi antara atmosfer dan lautanyang akan berakibat beasar tehadap cuaca lokal Kepulauan Indonesia dan dunia. <br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Angin Pasat Tenggara yang muncul terus menerus sepanjang tahun mengakibatkan permukaan <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a><a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a> sepanjang pantai Sumatera - Jawa – Sumbawa di Samudera Hindia bagian Timur. Akibat adanya gradien tekanan yang disebakan oleh perbedaan tinggi permukaan <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a>, sejumlah massa air Samudera Pasifik akan mengalir ke Samudera Hindia (Wyrtki, 1987 )<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah Angin Muson, hal ini disebakan karena Indonesia teletak diantara Benua Asia dan Australia diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Menurut Wyrtki (1961), keadaan musim di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan, yaitu :<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><strong style="margin: 0px; padding: 0px;">1.Musim barat (Desember – April)</strong><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Pada musim Barat pusat tekanan udara tinggi berekembang diatas benua Asia dan pusat tekanan udara rendah terjadi diatas benua Australia sehingga angin berhembus dari barat <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a> menuju Tenggara. Di Pulau Jawa angin ini dikenal sebagai Angin Muson Barat <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">Laut</a>. Musim Barat umumnya membawa curah hujan yang tinggi di Pulau Jawa. Angin muson barat berhembus pada bulan Oktober - April, matahari berada di belahan bumi selatan, mengakibatkan belahan bumi selatan khususnya Australia lebih banyak memperoleh pemanasan matahari daripada benua Asia. Akibatnya di Australia bertemperatur tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di Asia yang mulai ditinggalkan matahari temperaturnya rendah dan tekanan udaranya tinggi (maksimum).<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Oleh karena itu terjadilah pergerakan angin dari benua Asia ke benua Australia sebagai angin muson barat. Angin ini melewati Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">Laut</a> Cina Selatan. Karena melewati lautan tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di kepulauan Indonesia turunlah<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />hujan. Setiap bulan November, Desember, dan Januari Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><strong style="margin: 0px; padding: 0px;">2. Musim Timur (April - Oktober)</strong><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Pada musim Timur pusat tekanan udara rendah yang terjadi diatas Benua Asia dan pusat tekanan udara tinggi diatas Benua Australia menyebabkan angin behembu dari Tenggara menuju Barat <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">Laut</a>. Di Pulau Jawa bertiup Angin Muson Tenggara. Selama musim Timur, Pulau Jawa biasanya mengalami kekeringan. Angin muson timur berhembus setiap bulan April - Oktober, ketika matahari mulai bergeser ke belahan bumi utara. Di belahan bumi utara khususnya benua Asia temperaturnya tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di benua Australia yang telah ditinggalkan matahari, temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi (maksimum). Terjadilah pergerakan angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin muson timur. Angin ini tidak banyak menurunkan hujan, karena hanya melewati <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a> kecil dan jalur sempit seperti <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">Laut</a> Timor, <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">Laut</a> Arafuru, dan bagian selatan Irian Jaya, serta Kepulauan Nusa Tenggara. Oleh sebab itu, di Indonesia sering menyebutnya sebagai musim kemarau.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Di antara kedua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau terdapat musim lain yang disebut Musim Pancaroba (Peralihan). Peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau disebut musim kemareng, sedangkan peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan disebut musim labuh. Adapun ciri-ciri musim pancaroba (peralihan), yaitu antara lain udara terasa panas, arah angin tidak teratur, sering terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat dan lebat.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><strong style="margin: 0px; padding: 0px;">3. Musim Peralihan (Maret – Mei dan September – November)</strong><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Periode Maret – Mei dikenal seagai musim Peralihan I atau Muson pancaroba awal tahun, sedangkan periode Septemer – November disebt musim peralihan II atau musim pancaroba akhir tahun. Pada musim-musim Peralihan, matahari bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin menjadi lemah dan arahnya tidak menentu. <br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><strong style="margin: 0px; padding: 0px;">4.Selain angin muson barat dan timur juga terdapat angin lokal.</strong> Angin ini bertiup setiap hari, seperti angin darat, angin <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a>, angin lembah dan angin gunung.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Angin lokal dapat di jelaskan sebagai berikut :<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />1. Angin Darat dan Angin <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">Laut</a><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Angin ini terjadi di daerah pantai yang diakibatkan adanya perbedaan sifat daratan dan lautan. Pada malam hari daratan lebih dingin daripada lautan sehingga di daratan merupakan daerah maksimum yang menyebabkan terjadinya angin darat. Sebaliknya, pada siang hari terjadi angin <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a>. Perhatikan gambar di bawah ini. Kedua angin ini banyak dimanfaatkan oleh para nelayan tradisional untuk menangkap ikan di <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a>. Pada malam hari saat bertiupnya angin darat, para nelayan pergi menangkap ikan di <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a>. Sebaliknya pada siang hari saat bertiupnya angin <a href="http://www.ilmukelautan.com/" target="_blank" title="laut">laut</a>, para nelayan pulang dari penangkapannya.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />2. Angin Lembah dan Angin Gunung<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Pada siang hari puncak gunung lebih cepat menerima panas daripada lembah yang dalam keadaan tertutup. Puncak gunung tekanan udaranya minimum dan lembah tekanan udaranya maksimum. Karena keadaan ini maka udara bergerak dari lembah menyusur lereng menuju ke puncak gunung. Angin dari lembah ini disebut angin lembah. Pada malam hari puncak gunung lebih cepat mengeluarkan panas daripada lembah. Akibatnya di puncak gunung bertekanan lebih tinggi (maksimum) dibandingkan dengan di lembah (minimum) sehingga angin bertiup dari puncak gunung menuruni lereng menuju ke lembah. Angin dari puncak gunung ini disebut angin gunung.</b> sepanjang pantai Mindanao- Halmahera- Irian Jaya di Samudera Pasifik bagian Barat lebih tinggi daripada permukaan </i></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><i><b><strong style="margin: 0px; padding: 0px;">Pustaka</strong></b></i></div><div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; padding: 0px; text-indent: -36pt;"><i><b>Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of Southeast Asean Waters. Naga Report \',I. 2. The University of California, La Jolla, California.</b></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; padding: 0px; text-indent: -36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><i><b>Oleh : Yogi Suardi</b></i></div></div></li>
</ol>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-72433835946944628692011-11-25T22:33:00.000-08:002011-11-25T22:33:39.296-08:00CUACA dan IKLIM : .<table align="center" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="bannerimg" id="table1" style="background-color: lime; color: red; width: 800px;"><tbody>
<tr><td class="blka12" style="padding: 3px;" width="650"><div align="justify"><i><b><strong>Cuaca</strong> terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer Bumi atau sebuah planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena ini dalam waktu beberapa hari. Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama dikenal sebagai iklim. Aspek cuaca ini diteliti lebih lanjut oleh ahli klimatologi, untuk tanda-tanda perubahan iklim.<br />
<br />
<strong>Iklim</strong></b> <b> adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi. <br />
<br />
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi. </b><b><br />
<br />
Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting.</b><b><br />
<br />
Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.</b><b><br />
<br />
Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim (Anon, ? ). Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) adalah (1) posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang), (2) keberadaan lautan atau permukaan airnya, (3) pola arah angin, (4) rupa permukaan daratan bumi, dan (5) kerapatan dan jenis vegetasi.</b><b><br />
<br />
Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003). Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi tersebut. Keadaan seperti ini mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan penyimpangan iklim dari kondisi normal.</b><b><br />
<br />
Menurut Winarso (2003) berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim siklus cuaca dan iklim terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah10 tahun dimana kondisi ini dapat menunjukkan kondisi baku yang umumnya akan berguna untuk menentukan kondisi iklim per dekade. Penyimpangan iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih jauh dari kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini.</b></i> </div></td> </tr>
<tr> <td bgcolor="#eddca7" height="20" width="148"><i><b> </b></i></td> <td align="center" bgcolor="#eddca7" class="blka12" width="650"><i><b>Powered by: <strong><a class="blka12" href="http://freeabis.com/" target="_blank">freeAbis.com</a></strong></b></i></td></tr>
</tbody></table>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-84133949324118010102011-11-25T22:25:00.000-08:002011-11-25T22:25:35.559-08:00FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATARATA DI ATAS 100 MM DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<div style="background-color: lime; color: red;">ISSN 0215-1952<br />
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA<br />
Vol. 5 No. 3 SEPTEMBER 2009<br />
309<br />
FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATARATA<br />
DI ATAS 100 MM DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<br />
Umara Firman<br />
Sub Bidang Manajemen Data Iklim dan Agroklimat<br />
Bidang Klimatologi dan Kualitas Udara<br />
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika<br />
ABSTRAK<br />
Tulisan ini menjelaskan pembuatan garis kecenderungan (trend) dan<br />
keterkaitan yang terjadi pada fluktuasi data bulanan suhu udara rata-rata,<br />
suhu udara maksimum, suhu udara minimum dengan besaran curah<br />
hujan pada beberapa tempat di Indonesia. Di beberapa wilayah Indonesia<br />
terjadi kecenderungan kenaikan suhu udara, namun di beberapa wilayah<br />
lain justru mengalami penurunan suhu udara. Sedangkan untuk curah<br />
hujan, terdapat perbedaan penurunan curah hujan di berbagai wilayah.<br />
Hal yang menarik dari penggunaan angka kecenderungan curah hujan<br />
selama kurun waktu kurang lebih 25 tahun terakhir ini adalah temuan di<br />
Sentani (Provinsi Papua), dan Makasar (Provinsi Sulawesi Selatan)<br />
terjadi peningkatan curah hujan yang berjalan seiring dengan penurunan<br />
suhu udara. Sementara itu rata-rata curah hujan dari tahun ke tahun<br />
memperlihatkan penurunan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat.<br />
Kata Kunci: curah hujan, fluktuasi, frekuensi, kecenderungan, persamaan<br />
1. PENDAHULUAN<br />
1.2. Latar Belakang<br />
Kondisi suhu udara di Indonesia<br />
menjadi lebih panas sepanjang abad<br />
dua puluh. Suhu udara rata-rata<br />
tahunan telah bertambah kira-kira 0.3 oC<br />
sejak tahun 1900. Sementara itu tahun<br />
1990 menjadi decade terpanas abad ini.<br />
Tahun 1998 menjadi tahun terpanas<br />
hampir 1 °C di atas rata-rata tahun<br />
1961-1990.<br />
Pemanasan ini telah terjadi di semua<br />
musim sepanjang tahun. Curah hujan<br />
telah berkurang 2 hingga 3 persen di<br />
Indonesia dalam abad ini. Hampir<br />
seluruh pengurangan ini terjadi selama<br />
periode bulan Desember – Februari.<br />
Rata-rata suhu udara di Indonesia<br />
mengalami peningkatan berkisar 0,2 - 1<br />
°C yang terjadi sejak tahun 1970 sampai<br />
tahun 2008 akibat adanya pemanasan<br />
global. Dampak lain pemanasan global<br />
yang merupakan salah satu aspek dari<br />
perubahan iklim adalah naiknya<br />
permukaan air laut yang mengakibatkan<br />
menyusutnya luas lahan pertanian.<br />
1.3. Tujuan<br />
Tulisan ini disajikan dengan tujuan<br />
antara lain untuk :<br />
1. Mengetahui angka kecenderungan<br />
curah hujan yang terjadi selama<br />
kurun waktu lebih 25 tahun dengan<br />
menggunakan nilai dari algoritma<br />
kuadrat terkecil (y = mx + b) untuk<br />
menghasilkan deret atau rangkaian;<br />
2. Dengan mengetahui naiknya suhu<br />
rata-rata bulanan yang terjadi dalam<br />
FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATA-RATA DI ATAS 100 MM DI<br />
BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<br />
Umara Firman<br />
310<br />
kurun periode tertentu di beberapa<br />
wilayah di Indonesia menjadi bagian<br />
dari indikator adanya pemanasan<br />
global/ perubahan iklim.<br />
2. LANDASAN TEORI<br />
2.1. PERUBAHAN IKLIM<br />
Meningkatnya suhu udara rata-rata,<br />
naiknya suhu permukaan air laut,<br />
perubahan pola hujan, pergeseran awal<br />
musim kemarau maupun muim hujan,<br />
merupakan dampak dari adanya<br />
pemaasan global/ perubahan iklim.<br />
Ada dua akibat dari meningkatnya<br />
temperature<br />
• Adanya perubahan tekanan,<br />
sirkulasi udara yang menyebabkan<br />
kecepatan angin menjadi lebih<br />
kencang;<br />
• Adanya penguapan, uap air<br />
berkumpul di atas menyebabkan<br />
atmosfir basah, intensitas curah<br />
hujan menjadi meningkat.<br />
3. DATA DAN METODE<br />
3.1. DATA<br />
• Temperatur bulanan rata-rata,<br />
maksimum, minimum diambil dari<br />
database synop.<br />
• Hujan bulanan jumlah diambil dari<br />
database synop, database hujan<br />
dan database iklim<br />
3.2. METODOLOGI<br />
3.2.1. Garis Kecenderungan<br />
Nilai hasil sepanjang garis<br />
kecenderungan dperoleh dengan cara<br />
pencocokan garis lurus menggunakan<br />
metode kuadrat terkecil terhadap deret<br />
Y dan X yang diketahui. Hasil nilai y<br />
sepanjang garis lurus untuk deret X<br />
yang baru telah ditentukan.<br />
Y yang diketahui merupakan nilai Y<br />
yang sudah diketahui dalam persamaan<br />
y = m.x + b. Jika deret Y yang diketahui<br />
ada pada kolom tunggal, maka setiap X<br />
yang diketahui diterjemahkan sebagai<br />
sebuah variabel terpisah. Jika deret Y<br />
dalam baris tunggal, maka setiap baris<br />
dari X diartikan sebagai variabel yang<br />
terpisah.<br />
Deret X merupakan opsi dari rangkaian<br />
nilai X yang mungkin sudah diketahui<br />
dalam persamaan y = m.x +b. Deret X<br />
dapat meliputi satu atau lebih rangkaian<br />
variabel. Jika hanya satu variabel yang<br />
digunakan, maka deret Y dan X dapat<br />
mencakup sebuah bentuk. Sepanjang<br />
keduanya memiliki dimensi yang sama.<br />
Jika lebih dari satu variabel yang<br />
digunakan, maka deret Y harus<br />
merupakan sebuah vektor yang memiliki<br />
cakupan dengan ketinggian dari satu<br />
baris atau lebar dari satu kolom.<br />
3.2.2. Grafik Persamaan Linear<br />
Grafik persamaan linear dapat dibentuk<br />
dengan menggunakan pola sebagai<br />
berikut :<br />
y = 2.x + 3<br />
Yang pertama menggambar ’T-chart”.<br />
Dikatakan T karena menyerupai huruf T.<br />
Kolom kiri akan berisi nilai X yang akan<br />
diambil dan kolom kanan akan berisi<br />
nilai Y yang akan dihitung<br />
Label Kolom :<br />
Kolom pertama akan ada pilihan dari<br />
nilai input (X) yang ditempatkan. Kolom<br />
kedua ada hasil dari nilai output (Y),<br />
ISSN 0215-1952<br />
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA<br />
Vol. 5 No. 3 SEPTEMBER 2009<br />
311<br />
bersamaan dengan sumbu X dan Y<br />
keduanya akan membentuk sebuah titik<br />
yaitu (X,Y).<br />
Mengambil beberapa nilai untuk sumbu<br />
X, sangat baik jika mengambil<br />
sedikitnya ada tiga nilai. Memverifikasi<br />
grafik yang sedang dibuat bahwa akan<br />
didapatkan garis lurus (persamaan<br />
linear). Hanya dengan sebuah sumbu X<br />
dan sebuah sumbu Y, tanpa variabelvariabel<br />
kuadrat atau variabel-variabel<br />
akar pangkat dua atau tambahan lain<br />
yang diinginkan, maka grafik garis lurus<br />
berasal .<br />
Kita dapat mengambil nilai dari apapun<br />
yang kita inginkan. Misalkan diambil<br />
nilai dari sumbu X = 1, 2, 3 tidak akan<br />
sebaik jika mengambil garis dari sumbu<br />
X = -3, 0, 3. Hal ini bukan merupakan<br />
suatu aturan, namun merupakan<br />
metode yang sangat bermanfaat.<br />
Sekali mengambil nilai X, maka harus<br />
menghitung persesuaian nilai dari Y.<br />
Ada juga yang menginginkan<br />
penambahan kolom ketiga terhadap ’Tchart”<br />
manfaatnya akan tampak jika<br />
dispesifikasikan.<br />
Untuk persamaan linear dengan pola<br />
berikut:<br />
Y = (-5/3).x – 2<br />
Langkah pertama adalah membuat ”Tchart”.<br />
Kemudian mengalikan X dengan<br />
bilangan pecahan. Ambil nilai X yang<br />
merupakan perkalian 3.<br />
3.2.3. Garis Kecenderungan<br />
Ketika label data atau persamaan garis<br />
kecenderungan dipindahkan pada<br />
suatu grafik, jarak perpindahan label<br />
atau persamaan disimpan dan<br />
digunakan ketika mengubah data ke<br />
dalam grafik. Label data atau<br />
persamaan garis kecenderungan tidak<br />
dapat ditanggalkan dari titik data.<br />
Persamaan bergerak relatif terhadap<br />
perubahan data. Gerakan relatif ini<br />
menyebabkan label data atau<br />
persamaan garis kecenderungan<br />
berhenti berpindah pada wilayah grafik,<br />
ketika mengubah data yang dibuat dari<br />
grafik.<br />
3.2.4. Memulihkan Label Data<br />
Untuk memulihkan atau mengembalikan<br />
label data atau suatu persamaan garis<br />
kecenderungan yang telah tidak tampak<br />
karena data grafik diubah, perlu<br />
dilakukan hal-hal sebagai berikut:<br />
-memilih wilayah plot untuk grafik;<br />
-menarik yang dipojok untuk menangani<br />
wilayah plot yang dipilih ke dalam skala<br />
grafik menjadi ukuran yang lebih kecil.<br />
-memilih label atau persamaan yang<br />
dilokasikan di luar wilayah yang diplot,<br />
bagian itu adalah bagian yang awalnya<br />
disembunyikan dan ditarik kebelakang<br />
ke wilayah plot.<br />
-memilih wilayah plot grafik dan<br />
memindahkan yang pojok untuk<br />
ditempatkan pada wilayah plot yang<br />
dipilih untuk menjadikan skala grafik<br />
kembali pada ukuran yang asli<br />
Sedangkan untuk mengembalikannya<br />
hanya persamaan garis kecenderungan<br />
saja, yang tidak tampak karena<br />
perubahan data grafik, maka dapat<br />
dipilih seperti cara yang telah tersebut di<br />
atas atau dengan cara yang akan<br />
dipaparkan di bawah ini sebagai berikut:<br />
-memilih garis kecenderungan pada<br />
grafik.<br />
-dari menu format, memilih garis<br />
kecenderungan yang diinginkan.<br />
FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATA-RATA DI ATAS 100 MM DI<br />
BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<br />
Umara Firman<br />
312<br />
-memilih pilihan tab, dan menghapus<br />
tampilan persamaan pada kotak cek<br />
grafik.<br />
-kemudian memilih ok.<br />
2.4. Persamaan Nilai R-square<br />
Model dari persamaan y = f(x) dan data<br />
real (xi,yi), RSQ (R-Squared) diartikan<br />
sebagai 1-SSR/SSY. Di mana SSR<br />
merupakan jumlah dari square sisa yif(<br />
xi) dan SSY merupakan jumlah square<br />
dari perbedaan yi-mean(y). Dengan<br />
demikian R-Squared merupakan ukuran<br />
seberapa banyak variasi dapat<br />
dihubungkan ke model untuk<br />
dihadapkan dengan fluktuasi acak.<br />
Dengan kata lain, seberapa baik alur<br />
model data tersebut. Di sisi yang lain<br />
ada ukuran yang lebih baik pada<br />
kualitas kecocokan yang dinamakan Qsquared.<br />
3.2.5. Persamaan Garis<br />
Kecenderungan Polinomial<br />
Untuk mendapatkan koefisien dari<br />
polinomial dari derajat n dengan<br />
mencocokan data, p(x(i)) to y(i),<br />
hasilnya p merupakan vektor baris dari<br />
panjang n+1 yang berisi koefisien<br />
polinomial dalam kekuatan menurun.<br />
P(x) = p1xn +p2xn-1+...+pnx+pn+y<br />
[p,S] = polyfit(x,y,n)<br />
Mengembalikan koefisien polinomial p<br />
dan struktur S untuk penggunaan<br />
polynomial untuk memperoleh estimasi<br />
error. Jika error pada data y normal<br />
independen dengan varian konstan.<br />
[p,S,mu] = polyfit(x,y,n), koefisien<br />
polinomial pada:<br />
Di mana:<br />
μ2 = mean (x),<br />
μ2 = std (x),<br />
[μ1, μ2 ] = dua vektor elemen.<br />
4. PEMBAHASAN<br />
4.1 Mengambil Data Iklim Dalam<br />
Database Untuk Parameter<br />
Temperatur dan Curah Hujan<br />
Dalam mengolah data menjadi time<br />
series analisis dalam bentuk trendline<br />
atau garis kecenderungan grafik, perlu<br />
dilakukan pengambilan data dari tiga<br />
database dalam kurun waktu periode<br />
yang sepanjang-panjangnya dengan<br />
data yang lebih lengkap dan kota-kota<br />
tertentu mewakili suatu daerah.<br />
Untuk database synop, data yang<br />
diambil merupakan data 3 jam-an dari<br />
observasi stasiun meteorologi yang<br />
kemudian dikirim ke pusat melalui<br />
CMSS. Data dalam format sandi<br />
tersebut kemudian diterjemahkan,<br />
dipilah atau diklasifikasikan menjadi<br />
beberapa parameter yang dibutuhkan<br />
dan ditarik ke dalam database synop.<br />
Dalam database synop, terdapat katalog<br />
stasiun dan katalog data 3 jam-an dari<br />
tahun 1977, tabel hujan 3 jam-an, dan<br />
tabel hujan harian di atas tahun 2000.<br />
Kemudian dibentuk format hujan harian<br />
jumlah time series pada setiap stasiun<br />
atau daerah yang ingin dibuatkan grafik<br />
garis kecenderungannya. Dibentuk juga<br />
temperatur bulanan maksimum,<br />
minimum, dan rata-rata time series.<br />
ISSN 0215-1952<br />
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA<br />
Vol. 5 No. 3 SEPTEMBER 2009<br />
313<br />
Untuk temperatur bulanan maksimum<br />
time series digabungkan antara katalog<br />
data ”All Parameter Synop Now” dengan<br />
katalog stasiun ”Katalog Synop Utama”.<br />
SELECT [All parameter synop<br />
now].Nosta, [All parameter synop<br />
now].NamaStasiun, [All parameter<br />
synop now].Tahun, [All parameter<br />
synop now].Bulan, Max([All parameter<br />
synop now].Temp) AS MaxOfTemp.<br />
FROM [All parameter synop now].<br />
INNER JOIN [Katalog Synop Utama]<br />
ON [All parameter synop now]. Nosta =<br />
[Katalog Synop Utama].Nosta. WHERE<br />
((([All parameter synop<br />
now].Nosta)="97014") AND (([All<br />
parameter synop now].Tahun)>=2001<br />
And ([All parameter synop<br />
now].Tahun)<=2008)). GROUP BY [All<br />
parameter synop now].Nosta, [All<br />
parameter synop now].NamaStasiun,<br />
[All parameter synop now].Tahun, [All<br />
parameter synop now].Bulan.<br />
Untuk temperatur bulanan minimum<br />
time series, digabungkan antara katalog<br />
data ”All Parameter Synop Now” dengan<br />
katalog stasiun ”Katalog Synop Utama”.<br />
SELECT [All parameter synop<br />
now].Nosta, [All parameter synop<br />
now].NamaStasiun, [All parameter<br />
synop now].Tahun, [All parameter synop<br />
now].Bulan, Min([All parameter synop<br />
now].Temp) AS MinOfTemp. FROM [All<br />
parameter synop now] INNER JOIN<br />
[Katalog Synop Utama] ON [All<br />
parameter synop now].Nosta = [Katalog<br />
Synop Utama].Nosta. WHERE ((([All<br />
parameter synop now].Nosta)="97014")<br />
AND (([All parameter synop<br />
now].Tahun)>=2001 And ([All parameter<br />
synop now].Tahun)<=2008)). GROUP<br />
BY [All parameter synop now].Nosta,<br />
[All parameter synop<br />
now].NamaStasiun, [All parameter<br />
synop now].Tahun, [All parameter synop<br />
now].Bulan;.<br />
Untuk temperatur bulanan rata-rata time<br />
series digabungkan antara katalog data<br />
”All parameter synop now” dengan<br />
katalog stasiun ”Katalog Synop Utama”:<br />
SELECT [All parameter synop<br />
now].Nosta, [Katalog Synop<br />
Utama].[Nama Stasiun], [All parameter<br />
synop now].Tahun, [All parameter synop<br />
now].Bulan, Avg([All parameter synop<br />
now].Temp) AS AvgOfTemp. FROM [All<br />
parameter synop now] INNER JOIN<br />
[Katalog Synop Utama] ON [All<br />
parameter synop now].Nosta = [Katalog<br />
Synop Utama].Nosta. WHERE ((([All<br />
parameter synop now].Nosta)="97014")<br />
AND (([All parameter synop<br />
now].Tahun)>=2001 And ([All parameter<br />
synop now].Tahun)<=2008)). GROUP<br />
BY [All parameter synop now].Nosta,<br />
[Katalog Synop Utama].[Nama Stasiun],<br />
[All parameter synop now].Tahun, [All<br />
parameter synop now].Bulan, [Katalog<br />
Synop Utama].Propinsi.<br />
Untuk hujan harian jumlah time series<br />
digabungkan antara katalog data<br />
”source jumlah hujan” dengan katalog<br />
stasiun ”Katalog Synop Utama”.<br />
TRANSFORM<br />
First(SourceJumlahHujan.HujanHarian)<br />
AS FirstOfHujanHarian. SELECT<br />
SourceJumlahHujan.Nosta,<br />
SourceJumlahHujan.NamaStasiun,<br />
SourceJumlahHujan.Tahun,<br />
SourceJumlahHujan.Bulan. FROM<br />
SourceJumlahHujan INNER JOIN<br />
[Katalog Synop Utama] ON<br />
SourceJumlahHujan.Nosta = [Katalog<br />
Synop Utama].Nosta. WHERE<br />
(((SourceJumlahHujan.Nosta)="96035")<br />
AND<br />
((SourceJumlahHujan.Tahun)>=1970<br />
And<br />
(SourceJumlahHujan.Tahun)<=2000))<br />
GROUP BY SourceJumlahHujan.Nosta,<br />
SourceJumlahHujan.NamaStasiun,<br />
FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATA-RATA DI ATAS 100 MM DI<br />
BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<br />
Umara Firman<br />
314<br />
SourceJumlahHujan.Tahun,<br />
SourceJumlahHujan.Bulan, [Katalog<br />
Synop Utama].Propinsi<br />
ORDER BY SourceJumlahHujan.Nosta,<br />
SourceJumlahHujan.Tahun,<br />
SourceJumlahHujan.Bulan<br />
PIVOT SourceJumlahHujan.Tanggal.<br />
Untuk melengkapi data pada periode di<br />
bawah tahun 2000, maka diambil data<br />
parameter suhu udara dan curah hujan<br />
dari database iklim dan hujan. Untuk<br />
temperatur maksimum bulanan:<br />
TRANSFORM Max(TMax.Max) AS<br />
MaxOfMax. SELECT TMax.Nosta,<br />
TMax.namasta, TMax.Tahun. FROM<br />
Tmax. GROUP BY TMax.Nosta,<br />
TMax.namasta, TMax.Tahun. ORDER<br />
BY TMax.Nosta, TMax.Tahun,<br />
TMax.Bulan. PIVOT TMax.Bulan.<br />
Untuk parameter hujan yang diambil<br />
dari database iklim di bawah tahun<br />
2000, digabungkan antara data katalog<br />
stasiun ”KatalogStasiunBaru” dan<br />
katalog data ”KlimAllUpdated_tbl,<br />
sedangkan RRR merupakan kode untuk<br />
hujan:<br />
SELECT KatalogStasiunBaru.Nosta,<br />
KatalogStasiunBaru.Namsta,<br />
KatalogStasiunBaru.Lintang,<br />
KatalogStasiunBaru.Bujur,<br />
KatalogStasiunBaru.Elevasi,<br />
KlimAllUpdated_tbl.Tahun,<br />
KlimAllUpdated_tbl.Bulan,<br />
KlimAllUpdated_tbl.[01],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[02],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[03],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[04],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[05],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[06],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[07],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[08],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[09],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[10],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[11],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[12],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[13],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[14],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[15],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[16],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[17],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[18],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[19],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[20],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[21],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[22],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[23],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[24],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[25],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[26],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[27],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[28],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[29],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[30],<br />
KlimAllUpdated_tbl.[31]<br />
FROM KlimAllUpdated_tbl INNER JOIN<br />
KatalogStasiunBaru ON<br />
KlimAllUpdated_tbl.Nosta =<br />
KatalogStasiunBaru.Nosta<br />
WHERE<br />
(((KatalogStasiunBaru.Nosta)="02097")<br />
AND<br />
((KlimAllUpdated_tbl.Tahun)>="1970"<br />
And<br />
(KlimAllUpdated_tbl.Tahun)<="2000")<br />
AND<br />
((KlimAllUpdated_tbl.elemen)="RRR"));<br />
ISSN 0215-1952<br />
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA<br />
Vol. 5 No. 3 SEPTEMBER 2009<br />
315<br />
4.3. Trendline Tisean Makassar<br />
Trend of The Monthly Average Temperature at Makassar<br />
y = 0,005x + 25,435<br />
R2 = 0,2057<br />
22,0<br />
23,0<br />
24,0<br />
25,0<br />
26,0<br />
27,0<br />
28,0<br />
29,0<br />
30,0<br />
1981<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
Years<br />
T-Avg Linear (T-Avg)<br />
Annual Average = 26,3 oC<br />
Frekuensi hujan tahunan diatas 100 mm di wilayah Makassar:<br />
Tahun FrekuensiTahunan<br />
1981 8<br />
1982 5<br />
1983 5<br />
1984 8<br />
1985 7<br />
1986 7<br />
1987 6<br />
1988 7<br />
1989 6<br />
1990 6<br />
1991 6<br />
1992 6<br />
1993 7<br />
1994 6<br />
1995 9<br />
1996 3<br />
1997 5<br />
1998 9<br />
1999 9<br />
2000 9<br />
2001 7<br />
2002 5<br />
2003 7<br />
2004 6<br />
2005 6<br />
2006 7<br />
2007 8<br />
2008 5<br />
FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATA-RATA DI ATAS 100 MM DI<br />
BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<br />
Umara Firman<br />
316<br />
The Monthly Rain Frequency > 100 mm at Makassar<br />
y = -3E-06x + 0,5511<br />
R2 = 3E-07<br />
0<br />
0,2<br />
0,4<br />
0,6<br />
0,8<br />
1<br />
1,2<br />
1981<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
Years<br />
RRR Linear (RRR)<br />
Frekuensi hujan tahunan di atas 100 mm di Makassar :<br />
The Annual Rain Frequency > 100 mm at Makassar<br />
y = 0,0085x + 6,4841<br />
R2 = 0,0022<br />
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9<br />
10<br />
1981<br />
1983<br />
1985<br />
1987<br />
1989<br />
1991<br />
1993<br />
1995<br />
1997<br />
1999<br />
2001<br />
2003<br />
2005<br />
2007<br />
Years<br />
RRR Linear (RRR)<br />
ISSN 0215-1952<br />
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA<br />
Vol. 5 No. 3 SEPTEMBER 2009<br />
317<br />
4.4. Trendline Tisean di Papua<br />
Trend of Monthly Average Temperatur at papua<br />
y = 0,0008x + 26,899<br />
R2 = 0,0049<br />
19,0<br />
21,0<br />
23,0<br />
25,0<br />
27,0<br />
29,0<br />
31,0<br />
1979<br />
1980<br />
1981<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
Years<br />
T-Avg Linear (T-Avg)<br />
Annual Average = 27,0 oC<br />
Frekuensi hujan bulanan diatas 100 mm di wilayah Papua:<br />
The Monthly Rain Frequency > 100mm<br />
y = 0,0001x + 0,0129<br />
R2 = 0,0051<br />
0<br />
0,2<br />
0,4<br />
0,6<br />
0,8<br />
1<br />
1,2<br />
1979<br />
1980<br />
1981<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
Years<br />
RRR Linear (RRR)<br />
Frekuensi hujan tahunan diatas 100 mm di wilayah Papua :<br />
The Annual Rain Frequency>100 mm<br />
y = 0,0189x + 0,1402<br />
R2 = 0,0415<br />
0<br />
0,5<br />
1<br />
1,5<br />
2<br />
2,5<br />
3<br />
3,5<br />
1979<br />
1980<br />
1981<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
RRR Linear (RRR)<br />
FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATA-RATA DI ATAS 100 MM DI<br />
BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<br />
Umara Firman<br />
318<br />
4.5. Trendline Tisean di Manado<br />
Trend of The Monthly Average Temperature at Menado<br />
y = 0,0028x + 25,118<br />
R2 = 0,1395<br />
21,0<br />
22,0<br />
23,0<br />
24,0<br />
25,0<br />
26,0<br />
27,0<br />
28,0<br />
29,0<br />
1973<br />
1974<br />
1975<br />
1976<br />
1977<br />
1978<br />
1979<br />
1980<br />
1981<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
Years<br />
T-Avg Linear (T-Avg)<br />
Annual Average = 25,7 oC<br />
The Monthly Rain Frequency > 100 mm at Menado<br />
y = -0,0004x + 0,9154<br />
R2 = 0,0161<br />
0<br />
0,2<br />
0,4<br />
0,6<br />
0,8<br />
1<br />
1,2<br />
1973<br />
1974<br />
1975<br />
1976<br />
1977<br />
1978<br />
1979<br />
1980<br />
1981<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
Years<br />
RRR Linear (RRR)<br />
The Annual Rain Frequency > 100 mm at Menado<br />
y = -0,0535x + 10,99<br />
R2 = 0,1295<br />
0<br />
2<br />
4<br />
6<br />
8<br />
10<br />
12<br />
14<br />
1973<br />
1975<br />
1977<br />
1979<br />
1981<br />
1983<br />
1985<br />
1987<br />
1989<br />
1991<br />
1993<br />
1995<br />
1997<br />
1999<br />
2001<br />
2003<br />
2005<br />
2007<br />
Years<br />
RRR Linear (RRR)<br />
ISSN 0215-1952<br />
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA<br />
Vol. 5 No. 3 SEPTEMBER 2009<br />
319<br />
4.6. Trendline Tisean di Banjarbaru<br />
Trend of The Monthly Average Temperature at Banjarbaru<br />
y = 0,004x + 25,686<br />
R2 = 0,0928<br />
20,0<br />
22,0<br />
24,0<br />
26,0<br />
28,0<br />
30,0<br />
32,0<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
Years<br />
T-Avg Linear (T-Avg)<br />
Annual Average = 26,2 oC<br />
The Monthly Rain Frequency > 100 mm at Banjarbaru<br />
y = -0,0016x + 0,7622<br />
R2 = 0,0944<br />
0<br />
0,2<br />
0,4<br />
0,6<br />
0,8<br />
1<br />
1,2<br />
1982<br />
1983<br />
1984<br />
1985<br />
1986<br />
1987<br />
1988<br />
1989<br />
1990<br />
1991<br />
1992<br />
1993<br />
1994<br />
1995<br />
1996<br />
1997<br />
1998<br />
1999<br />
2000<br />
2001<br />
2002<br />
2003<br />
2004<br />
2005<br />
2006<br />
2007<br />
2008<br />
Years<br />
RRR Linear (RRR)<br />
The Annual Rain Frequency > 100 mm at Banjarbaru<br />
y = -0,2381x + 9,2593<br />
R2 = 0,2311<br />
0<br />
2<br />
4<br />
6<br />
8<br />
10<br />
12<br />
1982<br />
1984<br />
1986<br />
1988<br />
1990<br />
1992<br />
1994<br />
1996<br />
1998<br />
2000<br />
2002<br />
2004<br />
2006<br />
2008<br />
Years<br />
RRR Linear (RRR)<br />
FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATA-RATA DI ATAS 100 MM DI<br />
BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<br />
Umara Firman<br />
320<br />
4.7. Menghitung Suhu Udara Ratarata,<br />
Maksimum, dan Minimum<br />
• Layar tampilan untuk user:<br />
if nargin == 0<br />
fig =<br />
openfig(mfilename,'reuse');<br />
% Generate a structure of<br />
handles to pass to callbacks,<br />
and store it.<br />
handles = guihandles(fig);<br />
guidata(fig, handles);<br />
if nargout > 0<br />
varargout{1} = fig;<br />
end<br />
elseif ischar(varargin{1}) %<br />
INVOKE NAMED SUBFUNCTION OR<br />
CALLBACK<br />
try<br />
if (nargout)<br />
[varargout{1:nargout}] =<br />
feval(varargin{:}); % FEVAL<br />
switchyard<br />
else<br />
feval(varargin{:});<br />
% FEVAL switchyard<br />
end<br />
catch<br />
%disp(lasterr);<br />
end<br />
end<br />
• Rancangan Perhitungan Suhu<br />
Udara Rata-rata:<br />
% ------------------------------<br />
--------------------------------<br />
------<br />
function varargout =<br />
pushbutton1_Callback(h,<br />
eventdata, handles, varargin)<br />
myform = guidata(gcbo);<br />
TRata1=<br />
str2double(get(myform.EdTRata1,'<br />
String'));<br />
TRata2=<br />
str2double(get(myform.EdTRata2,'<br />
String'));<br />
TRata3=<br />
str2double(get(myform.EdTRata2,'<br />
String'));<br />
TRata4=<br />
str2double(get(myform.EdTRata2,'<br />
String'));<br />
TRata5=<br />
str2double(get(myform.EdTRata2,'<br />
String'));<br />
TRata6=<br />
str2double(get(myform.EdTRata2,'<br />
String'));<br />
TRata7=<br />
str2double(get(myform.EdTRata2,'<br />
String'));<br />
TRata8=<br />
str2double(get(myform.EdTRata2,'<br />
String'));<br />
TRata9=<br />
str2double(get(myform.EdTRata2,'<br />
String'));<br />
TRata10=<br />
str2double(get(myform.EdT<br />
-Rata2,'String'));<br />
TRata11=<br />
str2double(get(myform.EdT<br />
-Rata2,'String'));<br />
TRata12=<br />
str2double(get(myform.EdT<br />
-Rata2,'String'));<br />
TMak1=<br />
str2double(get(myform.EdTMak1,'<br />
String'));<br />
TMak2=<br />
str2double(get(myform.EdTMak2,'<br />
String'));<br />
TMak3=<br />
str2double(get(myform.EdTMak3,'<br />
String'));<br />
TMak4=<br />
str2double(get(myform.EdTMak4,'<br />
String'));<br />
TMak5=<br />
str2double(get(myform.EdTMak5,'<br />
String'));<br />
ISSN 0215-1952<br />
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA<br />
Vol. 5 No. 3 SEPTEMBER 2009<br />
321<br />
TMak6=<br />
str2double(get(myform.EdTMak6,'<br />
String'));<br />
TMak7=<br />
str2double(get(myform.EdTMak7,'<br />
String'));<br />
TMak8=<br />
str2double(get(myform.EdTMak8,'<br />
String'));<br />
TMak9=<br />
str2double(get(myform.EdTMak9,'<br />
String'));<br />
TMak10=<br />
str2double(get(myform.EdTMak10,'<br />
String'));<br />
TMak11=<br />
str2double(get(myform.EdTMak11,'<br />
String'));<br />
TMak12=<br />
str2double(get(myform.EdTMak12,'<br />
String'));<br />
TMin1=<br />
str2double(get(myform.EdTMin1,'<br />
String'));<br />
TMin2=<br />
str2double(get(myform.EdTMin2,'<br />
String'));<br />
TMin3=<br />
str2double(get(myform.EdTMin3,'<br />
String'));<br />
TMin4=<br />
str2double(get(myform.EdTMin4,'<br />
String'));<br />
TMin5=<br />
str2double(get(myform.EdTMin5,'<br />
String'));<br />
TMin6=<br />
str2double(get(myform.EdTMin6,'<br />
String'));<br />
TMin7=<br />
str2double(get(myform.EdTMin7,'<br />
String'));<br />
TMin8=<br />
str2double(get(myform.EdTMin8,'<br />
String'));<br />
TMin9=<br />
str2double(get(myform.EdTMin9,'<br />
String'));<br />
TMin10=<br />
str2double(get(myform.EdTMin10,'<br />
String'));<br />
TMin11=<br />
str2double(get(myform.EdTMin11,'<br />
String'));<br />
TMin12=<br />
str2double(get(myform.EdTMin12,'<br />
String'));<br />
na_Rata=(T-Rata1+T-Rata2+TRata3+<br />
T-Rata4+T-Rata5+T-Rata6<br />
+T-Rata7+T-Rata8+TRata9+<br />
T-Rata10+T-Rata11+TRata12);<br />
if (na_Rata >= 30)<br />
set(myform.EdNilai,'String','Tem<br />
peratur diatas normal');<br />
elseif (na < 20) & (na >= 30)<br />
set(myform.EdNilai,'String','Tem<br />
peratur normal');<br />
elseif (na < 20)<br />
set(myform.EdNilai,'String','Tem<br />
peratur dibawah normal');<br />
end;<br />
set(myform.EdAkhir,'String',num2<br />
str(na_Rata));<br />
% -----------------------------<br />
--------------------------------<br />
-------<br />
function varargout =<br />
pushbutton2_Callback(h,<br />
eventdata, handles, varargin)<br />
Close;<br />
FLUKTUASI SUHU UDARA DAN TREND VARIASI CURAH HUJAN RATA-RATA DI ATAS 100 MM DI<br />
BEBERAPA WILAYAH INDONESIA<br />
Umara Firman<br />
322<br />
5. KESIMPULAN<br />
Berdasarkan penjelasan dalam bab-bab<br />
tersebut di atas, maka dapat diambil<br />
beberapa kesimpulan sebagai berikut :<br />
-Data yang didapat dari hasil<br />
pemantauan dan diolah menjadi suatu<br />
informasi bisa memberikan kontribusi<br />
untuk kajian yang lebih mendalam<br />
ataupun untuk kebutuhan langsung<br />
user;<br />
-Merancang aplikasi yang dapat<br />
menghitung nilai dari parameter yang<br />
ditetapkan untuk kemudian hasilnya<br />
dapat diolah lagi untuk memperoleh nilai<br />
kecenderungan dari Tisean;<br />
6. ACUAN<br />
http://support.microsoft.com/kb/110499, Chart<br />
Trendline Equation or Data Label<br />
Disappears.<br />
http://www.ozgrid.com/forum/showthread.php?t=<br />
84246, determine equation of<br />
chart/graph.<br />
http://www.techarchive.<br />
net/Archive/Excel/microsoft.publi<br />
c.excel.charting/2007-<br />
10/msg00343.html.<br />
http://www.mrexcel.com/tip067.shtml<br />
http://www2.kompas.com/ver1/Iptek/0705/16/100<br />
722.htm.<br />
http://en.wikipedia.org/wiki/Trend_lines<br />
http://mbojo.wordpress.com/2008/05/10/penyeba<br />
b-variabilitas-hujan-di-indonesia/.<br />
http://www.suaramerdeka.com/harian/0705/19/na<br />
s06.htm.<br />
http://ritter.tea.state.tx.us/student.assessment/tak<br />
s/math/Grade_9_10_11XL_Math_Chart.<br />
pdf.<br />
Gunaidi Abdia away, Matlab Programming,<br />
Penerbit Informatika.<br />
http://www.mathworks.com/access/helpdesk/help<br />
/techdoc/index.html?/access/helpdesk/h<br />
elp/techdoc/ref/polyfit.html&http://www.g<br />
oogle.co.id/search?client=firefoxa&<br />
channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-<br />
GB%3Aofficial&hs=KYm&hl=id&q=polyfi<br />
t+matlab&btnG=Telusuri+dengan+Goog<br />
le&meta=&aq=f&oq=, polyfit Matlab.<br />
http://www.purplemath.com/modules/graphlin2.ht<br />
m Graphing Linear Equations: Plotting<br />
the points and drawing the line.</div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-13176854374073465942011-11-25T22:17:00.000-08:002011-11-25T22:17:32.157-08:00Terjadinya Pencemaran Udara dan Penanggulangannya<div style="background-color: lime; color: red; text-align: left;"><i><b><strong>Terjadinya pencemaran udara </strong></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer. Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut:</b></i></div><ul style="background-color: lime; color: red;"><li><i><b>Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia.</b></i></li>
<li><i><b>Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.</b></i></li>
<li><i><b>Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.</b></i></li>
<li><i><b>Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.</b></i></li>
</ul><div style="background-color: lime; color: red; text-align: center;"><i><b><img alt="gambar3" class="aligncenter size-full wp-image-3359" height="351" src="http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2009/03/gambar3.jpg" width="400" />Gambar 3 Kebakaran menimbulkan asap yang dapat membuat pencemaran udara</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: left;"><i><b><strong><em>Pencemaran Udara Yang Terjadi Di Indonesia </em></strong></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Indonesia merupakan negara di dunia yang paling banyak memiliki gunung berapi (sekitar 137 buah dan 30% masih dinyatakan aktif). Oleh sebab itu Indonesia mudah mengalami pencemaran secara alami. Selain itu adanya kebakaran hutan akibat musim kemarau panjang ataupun pembakaran hutan yang disengaja untuk memenuhi kebutuhan seperti terjadi di Kalimantan dan di Sumatera dalam tahun 1997 dan tahun 1998 menyebabkan terjadinya pencemaran yang cukup menghawatirkan, karena asap tebal hasil kebakaran tersebut menyeberang ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat merugikan, baik dalam segi ekonomi, transportasi (udara, darat dan laut) dan kesehatan. Akibat asap tebal tersebut menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi karena dikhawatirkan akan terjadi tabrakan. Selain itu asap itu merugikan kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang tenggorokan, radang paru-paru dan sakit kulit. Pencemaran udara lainnya berasal dari limbah berupa asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor dan limbah asap dari industri.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: center;"><i><b><img alt="gambar4" class="aligncenter size-full wp-image-3360" height="288" src="http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2009/03/gambar4.jpg" width="400" />Gambar 4 Asap kendaraan bermotor alah satu sumber pencemaran udara</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: left;"><i><b><strong>Cara penanggulangannya </strong></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohonpohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: left;"><i><b><strong>Dampak negatif dan dampak positif </strong></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Di atas telah Anda pelajari bahwa pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Pencemaran udara selain memberikan dampak negatif, juga dapat memberikan dampak positif antara lain, lahar dan partikulat-partikulat yang disemburkan gunung berapi yang meletus, bila sudah dingin menyebabkan tanah menjadi subur, pasir dan batuan yang dikeluarkan gunung berapi yang meletus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Gas karbon monoksida bila bereaksi dengan oksigen di udara menghasilkan gas karbon dioksida bisa dimanfaatkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang sangat berguna bagi makhluk hidup.</b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-56378716356718980062011-11-25T22:14:00.000-08:002011-11-25T22:14:53.722-08:00Udara Indonesia Semakin Kotor<h2 style="background-color: lime; color: red;"><i><b><a href="http://mepow.wordpress.com/2009/06/13/udara-indonesia-semakin-kotor/" rel="bookmark" title="Udara Indonesia Semakin Kotor">Udara Indonesia Semakin Kotor</a></b></i></h2><div class="postinfo" style="background-color: lime; color: red;"><i><b> Posted on <span class="postdate">June 13, 2009</span> by MEPOW </b></i></div><div class="pd-rating sd-content" id="pd_rating_holder_383417_post_799" style="background-color: lime; color: red; display: inline-block;"><div id="pd_rate_383417_post_799" style="float: left;"><div id="PDRTJS_383417_post_799_stars_1" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left top; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_383417_post_799_stars_2" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left top; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_383417_post_799_stars_3" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left top; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_383417_post_799_stars_4" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left bottom; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_383417_post_799_stars_5" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/ratings/images/star-yellow-sml.png"); background-position: left bottom; background-repeat: repeat; cursor: pointer; float: left; height: 16px; line-height: 16px; margin-right: 1px; padding: 0px; width: 16px;"><i><b> </b></i></div></div><i><b><span style="float: left;"> </span></b></i><div id="rating_info_383417_post_799" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-origin: padding; -moz-background-size: auto auto; background-attachment: scroll; background-image: url("http://i0.poll.fm/images/ratings/info.png"); background-position: 3px 2px; background-repeat: no-repeat; cursor: pointer; display: block; float: left; height: 16px; width: 16px;"><span style="display: none;">i</span></div><div class="pd_popup_holder" id="pd_popup_holder_383417_post_799"><i><b> </b></i></div><div id="PDRTJS_383417_post_799_msg" style="float: left; padding-left: 5px; text-align: left;"><i><b>11 Votes</b></i></div><img alt="Quantcast" border="0" height="1" src="http://pixel.quantserve.com/pixel/p-ab3gTb8xb3dLg.gif" style="display: none;" width="1" /></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><a href="http://mepow.files.wordpress.com/2009/12/logostoscdr200.jpg"><img alt="" class="alignnone size-thumbnail wp-image-1568" height="63" src="http://mepow.files.wordpress.com/2009/12/logostoscdr200.jpg?w=150&h=63" title="logostoscdr200" width="150" /></a><img alt="Polusi 2" class="aligncenter size-full wp-image-805" height="405" src="http://mepow.files.wordpress.com/2009/06/polusi-2.jpg?w=468&h=405" title="Polusi 2" width="468" /></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>kondisi udara Indonesia kian memprihantinkan. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pencemaran udara di Indonesia, khususnya Jakarta telah mengalami tingkat yang mengkhawatirkan dibandingkan dengan standar WHO.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><img alt="Polusi" class="aligncenter size-full wp-image-807" height="319" src="http://mepow.files.wordpress.com/2009/06/polusi.jpg?w=468&h=319" title="Polusi" width="468" />Berdasarkan data yang ada, total estimasi pollutant CO yang diestimasikan dari seluruh aktivitas di Kota Jakarta adalah sekitar 686,864 ton per-tahun atau 48,6 persen dari jumlah emisi lima pollutant. Penyebab dari pencemaran udara di Jakarta itu sekitar 80 persen berasal dari sektor transportasi, dan 20 persen industri serta limbah domestik. Sedangkan emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan sebesar 20 persen.<span id="more-799"></span></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><img alt="Polusi Jakarta" class="aligncenter size-full wp-image-806" height="277" src="http://mepow.files.wordpress.com/2009/06/polusi-jakarta.jpg?w=425&h=277" title="Polusi Jakarta" width="425" /></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Staf ahli Menteri kehutanan bidang lingkungan, mengatakan bahwa pencemaran paling berat terjadi di Jakarta dibandingkan dengan Tokyo, Beijing, Seoul, Taipei, Bangkok, Kuala Lumpur dan Manila.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><img alt="Kebakaran hutan" class="aligncenter size-full wp-image-804" height="207" src="http://mepow.files.wordpress.com/2009/06/kebakaran-hutan.jpg?w=318&h=207" title="Kebakaran hutan" width="318" /></b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Tak hanya, kondisi udara yang kian memprihatinkan. Kelestarian beberapa <a href="http://mepow.wordpress.com/2009/06/10/cenderawasih-ratu2-surga-yang-kian-merana/">satwa langka</a> seperti Harimau Sumatera dan Orangutan Kalimatan Barat juga kian terancam. Jumlah orangutan liar di Kalbar diperkirakan berkurang 50 persen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. <a href="http://mepow.wordpress.com/2009/06/07/2004-kasus-ilegal-logging-rugikan-indonesia-rp-30-triliun-2009/">Pembalakan liar</a>, kebakaran hutan dan konversi hutan untuk perkebunan skala besar, menjadi faktor utama yang mengancam keberadaan <a href="http://mepow.wordpress.com/2009/04/21/owa-jawa-permata-yang-tersisa-dan-terlupa/">populasi </a>orangutan liar di alam.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red;"><i><b>“Indonesia.. sampai kapankah bertahan kekayaanmu???”</b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-65908472066704157302011-11-25T22:04:00.000-08:002011-11-25T22:04:21.285-08:00Pasang Surut Laut dan keadaannya di indonesia<div style="background-color: lime; color: red;"><i><b><br clear="left" /></b></i></div><div class="itemboxsub" style="background-color: lime; color: red;"><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="icon" width="24"><i><b><img alt="Blog Entry" height="24" src="http://images.multiply.com/multiply/icons/clean/24x24/journal.png" title="Blog Entry" width="24" /></b></i></td><td class="cattitle"><i><b><a href="http://rageagainst.multiply.com/journal/item/35/Pasang_Surut_Laut_dan_keadaannya_di_indonesia" itemprop="url" rel="bookmark"><span itemprop="name">Pasang Surut Laut dan keadaannya di indonesia</span></a></b></i></td><td class="itemsubsub"><nobr><i><b>Apr 17, '07 1:38 AM</b></i></nobr><i><b><br />
for everyone</b></i></td></tr>
</tbody></table></div><div class="bodytext" id="item_body" style="background-color: lime; color: red;"> <div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span class="insertedphoto"><a href="http://rageagainst.multiply.com/photos/hi-res/upload/RiRc1AoKCnIAADVysDM1"><center><br />
</center></a></span></span></b></i><i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya sangat kecil dan tidak perlu diperhitungkan (<u>www.digilib.itb.ac.id</u></span>).</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;">Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya beberapa macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut komponen pasang surut, dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari</span><span style="font-size: small;">, bulan atau kombinasi keduanya (<a href="http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-rastihat-1751"><u>www.digilib.itb.ac.id</u> </a>).</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (<u>www.oseanografi.blogspot.com</u>).</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda. Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan (</span><u><a href="http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-rastihat-1751"><span style="font-size: small;">www.digilib.itb.ac.id</span></a></u><span style="font-size: small;">).</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.27cm;"> <i><b><span style="font-size: small;">Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara 1 m hingga 3 m. Tetapi di Teluk Fundy (kanada) ditemukan kisaran yang terbesar di dunia, bisa mencapai sekitar 20 m. Sebaliknya di Pulau Tahiti, di tengah Samudera Pasifik, kisaran pasang-surutnya kecil, tidak lebih dari 0,3 m, sedangkan di Laut Tengah hanya berkisar 0,10-0,15 m.</span></b></i></div><div align="justify" style="line-height: 150%;"><i><b><span style="font-size: small;">Di perairan Indonesia beberapa contoh dapat diberikan misalnya Tanjung Priok (Jakarta) kisarannya hanya sekitar 1 m, Ambon sekitar 2 m, Bagan Siapi-api sekitar 4 m, sedangkan yang tertinggi di muara Sungai Digul dan Selat Muli di dekatnya (Irian Jaya bagian selatan) kisaran pasang-surutnya cukup tinggi, bisa mencapai sekitar 7-8 m (Nontji, 1987).</span></b></i></div><div align="left" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera (</span><u><a href="http://www.wikipedia.org/"><span style="font-size: small;">www.wikipedia.org</span></a></u><span style="font-size: small;">).</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis campuran. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan Kalimantan. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut Andaman. Di samping itu dikenal pula campuran antara keduanya, meskipun jenis tunggal maupun gandanya masih menonjol. Pada pasang-surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur. Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. Pola gerak muka air pada keempat jenis pasang-surut yang terdapat di Indonesia diberikan pada gambar 1 (Nontji, 1987).</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"><i><b><span style="font-size: small;"><span class="insertedphoto"></span><a href="http://rageagainst.multiply.com/journal/photos/hi-res/upload/RiRc1AoKCnIAADVysDM1"><center><img border="0" class="alignmiddle" src="http://images.rageagainst.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/RiRc1AoKCnIAADVysDM1/gbr.JPG?et=LHeV9jjQrcmAc6X2Y3Gl5A&nmid=25105757" /></center></a></span></b></i></div><div align="right" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div align="center" class="western" style="line-height: 150%;"><i><b><span style="font-size: small;">Gambar 1. Pola gerak muka air pasut di Indonesia (Triatmodjo, 1996).</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;">Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang surut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-</span><span style="font-size: small;">komponen pasang surut yang baru (<u>www.oseanografi.blogspot.com</u>).</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.27cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluiruh massa air. Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di teluk-teluk atau selat-selat yang sempit, gerakan naik-turunnya muka air akan menimbulkan terjadinya arus pasang-surut. Di tempat-tempat tertentu arus pasang-surut ini cukup kuat. Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat Capalulu, antara P. Taliabu dan P. Mangole (Kepulauan Sula), yang kekuatannya bisa mencapai 5 m/detik. Di selat-selat di antara pulau-pulau Nusa Tenggara kekuatannya bisa mencapai 2,5-3 m/detik pada saat pasang purnama. Di daerah-daerah lainnya kekuatan arus pasang-surut biasanya kurang dari 1,5 m/detik, sedangkan di laut terbuka di atas paparan kekuatannya malah biasanya kurang dari 0,5 m/detik.</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.27cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi pada air lapisan tipis di permukaan, arus pasang-surut bisa mencapai lapisan yang lebih dalam. Ekspedisi Snellius I (1929-1930) di perairan Indonesia bagian Timur dapat menunjukkan bahwa arus pasang-surut masih dapat diukur pada kedalaman lebih dari 600 m (Nontji, 1987).</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.27cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><h1 class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"><i><b><span style="font-size: small;">Perhitungan Pasang Surut</span></b></i></h1><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;">Adanya gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya gravitasi bumi, perputaran bumi pada sumbunya dan perputaran bumi mengelilingi matahari menimbulkan pergeseran air laut, salah satu akibatnya adalah terjadinya pasang surut laut. Fenomena alam tersebut merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang ditimbulkan dapat dihitung dan diprediksikan (<u>www.bakosurtanal.go.id</u>).</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang mengalami pasang surut mempunyai ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari tiap-tiap komponen selalu tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama tidak terjadi perubahan pada keadaan geografinya, tetapan. tersebut tidak akan berubah. Apabila tetapan pasang surut untuk suatu tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat diramalkan (</span><u><a href="http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-rastihat-1751"><span style="font-size: small;">www. digilib.itb.ac.id</span></a></u>).</span></b></i></div><div align="justify" style="line-height: 150%; orphans: 2; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;">Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas, ada beberapa metoda yang sudah biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada data pengamatan selama 15 hari atau 29 hari. Pada metoda ini dilakukan perhitungan yang dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9 komponen. Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang elektronika yang sangat pesat, penggunaan komputer mikro untuk menghitung tetapan pasang surut serta peramalannya akan sangat memungkinkan. Sehubungan dengan itu akan dicari suatu cara untuk memproses data pengamatan pasang surut sehingga dapat dicari tetapan pasang surut serta peramalannya dengan cara kerja yang mudah.</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;">Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung dari data pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil, dengan menggunakan beberapa komponen yang dianggap mempunyai faktor yang paling menentukan. Untuk ini dibahas penurunan matematiknya serta pembuatan program untuk kamputernya.</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Program komputer dibuat sedemikian rupa sehingga untuk proses perhitungan tersebut diatas hanya tinggal memesukkan data,sedang seluruh proses selanjutnya akan dikerjakan oleh komputer. Program untuk komputer dibahas secara terperinci mulai dari dasar perhitungan, isi program serta bagan alirnya. Kebenaran dan ketelitian hasil perhitungan dibuktikan dengan memberikan contoh perhitungan dan penyajian berupa grafik. Perhitungan dilakukan untuk beberapa lokasi pengamatan pasang surut serta waktu pengamatan yang berlainan (</span><a href="http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-rastihat-1751"><u><span style="font-size: small;">www.digilib.itb.ac.id</span></u> </a>).</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Di Indonesia, pengamatan pasut laut bekerjasama dengan pihak otoritas pelabuhan, Bakosurtanal memasang alat rekam data pasut otomatis di dermaga pelabuhan yang disebut stasiun pasut. Alat rekam data pasut (AWLR = Automatically Water Level Recorder) mencatat tinggi muka laut secara otomatis dan terus menerus. Rekaman data berupa grafik, lubang-lubang kertas data pada stasiun pasut online, data pasut dicatat dan, setiap saat dapat dilakukan download lewat saluran telepon dan menggunakan modem.</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.21cm; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;">Pengumpulan dan pengolahan data pasut, kertas rekam data pasut pada 28 stasiun pasut manual, setiap akhir bulan dipotong dan dikirim ke Bakosurtanal untuk pengolahan data. Pengumpulan data pasut pada 25 stasiun pasut on-line, dilakukan dengan download pada komputer di Bakosurtanal yang dilengkapi modem dan fasilitas saluran telepon. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dan software pengolahan pasut.</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.21cm; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;">Analisa dan penyajian informasi pasut. Analisa pasut meliputi hasil hitungan yang dapat menjelaskan karakter pasang surut laut. Sajian informasi karakter laut tersebut tampilannya bervariasi mulai tampilan standard informasi pasut sampai dengan informasi praktis bagi pengguna untuk perencanaan bangunan pelabuhan.</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.21cm; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Hasil kegiatan yang diperoleh adalah data pasut 53 stasiun pasut seluruh Indonesia dalam waktu 1 (satu) tahun pengamatan. Data tersebut dihitung dan hasilnya disajikan pada buku informasi pasut laut Bakosurtanal (</span><a href="http://www.bakosurtanal.go.id/7PDKK/akhir34.html"><u><span style="font-size: small;">www.bakosurtanal.go.id</span></u></a><span style="font-size: small;">).</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.21cm; text-decoration: none;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><h1 class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"><i><b><span style="font-size: small;">Energi Pasang Surut Air Laut</span></b></i></h1><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;">Cadangan minyak bumi, gas alam dan batu bara akan habis dalam waktu dekat karena eksploitasi dilakukan tanpa perhitungan dan kontrol yang jelas. Lalu, energi alternatif apa yang bisa digunakan? Sejumlah pihak muncul dengan ide tenaga pasang surut air laut. Memang bukan teknologi baru, bahkan tergolong teknik paling tua yang pernah dipikirkan manusia. Namun, jenis teknologi ini ramah lingkungan dan tidak mempunyai ekses negatif. Dan yang terpenting, alam memberikannya secara gratis.</span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Indonesia dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar 1.929.317 km2, Indonesia seharusnya bisa menerapkan teknologi alternatif ini. Apalagi dengan bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Pada musim hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan kandungan uap air dari Laut Cina Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa. Fenomena alamiah ini mempermudah pembuatan teknik pasang surut tersebut.</span></span></b></i></div><div align="justify" class="western" style="line-height: 150%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada master plan yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi sumber energi alternatif potensial. Apalagi proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah lingkungan. Tetapi sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur kedalaman sepanjang garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah mana saja yang layak. Bangsa Indonesia seharusnya menyadari bahwa alam menyediakan semua yang dibutuhkan. Hanya perlu kerja keras dan kebijakan yang memperhatikan sumber daya alam yang terbatas. Sehingga Indonesia tidak perlu risau akan cadangan energi (<u>www.sinarharapan.co.id</u>).</span></span></b></i></div><div align="justify" style="line-height: 150%; orphans: 2; text-decoration: none; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div style="line-height: 150%; orphans: 2; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div style="line-height: 150%; orphans: 2; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div style="line-height: 150%; orphans: 2; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div style="line-height: 150%; orphans: 2; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div style="line-height: 150%; orphans: 2; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div style="line-height: 150%; orphans: 2; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><h2 class="western"><i><b><span style="font-size: small;">DAFTAR PUSTAKA</span></b></i></h2><div align="center" class="western" style="line-height: 150%;"><i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div align="center" class="western" style="line-height: 150%;"><i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div><div align="center" class="western" style="line-height: 200%; text-indent: 1.27cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Nontji, Anugerah, Dr. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta</span></span></b></i></div><div class="western" style="line-height: 200%; text-indent: 1.27cm;"><i><b><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta</span></span></b></i></div><div align="left" class="western" style="line-height: 200%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><a href="http://www.bakosurtanal.go.id/7PDKK/akhir34.html"><u> www.bakosurtanal.go.id </u></a></span></b></i> </div><div align="justify" class="western" style="line-height: 200%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><a href="http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2004-rastihat-1751"><u><span style="font-size: small;">www.digilib.itb.ac.id</span></u> </a></span></b></i> </div><div align="left" class="western" style="line-height: 200%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><u><span style="font-size: small;">www.oseanografi.blogspot.com</span></u></span></b></i></div><div align="left" class="western" style="line-height: 200%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><u><span style="font-size: small;">www.sinarharapan.co.id</span></u></span></b></i></div><div align="left" class="western" style="line-height: 200%; text-indent: 1.25cm;"> <i><b><span style="font-size: small;"><u><a href="http://www.wikipedia.org/"><span style="font-size: small;">www.wikipedia.org</span></a></u></span></b></i></div><div align="left" style="line-height: 150%; orphans: 2; text-indent: 1.25cm; widows: 2;"> <i><b><span style="font-size: small;"><br />
</span></b></i> </div></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-2491044771573424392011-11-25T21:39:00.001-08:002011-11-25T21:39:55.160-08:00Keadaan laut di Indonesia akibat dari kenaikan muka air laut<h3 class="post-title entry-title" style="background-color: lime; color: red;"><i><b> Keadaan laut di Indonesia akibat dari kenaikan muka air laut </b></i></h3><div class="post-header" style="background-color: lime; color: red;"> <div class="post-header-line-1"><i><b><span class="post-author vcard"> Diposkan oleh <span class="fn">rahma</span> </span></b></i> </div></div><div class="post-body entry-content" id="post-body-6603822596349272297" style="background-color: lime; color: red;"><i><b> Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang didunia dibawah Kanada. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki lebih dari 13000 pulau tetapi masih banyak yang belum diberi nama. Anugerah alam yang berupa laut ini seharusnya dapat membuat Indonesia menjadi negara yang kaya dari hasil laut. <br />
<br />
Di zaman globalisasi seperti ini, dimana penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil baik berupa minyak ataupun batu bara banyak digunakan. Penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil ini tentunya memiliki dampak tersendiri seperti emisi gas buang yang berasal dari asap knalpot kendaraan bermotor maupun asap dari cerobong pabrik. Emisi ini terdiri dari bahan-bahan/unsur- unsur yang berbahaya seperti timbal (Pb), karbon diooksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan Sulfur (S). Secara khusus akan dibahas mengenai dampak CO2 terhadap laut di Indonesia. Karbondiooksida atau CO2 merupakan gas efek rumah kaca yang memiliki daya rusak cukup kuat terutama untuk membuat lapisan dari ozon berkurang. Lapisan ozon yang semakin tipis ini membuat sinar ultraviolet dapat dengan mudah tembus ke permukaan bumi. Ini membuat suhu bumi semakin lama semakin meningkat dan menyebabkan gunung-gunung es di kutub mencair akibatnya, terjadi kenaikan permukaan air laut. Kenaikan muka laut sejak 1984 diketahui terutama disebabkan oleh meningkatnya suhu global akibat meningkatnya kadar CO2 dan gas lain di atmosfer. Fenomena naiknya muka laut dipengaruhi secara dominan oleh pemuaian termal sehingga volume air laut bertambah. Perkiraan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyebutkan, jika suhu rata-rata permukaan bumi naik 1°-3,5°C pada tahun 2100, permukaan air laut naik antara 15-95 sentimeter. Dengan tingkat kenaikan 1 cm per tahun, pada 2050 kenaikannya mencapai 40 cm.<br />
<br />
Indonesia adalah negara kepulauan dengan mayoritas populasinya tersebar di sekitar wilayah pesisir. Kemungkinan dampak negatif yang dapat dirasakan langsung dari fenomena kenaikan muka laut di antaranya erosi garis pantai, penggenangan wilayah daratan, meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, meningkatnya dampak badai di daerah pesisir, salinisasi lapisan akuifer dan kerusakan ekosistem wilayah pesisir.Meskipun demikian, sampai saat ini karakteristik serta perilaku dari fenomena naiknya muka laut di wilayah regional perairan Indonesia belum dipahami secara baik dan komprehensif. Dengan demikian, perilaku kedudukan muka laut, baik variasi temporal maupun spasialnya, di wilayah Indonesia merupakan salah satu informasi penting yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan suatu wilayah secara berkelanjutan. Berdasarkan pemantauan satelit altimetri (Topex/Poseidon ) tersebut, selama 10 tahun di wilayah perairan Indonesia terlihat indikasi kenaikan muka laut dengan magnitude sekitar 8 mm per tahun. Berdasarkan data terakhir dengan satelit Jason, ditemukan bahwa kenaikan rata-rata di Indonesia 5 mm-1 cm per tahun. Tinggi rendahnya kenaikan dipengaruhi topografi dan pola arus laut. Dilihat berdasarkan kawasan, kenaikan muka laut relatif lebih besar di kawasan timur Indonesia. Penelitian yang dilakukan Hasanuddin Z Abidin, Ketua Kelompok Keilmuan Geodesi ITB, menunjukkan terjadinya penurunan sekitar 12 cm per tahun. Hal ini yang akan memperbesar dampak daerah yang terlanda banjir saat musim hujan di daerah pantai Jakarta. Oleh karena akan banyak dampak yang ditimbulkan dari kenaikan muka air laut, maka dari itu kenaikan permukaan air laut ini sedini mungkin harus kita tanggapi dengan serius agar dampak yang ditimbulkan dari kenaikan permukaan air laut ini tidak ‘parah’ dan menyebar ke bagian-bagian yang lainnya.<br />
Sumber : http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=188:perubahan-iklim-memantau-kondisi-indonesia&catid=22:green-policy&Itemid=24 : minggu 22 november pukul 20.30 WIB<br />
(Ini LTM yang dikumpulin kemarin)<br />
Ini tambahan yang mungkin perlu<br />
Laut semakin tidak layak huni lagi bagi mahluk hidup<br />
<br />
<br />
Spesies-spesies laut akan banyak yang punah bersamaan dengan naiknya keasaman laut akibat tingginya CO2.Pemanasan global secara tidak langsung juga mempengaruhi kondisi perairan laut di berbagai belahan dunia. Fungsi laut sebagai penyerap CO2 yang dihasilkan dari cerobong asap berbagai jenis industri dan knalpot kendaraan berbahan bakar konvensional memang sangat dibutuhkan dan bisa mengurangi emisi CO2 cukup signifikan. Tetapi seiring dengan bertambahnya waktu dan semakin banyak industri serta kendaraan melepas CO2 ke atmosfir, laut bekerja semakin berat. Bahkan dilaporkan bahwa kondisi laut juga mengalami perubahan akibat hal tersebut. Besarnya CO2 yang diserap menjadikan laut bersifat asam karbon. Dengan kondisi demikian, kalsium karbonat yang dibutuhkan spesies di rantai makanan terbawah sekarat, akibat larutnya kalsium karbonat oleh asam karbon. Beberapa peneliti dan ilmuwan di Amerika Serikat menunjukkan gambaran yang mungkin terjadi pada perairan laut di masa depan dan dampaknya terhadap ekonomi dari sektor perikanan dan kelautan pada acara dengar pendapat di depan Senate Commerce Committee, membahas pengaruh sektor usaha kelautan dan komunitas di pantai. Sebagian besar yang disajikan oleh para peneliti dan ilmuwan tersebut cenderung lebih fokus pada kondisi laut yang telah mengalami perubahan akibat pemanasan global. Brad Warren, pengamat kondisi laut di program Sustainable Fisheries Partnership, Seattle, menyatakan bahwa akibat tingginya keasaman dan kekurangan oksigen yang terjadi pada perairan laut merupakan penyebab udang-udang tidak bereproduksi. Studi yang dilakukan negara bagian tersebut juga mendapati bahwa dua pertiga larva kepiting biru mati ketika tingkat keasaman laut meningkat.</b><b><br />
<br />
Studi lain yang dilakukan juga menunjukkan bahwa spesies kecil seperti pteropods yang menjadi sumber makanan bagi ikan salmon dan ikan lainnya juga tidak mampu bertahan hidup ketika tingkat keasaman laut bertambah. Alexandra Cousteau, ilmuwan yang juga meneliti masalah tersebut menambahkan bahwa di Teluk Meksiko, sebuah dead zone telah tercipta akibat masuknya aliran sungai Mississippi dengan polutan-polutan dari pertanian-pertanian di sekitarnya. Akibatnya hanya beberapa jenis spesies yang bisa bertahan hidup di sana. Menurutnya tidak ada kebijakan-kebijakan yang berdiri sendiri, terutama jika berkaitan dengan masalah sumber daya air. Energi, transportasi, perubahan iklim, infrastruktur, pertanian, pembangunan pedesaan menjadi titik dimulainya kebijakan kelautan. Sementara peneliti-peneliti lain memberikan dampak lebih jauh akibat berubahnya kondisi laut berkaitan dengan ekonomi. Industri perikanan, wisata dan sektor ekonomi yang berkaitan dengan laut akan mengalami kehancuran. Jika ramalan-ramalan yang berdasarkan data dan fakta para peneliti dan ilmuwan tersebut menjadi kenyataan, maka bisa dibayangkan dampaknya terhadap Indonesia yang sebagian besar pulau-pulaunya dikelilingi laut.<br />
<br />
Sumber : www.planethijau.com </b></i> </div><div class="post-footer-line post-footer-line-1" style="background-color: lime; color: red;"><i><b><span class="post-timestamp"> di <a class="timestamp-link" href="http://rahma-mut.blogspot.com/2010/01/keadaan-laut-di-indonesia-akibat-dari.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" title="2010-01-15T18:08:00-08:00">18:08</abbr></a> </span><span class="post-comment-link"> </span></b></i> </div><i style="background-color: lime; color: red;"><b><span class="post-labels"> </span><span class="post-icons"> <span class="item-action"> <a href="http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=432953791293973641&postID=6603822596349272297" title="Posting Email"> <img alt="" class="icon-action" height="13" src="http://img1.blogblog.com/img/icon18_email.gif" width="18" /></a><a href="http://www.blogger.com/email-post.g?blogID=432953791293973641&postID=6603822596349272297" title="Posting Email"> </a> </span></span></b></i>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-38795823064058121512011-11-25T21:38:00.000-08:002011-11-25T21:38:31.514-08:00Pencemaran Air di Indonesia<h1 class="entry-title" style="background-color: lime; color: red;"><i><b>Pencemaran Air di Indonesia</b></i></h1><div class="entry-meta" style="background-color: lime; color: red;"> <i><b><span class="meta-prep meta-prep-author">Posted on</span> <a href="http://alamendah.wordpress.com/2010/08/01/pencemaran-air-di-indonesia/" rel="bookmark" title="8:47 pm"><span class="entry-date">1 Agustus 2010</span></a> <span class="by-author"><span class="sep">by</span> <span class="author vcard"><a class="url fn n" href="http://alamendah.wordpress.com/author/alamendah/" rel="author" title="Lihat semua yang ditulis oleh alamendah">alamendah</a></span> </span></b></i> </div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b><strong>Pencemaran air di Indonesia</strong> saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air, tapi dalam pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Pencemaran air, baik sungai, laut, danau maupun air bawah tanah, semakin hari semakin menjadi permasalahan di Indonesia sebagaimana <a href="http://alamendah.wordpress.com/2009/09/23/tingkat-pencemaran-udara-di-indonesia/" title="Tingkat Pencemaran Udara di Indonesia">pencemaran udara</a> dan pencemaran tanah. Mendapatkan air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi. Bahkan pada sungai-sungai di lereng pegunungan sekalipun.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b><span id="more-2081"></span></b></i></div><div class="wp-caption alignright" id="attachment_2082" style="background-color: lime; color: red; width: 176px;"><i><b><a href="http://alamendah.files.wordpress.com/2010/08/pencemaran-air-sungai.jpg"><img alt="" class="size-medium wp-image-2082" height="250" src="http://alamendah.files.wordpress.com/2010/08/pencemaran-air-sungai.jpg?w=166&h=250" title="pencemaran air sungai" width="166" /></a></b></i><div class="wp-caption-text"><i><b>Air sungai yang tercemar</b></i></div></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organik (kayu, daun dll), dan sampah nonorganik (<a href="http://alamendah.wordpress.com/2009/07/23/dampak-plastik-terhadap-lingkungan/" title="Dampak Plastik Terhadap Lingkungan">plastik</a>, logam, dan deterjen).</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Limbah pertanian mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah industri mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri yang sering menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (B3).</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat pencemaran air ini mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Dampak lainnya yang tidak kalah merugikan dari pencemaran air adalah terganggunya lingkungan hidup, ekosistem, dan <a href="http://alamendah.wordpress.com/2010/05/02/tahun-internasional-biodiversity-keanekaragaman-hayati-2010/">keanekaragaman hayati</a>. Air yang tercemar dapat mematikan berbagai organisme yang hidup di air.</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Saya merindukan masa-masa kecil saya ketika saya bisa bebas bermain di sungai-sungai kecil dengan airnya yang bersih jernih, bebas dari berbagai polutan. Mengejari <a href="http://alamendah.wordpress.com/2010/06/08/ikan-wader-jenis-macamnya/">ikan wader</a>. Sobat-sobat juga merindukannya?</b></i></div><div style="background-color: lime; color: red; text-align: justify;"><i><b>Referensi: berbagai sumber, chemistrisaryanto.wordpress.com (gambar)</b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-24332357513579018922011-11-25T21:07:00.000-08:002011-11-25T21:08:00.791-08:00POTRET KONDISI HUTAN INDONESIA PERIODE 2000-2009<div style="color: red;"><span class="sub-title" style="background-color: lime;"> </span> </div><div class="img-view galleria_container" id="main_image" style="background-color: lime; color: red;"><div class="galleria_wrapper"><a href="http://www.greenpeace.org/seasia/id/ReSizes/OriginalWatermarked/Global/seasia/Indonesia/image/eyes-of-tigers/20111002-%20Tiger%27s%20in%20Indagiri-day2_GP02IWK.jpg" rel="2 Oktober 2011,Riau. Hutan terdegradasi di dekat kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Tim Mata harimau menyaksikan langsung kerusakan hutan di Indonesia. Greenpeace mendesak pemerintah untuk meninjau konsesi yang ada, melindungi lahan gambut dan mendesak industri untuk menerapkan kebijakan nol deforestasi dalam operasi mereka.~^Ulet Ifansasti / Greenpeace~^/seasia/id/Global/seasia/Indonesia/image/eyes-of-tigers/20111002-%20Tiger's%20in%20Indagiri-day2_GP02IWK.jpg~^270356" target="_blank" title="Kondisi Hutan Bukit Tigapuluh"> <img alt="Kondisi Hutan Bukit Tigapuluh" id="ctl00_cphContentArea_ctl02_thumbImg" src="http://www.greenpeace.org/seasia/id/ReSizes/ImageGalleryLarge/Global/seasia/Indonesia/image/eyes-of-tigers/20111002-%20Tiger%27s%20in%20Indagiri-day2_GP02IWK.jpg" style="border-width: 0px;" title="Kondisi Hutan Bukit Tigapuluh" /> <span class="btn-open" style="background-image: url("http://www.greenpeace.org/seasia/id/Templates/Planet3/Styles/Images/open-img.gif");">zoom</span></a><span class="btn-open" style="background-image: url("http://www.greenpeace.org/seasia/id/Templates/Planet3/Styles/Images/open-img.gif");"> </span> </div></div><h1 class="headline_artikel" style="background-color: lime; color: red;">POTRET KONDISI HUTAN INDONESIA PERIODE 2000-2009</h1><div style="color: red;"><span class="left sub_text_artikel" style="background-color: lime;"><a href="http://www.kompasiana.com/posts/type/raport/">REP</a> | 28 July 2011 | 10:05</span><span style="background-color: lime;"> </span><span class="right sub_text_artikel" style="background-color: lime;"> <img alt="" class="mr_5" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon01.jpg" style="vertical-align: middle;" />512 <img alt="" class="mr_5 ml_5" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon02.jpg" style="vertical-align: middle;" />13 <img alt="" class="mr_5 ml_5" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/images3.5/icon03.jpg" style="vertical-align: middle;" /> <span class="coda_bubble"> <span class="bubble_html" style="display: none;"><img src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/u/stats/chart_382087_905729937.png" /></span><table class="popup" style="display: none; left: -33px; opacity: 0; top: -120px;"><tbody>
<tr><td class="corner topleft"></td><td class="top"></td><td class="corner topright"></td></tr>
<tr><td class="left"></td><td class="bubble_content"><img src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/u/stats/chart_382087_905729937.png" /></td><td class="right"></td></tr>
<tr><td class="corner bottomleft"></td><td class="bottom"><img alt="" height="29" src="http://stat.ks.kidsklik.com/statics/plugins3.5/codabubble/images/skins/classic/bubble-tail2.png" style="display: block;" width="30" /></td><td class="corner bottomright"></td></tr>
</tbody></table><span class="trigger">1 dari 2 Kompasianer menilai bermanfaat</span> </span> </span> </div><hr style="background-color: lime; color: red;" /><div class="isi_artikel" style="background-color: lime; color: red;">Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas ketiga di dunia dan ditempatkan pada urutan kedua dalam hal tingkat keanekaragaman hayatinya. Keanekaragaman hayati yang ada terdapat di bumi Indonesia meliputi: 10 persen spesies tanaman berbunga, 12 persen spesies mamalia, 16 persen spesies reptilia dan amfibia, 17 persen spesies burung, serta 25 persen spesies ikan yang terdapat di dunia.[1]<br />
Namun, potret keadaan hutan Indonesia dari sisi ekologi, ekonomi dan sosial ternyata semakin buram. Kerusakan hutan di Indonesia masih tetap relatif tinggi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan sektor kehutanan yang sangat pesat dan menggerakkan ekspor bagi perekonomian pada awal periode 1980-an sampai akhir 1990-an telah mengorbankan hutan karena kegiatan eksploitasi yang tidak terkendali dan dilakukan secara masif tanpa memperhatikan aspek kelestarian dan keberlanjutan. Konsekuensinya, Indonesia menjadi negara emiter karbon terbesar ketiga di dunia akibat hilangnya hutan karena terjadinya alih fungsi lahan hutan, kebakaran hutan, serta penebangan yang eksploitatif dan tidak terkontrol[2].<br />
Pada tahun 2000 Forest Watch Indonesia bersama Global Forest Watch menyajikan laporan pertama mengenai kondisi hutan Indonesia. Dan tahun ini, melalui buku Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2000-2009, Forest Watch Indonesia ingin menyajikan laporan penilaian komprehensif mengenai keadaan hutan Indonesia untuk periode 2000-2009. Buku laporan ini menyediakan analisis yang rinci mengenai skala dan tingkat perubahan yang mempengaruhi hutan-hutan Indonesia dan menjawab beberapa pertanyaan penting diantaranya:<br />
· Berapa luas tutupan hutan yang masih tersisa sepuluh tahun terakhir ini?<br />
· Berapa besar tingkat deforestasi pada periode sepuluh tahun terakhir ini?<br />
· Berapa luas hutan yang telah hilang selama 60 tahun terakhir ini?<br />
· Bagaimana proyeksi perubahan tutupan hutan di setiap pulau pada 20 tahun ke depan?<br />
· Apa saja kekuatan-kekuatan utama yang menjadi penyebab deforestasi di Indonesia?<br />
· Kenapa RTRWP dinyatakan berkontribusi terhadap deforestasi di Indonesia?<br />
Seperti buku yang pertama, di dalam buku ini juga menyatakan bahwa laju deforestasi yang tetap tinggi disebabkan suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi[3]. Penyebab langsung paling utama dari deforestasi dan degradasi hutan meliputi: ekspansi pertanian, ekstraksi kayu dan pembangunan infrastruktur. Sementara penyebab utama tidak langsung dari deforestasi meliputi: faktor-faktor ekonomi makro, faktor tata kelola, dan faktor lain seperti faktor budaya, faktor demografi dan faktor teknologi[4].<br />
Periode ini, tekanan dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (HPH) terhadap eksploitasi hutan alam sudah mulai berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Turunnya produktivitas HPH berkaitan dengan semakin banyaknya HPH yang berhenti beroperasi akibat berbagai sebab, seperti rendahnya komitmen dalam mengelola hutan secara lestari, lemahnya sumber daya manusia, konflik kawasan yang berakhir pada penjarahan wilayah-wilayah HPH, termasuk terdapatnya paling tidak 51 unit HPH dengan luas areal kerja 3 juta ha yang dalam keadaan tidak aktif. Buruknya kinerja HPH ini tidak luput dari lemahnya kinerja pengurusan hutan dalam hal pengawasan dan supervisi oleh pemerintah. Berbagai celah akibat lemahnya peran pemerintah ini menjadi insentif tersendiri bagi unit manajemen HPH untuk mengeksploitasi areal kerjanya secara destruktif.<br />
Pembangunan hutan tanaman industri (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman) dan sistem konversi hutan menjadi perkebunan menyebabkan deforestasi bertambah luas. Banyak pengusaha mengajukan permohonan izin pembangunan HTI dan perkebunan hanya sebagai dalih untuk untuk mendapatkan keuntungan besar dari Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) pada areal hutan alam yang dikonversi, dan setelah itu tidak melakukan penanaman. Fakta ini akan diperkuat bila melihat catatan resmi dari pemerintah terkait realisasi penanaman HTI. Sampai dengan akhir tahun 2007, laju pembangunan HTI selama 10 tahun hanya sebesar 156 ribu ha per tahun.<br />
Tumpang tindih kawasan hutan dengan perkebunan merupakan salah satu konflik lahan di sektor kehutanan sepanjang sepuluh tahun terakhir. Banyak kasus menceritakan bahwa konsesi HPH, HTI telah dicaplok oleh perkebunan dan pertambangan. Pemerintah seolah mendukung kondisi ini, dengan mengeluarkan kebijakan baru tentang pelepasan kawasan hutan yang arealnya sudah telanjur rusak. Bahkan pemerintah telah meniadakan batasan areal perkebunan yang semula maksimal 20 ribu ha setiap provinsi.<br />
Kebijakan pemerintah terkait pertambangan semakin menambah tekanan terhadap sumber daya hutan. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 4 Tahun 2005 menjadi preseden buruk dengan membolehkan pertambangan dalam kawasan lindung dengan mekanisme pinjam pakai. Bahkan kebijakan turunannya, yaitu PP No. 2 Tahun 2008, telah memperkuat perpu tersebut yang mengatur pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk izin pinjam pakai kawasan hutan.<br />
Tingkat deforestasi yang tinggi dari tahun ke tahun bisa dipahami dengan melihat tingginya produksi kayu nasional yang berasal dari ekspansi HTI, melonjaknya perkebunan sawit dan pertambangan di kawasan hutan pada dasawarsa terakhir dan tidak tegasnya pemerintah dalam menangani perambahan untuk aktivitas perkebunan dan pertambangan. Secara garis besar bisa disimpulkan bahwa deforestasi yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh kebijakan pemerintah sendiri, salah satunya kebijakan produksi kayu nasional.<br />
Buku laporan mengenai Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2000-2009 disusun berdasarkan penafsiran citra satelit dan peta-peta terestrial serta berdasarkan data resmi dan laporan dari pihak pemerintah dan dari lembaga-lembaga pemerhati lingkungan. Walaupun disadari kesulitan dalam pengumpulan data-data dasar, tetap menjadi faktor penting untuk menghasilkan sebuah laporan yang komprehensif. Beberapa kesimpulan dalam buku laporan ini adalah sebagai berikut:<br />
o Dalam kurun waktu 60 tahun terakhir, tutupan hutan di Indonesia berkurang dari 162 juta ha menjadi hanya 88,17 juta ha pada tahun 2009. Atau setara dengan sekitar 46,3 persen dari luas total daratan Indonesia.<br />
o Periode tahun 2000-2009, luas tutupan hutan Indonesia yang terdeforestasi adalah sebesar 15,15 juta ha, dan deforestasi terbesar terjadi di Kalimantan yaitu sekitar 5,5 juta ha (36,3 persen).<br />
o Hutan Lindung yang terdeforestasi sebesar 2 juta ha sementara pada Kawasan Konservasi kurang lebih 1,27 juta ha.<br />
o Pada tahun 2009 tutupan hutan di lahan gambut sekitar 10,77 juta ha atau sekitar 51 persen dari luas lahan gambut Indonesia.<br />
o Periode tahun 2000-2009 tutupan hutan di lahan gambut mengalami deforestasi seluas 2 juta ha dengan sebaran deforestasi terluas terjadi di Sumatera yaitu sekitar 0,98 juta ha.<br />
o Laju deforestasi pada periode tahun 2000-2009 adalah sebesar 1,5 juta ha per tahun, dengan laju deforestasi terbesar di Kalimantan yaitu sekitar 551 ribu ha per tahun.<br />
o Pada tahun 2020 diperkirakan tutupan hutan di Jawa akan habis dan pada tahun 2030 tutupan hutan di Bali-Nusa Tenggara juga akan habis.<br />
o Sejak tahun 2003 kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Bruto, terus mengalami penurunan yang signifikan. Dan pada tahun 2008, kontribusinya hanya tinggal 0,79 persen. Kecenderungan penurunan ini menjadi hal yang dipertanyakan mengingat pada rentang waktu yang relatif sama, produksi kayu bulat nasional justru mengalami peningkatan.<br />
o Pada tahun 1995 unit Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (Hak Pengusahaan Hutan) berjumlah 487 unit, sedang pada tahun 2009 turun menjadi 308 unit dengan luas 26,16 juta ha.<br />
o Rentang waktu tahun 1995-2009, perkembangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (Hutan Tanaman Industri) berkembang secara masif. Pada tahun 1995 hanya 9 (sembilan) unit, menjadi 229 unit pada tahun 2009, dengan luasan 9,97 juta ha.<br />
o Pada tahun 2008, Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri primer hasil hutan kayu (termasuk kapasitas produksi di atas dan di bawah 6.000 meter kubik per tahun) yang berasal dari Hak Pengusahaan Hutan adalah 8,4 juta meter kubik. Pada tahun 2008 produksi kayu dari Hutan Tanaman Industri sebesar 22,32 juta meter kubik yang dialokasikan untuk pemenuhan bahan baku industri dengan kapasitas produksi di atas 6.000 meter kubik.<br />
o Kuasa pertambangan memberi tekanan yang besar terhadap kawasan hutan. Hingga tahun 2011 lebih dari 6.000 kuasa pertambangan diterbitkan di dalam kawasan hutan dan hanya sekitar 200 unit yang telah memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan.<br />
o Tekanan terhadap kawasan hutan secara tidak langsung diakibatkan oleh kebijakan tentang penataan ruang wilayah dan kawasan hutan. Mekanisme paduserasi antara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), tidak diikuti dengan aturan yang jelas dan tegas. Akibatnya, pemda kerap menjadikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (belum definitif) sebagai dasar hukum untuk menerbitkan Izin Usaha Perkebunan dan atau Kuasa Pertambangan di dalam kawasan hutan.<br />
Sumber:<br />
<b>Forest Watch Indonesia (FWI)<br />
Wirendro Sumargo/ Soelthon G. Nanggara <br />
CP: 08111111934</b></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-11397327712414329302011-11-25T20:58:00.000-08:002011-11-25T20:59:52.429-08:00Kerusakan Hutan (Deforestasi) Di Indonesia<div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><b>Kerusakan hutan (deforestasi)</b> masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Bahkan kalau menilik data yang dikeluarkan oleh <i>State of the World’s Forests 2007</i> yang dikeluarkan <i>The UN Food & Agriculture Organization</i> (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat <i>Guiness Book of The Record</i> memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><span id="more-1325"></span><img alt="" class="alignright size-medium wp-image-1326" height="166" src="http://alamendah.files.wordpress.com/2010/03/deforestasi-di-indonesia.jpg?w=249&h=166" title="deforestasi hutan di Indonesia" width="249" />Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Dari total luas htan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><b>Penyebab Deforestasi.</b> Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang <i>sustainable</i> (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><b>Dampak Deforestasi.</b> Deforestasi (kerusakan hutan) memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (<i>Trachypithecus auratus</i>), dan <a href="http://alamendah.wordpress.com/2009/10/24/merak-hijau-keindahan-berbuah-petaka/">merak</a> (<i>Pavo muticus</i>), owa jawa (<i>Hylobates moloch</i>), <a href="http://alamendah.wordpress.com/2010/01/25/macan-tutul-jawa-kucing-besar-terakhir-di-jawa/">macan tutul</a> (<i>Panthera pardus</i>), <a href="http://alamendah.wordpress.com/2009/06/18/elang-jawa-yang-langka/">elang jawa</a> (<i>Spizaetus bartelsi</i>), merpati hutan perak<i> </i>(<i>Columba argentina</i>), dan <a href="http://alamendah.wordpress.com/2009/12/06/gajah-sumatera-sehari-makan-150-kg/">gajah sumatera</a> (<i>Elephant maximus sumatranus</i>).</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Siapakah yang bertanggung jawab atas deforestasi hutan di Indonesia yang semakin menggila ini?. Siapa pula yang wajib mencegah kerusakan hutan di Indonesia?. Jawabnya singkat, kita semua!</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Gambar: kfk.kompas.com</b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-80580205522305077792011-11-25T20:48:00.001-08:002011-11-25T20:50:22.949-08:00Bagian-bagian hutan<div style="background-color: lime;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan#Pranala_luar"><span class="toctext"></span></a></b></i> </div><h2 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=1" title="Sunting bagian: Bagian-bagian hutan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Bagian-bagian_hutan">Bagian-bagian hutan</span></b></i></h2><div class="thumb tright" style="background-color: lime;"><div class="thumbinner" style="width: 152px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Forest_Slurup.JPG"><img alt="" class="thumbimage" height="226" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/79/Forest_Slurup.JPG/150px-Forest_Slurup.JPG" width="150" /></a></b></i> <br />
<div class="thumbcaption"><div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Forest_Slurup.JPG" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Hutan Slurup di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Wilis" title="Gunung Wilis">gunung Wilis</a> pada sisi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kediri" title="Kabupaten Kediri">Kabupaten Kediri</a>, tepatnya di daerah Dolo kecamatan Mojo. Hutan dengan banyak aliran air, berhawa dingin dan tingkat kelembaban rendah</b></i></div></div></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Bayangkan mengiris sebuah hutan secara melintang. Hutan seakan-akan terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian di atas tanah, bagian di permukaan tanah, dan bagian di bawah tanah.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Jika kita menelusuri bagian di atas tanah hutan, maka akan terlihat tajuk (mahkota) pepohonan, batang kekayuan, dan tumbuhan bawah seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perdu" title="Perdu">perdu</a> dan semak belukar. Di hutan alam, tajuk pepohonan biasanya tampak berlapis karena ada berbagai jenis pohon yang mulai tumbuh pada saat yang berlainan.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Di bagian permukaan tanah, tampaklah berbagai macam semak belukar, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rumput" title="Rumput">rerumputan</a>, dan serasah. Serasah disebut pula 'lantai hutan', meskipun lebih mirip dengan permadani. Serasah adalah guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Serasah memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan berbagai <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mikro_organisme" title="Mikro organisme">mikro organisme</a> lain. Uniknya, para penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghancurkannya dengan bantuan air dan suhu udara sehingga tanah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Humus" title="Humus">humus</a> terbentuk.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Di bawah lantai hutan, kita dapat melihat akar semua tetumbuhan, baik besar maupun kecil, dalam berbagai bentuk. Sampai kedalaman tertentu, kita juga dapat menemukan tempat tinggal beberapa jenis binatang, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga" title="Serangga">serangga</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ular" title="Ular">ular</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelinci" title="Kelinci">kelinci</a>, dan binatang pengerat lain.</b></i></div><h3 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Mengapa hutan tampak tidak sama?">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Mengapa_hutan_tampak_tidak_sama.3F">Mengapa hutan tampak tidak sama?</span></b></i></h3><div style="background-color: lime;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iklim" title="Iklim">Iklim</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah" title="Tanah">tanah</a>, dan bentuk bentang lahan di setiap daerah adalah khas. Sebuah daerah mungkin beriklim sangat basah, sedangkan daerah lain sangat kering. Daerah A mungkin bertanah rawa, daerah B sebaliknya bertanah kapur. Ada yang berupa gunung terjal, sementara yang lain merupakan dataran rendah.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Semua <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan" title="Tumbuhan">tumbuhan</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Satwa" title="Satwa">satwa</a> di dunia, begitupun manusia, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada. Jika suatu jenis tumbuhan atau satwa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik di daerah tertentu, maka mereka akan dapat berkembang di daerah tersebut. Jika tidak, mereka justru tersingkir dari tempat ini. Contohnya, kita menemukan pohon bakau di daerah genangan dangkal air laut karena <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Spesies" title="Spesies">spesies</a><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Iklim" title="Iklim">iklim</a> panas <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pantai" title="Pantai">pantai</a>. pohon ini tahan dengan air asin dan memiliki akar napas yang sesuai dengan sifat tanah dan </b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Sebaliknya, cara berbagai tumbuhan dan satwa bertahan hidup akan memengaruhi lingkungan fisik mereka, terutama tanah, walaupun secara terbatas. Tumbuhan dan satwa yang berbagi tempat hidup yang sama justru lebih banyak saling memengaruhi di antara mereka. Agar mampu bertahan hidup di lingkungan tertentu, berbagai tumbuhan dan hewan memang harus memilih antara bersaing dan bersekutu. Burung kuntul, misalnya, menghinggapi punggung banteng liar untuk mendapatkan kutu sebagai makanannya. Sebaliknya, banteng liar terbantu karena badannya terbebas dari sumber penyakit.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas, rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan diri akan menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan satwa yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita melihat hutan dalam beragam wujud klimaks, misalnya: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_sabana" title="Hutan sabana">hutan sabana</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_meranggas&action=edit&redlink=1" title="Hutan meranggas (halaman belum tersedia)">hutan meranggas</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_hujan_tropis" title="Hutan hujan tropis">hutan hujan tropis</a>, dan lain-lain.</b></i></div><h2 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: Macam-macam Hutan">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Macam-macam_Hutan">Macam-macam Hutan</span></b></i></h2><div style="background-color: lime;"><i><b>Rimbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia dalam mengenali sifat khas hutan. Dengan mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan hutan secara lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Ada berbagai jenis hutan. Pembedaan jenis-jenis hutan ini pun bermacam-macam pula. Misalnya:</b></i></div><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Menurut asal">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Menurut_asal">Menurut asal</span></b></i></h4><div style="background-color: lime;"><i><b>Kita mengenal hutan yang berasal dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Biji" title="Biji">biji</a>, tunas, serta campuran antara biji dan tunas. Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan yang tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai umur lebih lanjut. Hutan yang berasal dari tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya. Hutan campuran, oleh karenanya, disebut ‘hutan sedang’.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Penggolongan lain menurut asal adalah hutan perawan (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_primer" title="Hutan primer">hutan primer</a>) dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_sekunder&action=edit&redlink=1" title="Hutan sekunder (halaman belum tersedia)">hutan sekunder</a>. Hutan perawan merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia. Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.</b></i></div><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Menurut_cara_permudaan_.28tumbuh_kembali.29">Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)</span></b></i></h4><div style="background-color: lime;"><i><b>Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti bunga pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angin" title="Angin">angin</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Air" title="Air">air</a>, atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan" title="Hewan">hewan</a>. Hutan dengan permudaan buatan berarti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia" title="Manusia">manusia</a> sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk menumbuhkan kembali hutan. Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua jenis sebelumnya.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering tidak berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin. Di daerah tropis, perbungaan terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" title="Kalimantan">Kalimantan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera" title="Sumatera">Sumatera</a> terjadi secara berkala. Pada tahun tertentu, hutan meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya meranti sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang sayap melayang-layang terbawa angin.</b></i></div><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: Menurut susunan jenis">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Menurut_susunan_jenis">Menurut susunan jenis</span></b></i></h4><div style="background-color: lime;"><i><b>Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran. Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian besar berasal dari satu jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu. Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami baik karena sifat iklim dan tanah yang sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pinus" title="Pinus">pinus</a>) di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh" title="Aceh">Aceh</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerinci" title="Kerinci">Kerinci</a> terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama yang sengaja ditanam seperti itu oleh manusia, seperti dilakukan di lahan-lahan HTI (hutan tanaman industri).</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer) dan hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa ditemui di daerah tropis.</b></i></div><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=7" title="Sunting bagian: Menurut umur">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Menurut_umur">Menurut umur</span></b></i></h4><div style="background-color: lime;"><i><b>Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur sama) dan hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya merupakan hutan tidak seumur. Hutan tanaman boleh jadi hutan seumur atau hutan tidak seumur.</b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b>| width="50%" align="left" valign="top" |</b></i></div><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=8" title="Sunting bagian: Berdasarkan letak geografisnya:">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Berdasarkan_letak_geografisnya:">Berdasarkan letak geografisnya:</span></b></i></h4><ul style="background-color: lime;"><li><i><b>hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwa" title="Khatulistiwa">khatulistiwa</a></b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_temperate&action=edit&redlink=1" title="Hutan temperate (halaman belum tersedia)">hutan temperate</a>, hutan-hutan di daerah empat musim (antara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_lintang" title="Garis lintang">garis lintang</a> 23,5º - 66º).</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_boreal&action=edit&redlink=1" title="Hutan boreal (halaman belum tersedia)">hutan boreal</a>, hutan-hutan di daerah lingkar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kutub" title="Kutub">kutub</a>.</b></i></li>
</ul><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=9" title="Sunting bagian: Berdasarkan sifat-sifat musimannya:">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Berdasarkan_sifat-sifat_musimannya:">Berdasarkan sifat-sifat musimannya:</span></b></i></h4><ul style="background-color: lime;"><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_hujan" title="Hutan hujan">hutan hujan</a> (rainforest), dengan banyak musim hujan.</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_selalu_hijau&action=edit&redlink=1" title="Hutan selalu hijau (halaman belum tersedia)">hutan selalu hijau</a> (evergreen forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_musim&action=edit&redlink=1" title="Hutan musim (halaman belum tersedia)">hutan musim</a> atau hutan gugur daun (deciduous forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_sabana" title="Hutan sabana">hutan sabana</a> (savannah forest), di tempat-tempat yang musim kemaraunya panjang. Dll.</b></i></li>
</ul><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=10" title="Sunting bagian: Berdasarkan ketinggian tempatnya:">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Berdasarkan_ketinggian_tempatnya:">Berdasarkan ketinggian tempatnya:</span></b></i></h4><ul style="background-color: lime;"><li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_pantai&action=edit&redlink=1" title="Hutan pantai (halaman belum tersedia)">hutan pantai</a> (beach forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_dataran_rendah" title="Hutan dataran rendah">hutan dataran rendah</a> (lowland forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_pegunungan_bawah" title="Hutan pegunungan bawah">hutan pegunungan bawah</a> (sub-mountain forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_pegunungan_atas&action=edit&redlink=1" title="Hutan pegunungan atas (halaman belum tersedia)">hutan pegunungan atas</a> (mountain forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_kabut&action=edit&redlink=1" title="Hutan kabut (halaman belum tersedia)">hutan kabut</a> (mist forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_elfin&action=edit&redlink=1" title="Hutan elfin (halaman belum tersedia)">hutan elfin</a> (alpine forest)</b></i></li>
</ul><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=11" title="Sunting bagian: Berdasarkan keadaan tanahnya:">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Berdasarkan_keadaan_tanahnya:">Berdasarkan keadaan tanahnya:</span></b></i></h4><ul style="background-color: lime;"><li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_rawa_air-tawar&action=edit&redlink=1" title="Hutan rawa air-tawar (halaman belum tersedia)">hutan rawa air-tawar</a> atau hutan rawa (freshwater swamp-forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_rawa_gambut&action=edit&redlink=1" title="Hutan rawa gambut (halaman belum tersedia)">hutan rawa gambut</a> (peat swamp-forest)</b></i></li>
<li><i><b>hutan rawa bakau, atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau" title="Hutan bakau">hutan bakau</a> (mangrove forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_kerangas&action=edit&redlink=1" title="Hutan kerangas (halaman belum tersedia)">hutan kerangas</a> (heath forest)</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_tanah_kapur&action=edit&redlink=1" title="Hutan tanah kapur (halaman belum tersedia)">hutan tanah kapur</a> (limestone forest), dan lainnya</b></i></li>
</ul><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=12" title="Sunting bagian: Berdasarkan jenis pohon yang dominan:">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Berdasarkan_jenis_pohon_yang_dominan:">Berdasarkan jenis pohon yang dominan:</span></b></i></h4><ul style="background-color: lime;"><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_jati" title="Hutan jati">hutan jati</a> (teak forest), misalnya di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" title="Jawa Timur">Jawa Timur</a>.</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_pinus&action=edit&redlink=1" title="Hutan pinus (halaman belum tersedia)">hutan pinus</a> (pine forest), di Aceh.</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_dipterokarpa&action=edit&redlink=1" title="Hutan dipterokarpa (halaman belum tersedia)">hutan dipterokarpa</a> (dipterocarp forest), di Sumatra dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" title="Kalimantan">Kalimantan</a>.</b></i></li>
<li><i><b><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_ekaliptus&action=edit&redlink=1" title="Hutan ekaliptus (halaman belum tersedia)">hutan ekaliptus</a> (eucalyptus forest) di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara" title="Nusa Tenggara">Nusa Tenggara</a>. Dll.</b></i></li>
</ul><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=13" title="Sunting bagian: Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Berdasarkan_sifat-sifat_pembuatannya:">Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:</span></b></i></h4><ul style="background-color: lime;"><li><i><b>hutan alam (natural forest)</b></i></li>
<li><i><b>hutan buatan (man-made forest), misalnya: </b></i><ul><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_rakyat" title="Hutan rakyat">hutan rakyat</a> (community forest)</b></i></li>
<li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_kota" title="Hutan kota">hutan kota</a> (urban forest)</b></i></li>
<li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_tanaman_industri" title="Hutan tanaman industri">hutan tanaman industri</a> (timber estates atau timber plantation) Dll.</b></i></li>
</ul></li>
</ul><div class="thumb tright" style="background-color: lime;"><div class="thumbinner" style="width: 222px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Hutankota.JPG"><img alt="" class="thumbimage" height="165" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/8b/Hutankota.JPG/220px-Hutankota.JPG" width="220" /></a></b></i> <br />
<div class="thumbcaption"><div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Hutankota.JPG" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Hutan Kota di Singapura</b></i></div></div></div><h4 style="background-color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan&action=edit&section=14" title="Sunting bagian: Berdasarkan tujuan pengelolaannya:">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Berdasarkan_tujuan_pengelolaannya:">Berdasarkan tujuan pengelolaannya:</span></b></i></h4><ul style="background-color: lime;"><li><i><b>hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu" title="Kayu">kayu</a> ataupun <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hasil_hutan_bukan_kayu&action=edit&redlink=1" title="Hasil hutan bukan kayu (halaman belum tersedia)">hasil hutan bukan kayu</a> (non-timber forest product)</b></i></li>
<li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_lindung" title="Hutan lindung">hutan lindung</a>, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air </b></i><ul><li><i><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional" title="Taman Nasional">Taman Nasional</a></b></i></li>
</ul></li>
<li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_suaka_alam" title="Hutan suaka alam">hutan suaka alam</a>, dikelola untuk melindungi kekayaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keanekaragaman_hayati" title="Keanekaragaman hayati">keanekaragaman hayati</a> atau keindahan alam </b></i><ul><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cagar_alam" title="Cagar alam">Cagar alam</a></b></i></li>
<li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suaka_alam" title="Suaka alam">Suaka alam</a></b></i></li>
</ul></li>
<li><i><b>hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.</b></i></li>
</ul><div class="thumb tright" style="background-color: lime;"><div class="thumbinner" style="width: 202px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mount_Arjuna_B.JPG"><img alt="" class="thumbimage" height="133" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/93/Mount_Arjuna_B.JPG/200px-Mount_Arjuna_B.JPG" width="200" /></a></b></i> <br />
<div class="thumbcaption"><div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mount_Arjuna_B.JPG" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Lereng <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Arjuna" title="Gunung Arjuna">gunung Arjuna</a> di wilayah Sumberawan, kecamatan Singosari, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malang" title="Kabupaten Malang">kabupaten Malang</a></b></i></div></div></div><div style="background-color: lime;"><i><b>Dalam kenyataannya, seringkali beberapa faktor pembeda itu bergabung, dan membangun sifat-sifat hutan yang khas. Misalnya, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_hujan_tropika" title="Hutan hujan tropika">hutan hujan tropika</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_rendah" title="Dataran rendah">dataran rendah</a> (lowland tropical rainforest), atau hutan dipterokarpa perbukitan (hilly dipterocarp forest). Hutan-hutan rakyat, kerap dibangun dalam bentuk campuran antara tanaman-tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian jangka pendek, sehingga disebut dengan istilah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wanatani" title="Wanatani">wanatani</a> atau agrofor</b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-62358602881440200912011-11-24T21:59:00.000-08:002011-11-24T21:59:12.605-08:00<h3 class="post-title entry-title" style="background-color: lime;"><i><b> Keadaan Alam Indonesia dan Pengaruhnya. </b></i></h3><div class="post-header" style="background-color: lime;"> </div><i style="background-color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Kondisi cuaca dan iklim di muka bumi saat ini terlihat makin bervariasi dan menyimpang. Saat ini kita sering melihat, mungkin mengalami sendiri berbagai macam gejala alam seperti banjir, gempa bumi, kebakaran hutan, tanah longsor, dan lain-lain.</span></b></i> <div style="background-color: lime;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Secara geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak di antara dua benua dan dua samudera, yaitu Benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.</span></b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="background-color: lime; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><i><b><a href="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQWPh2aDkC-FbzOcicCBeTsHTi9b_W0VRsGPPwBJ-qBIuXKuLrS" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><img border="0" height="205" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQWPh2aDkC-FbzOcicCBeTsHTi9b_W0VRsGPPwBJ-qBIuXKuLrS" width="400" /></span></a></b></i></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: xx-small;">Indonesia di antara Benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Hindia.<br />
</span></b></i></td></tr>
</tbody></table><i style="background-color: lime;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span></b></i> <div style="background-color: lime;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Secara geologis, Indonesia merupakan negara yang dilintasi dua jalur pegunungan muda, yaitu Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik. Pegunungan Sirkum Mediterania meliputi sepanjang ujung barat laut Pulau Sumatera sampai ujung Nusa Tenggara. Pegunungan Sirkum Pasifik meliputi rangkaian pegunungan di Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua. </span></b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"></span><br />
<a href="" name="more"></a></b><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span></b></i> </div><div style="background-color: lime;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><i><b><a href="http://ptbudie.files.wordpress.com/2011/01/gambar-2-lokasi-lapangan-panasbumi-di-indonesia.jpg?w=385&h=272" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><img border="0" height="282" src="http://ptbudie.files.wordpress.com/2011/01/gambar-2-lokasi-lapangan-panasbumi-di-indonesia.jpg?w=385&h=272" width="400" /></span></a></b></i></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: xx-small;">Indonesia dilalui dua pegunungan muda.</span></b></i></td></tr>
</tbody></table><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Aktivitas gunung berapi menyebabkan terjadinya gempa vulkanik, sedangkan pergeseran lempeng benua menyebabkan gempa tektonik. Bila pusat gempa terjadi di lautan, maka akan terjadi badai tsunami. Bencana alam gempa dan tsunami yang terdahsyat di Indonesia terjadi padatahun 2004 di Aceh dan Sumatera Utara. Peristiwa tersebut menjadi duka bangsa Indonesia yang sangat mendalam. Banyak korban kehilangan nyawa, harta, dan tempat tinggal, Bahkan ribuan orang meninggal dan tidak ditemukan ataupun hilang.</span></b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><br />
</span></b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;">Secara astronomis, Indonesia merupakan negara yang terletak di sekitar garis khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia beriklim tropis dan hanya memiliki dua musim, yaitu musim hukan dan musim kemarau. Iklim di Indonesia menyebabkan angin musim yang kadang-kadang bisa terjadi angin topan, sedangkan curah hujan yang terjadi menyebabkan banjir dan tanah longsor.</span></b></i></div><div style="background-color: lime;"><i><b><br />
</b></i> </div><i style="background-color: lime;"><b><br />
</b></i>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-56208120843275020542011-11-24T21:54:00.000-08:002011-11-24T21:54:12.347-08:00Aku, Mereka, dan Hidup Ku<h3 class="post-title entry-title" style="background-color: lime;"> <i><b><a href="http://oroktumbilajadipamingpin.blogspot.com/2011/10/masyarakat-indonesia-bagai-daun-kering.html">Masyarakat Indonesia Bagai Daun Kering</a></b></i> </h3><h2 class="date-header" style="background-color: lime;"><i><b><span>Kamis, 13 Oktober 2011</span></b></i></h2><div class="date-posts" style="background-color: lime;"> </div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><i><b><a href="http://29.media.tumblr.com/tumblr_lksig0pvzL1qi759go1_500.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="206" src="http://29.media.tumblr.com/tumblr_lksig0pvzL1qi759go1_500.jpg" width="400" /></a></b></i></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><b>Daun Kering, sumber <a href="http://francismoses.tumblr.com/">tumblr</a></b></i></td></tr>
</tbody></table><i><b>Indonesia...</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><br />
</b></i> </div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata "INDONESIA"? Apakah berkelebatan keindahan alamnya? Atau malah berlapis-lapis masalahnya? Atau mungkin juga teringat orang-orangnya yang lucu-lucu dan ramah seperti dalam lirik lagu <a href="http://www.youtube.com/watch?v=wiOsUNMHClg">Trio Kwek Kwek - Katanya</a>?</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><br />
</b></i> </div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Berbicara mengenai alam Indonesia memang tidak ada habis-habisnya. Dari Sabang sampai Merauke terbentang kemilau harta karun. Zamrud Khatulistiwa. Tapi berbicara masalahnya pun tidak pernah ada habisnya juga. Entah ini efek pemberitaan media yang terlalu mem-blow up berita-berita permasalahan di Indonesia atau memang realita yang berkembang demikian membludaknya sisi negatif bangsa ini. Kadang otak ini sudah tak cukup untuk menimbun memori mengenai berita-berita, kasus-kasus yang berkelebatan hilir mudik silih berganti di depan layar televisi, radio, mau media cetak.<br />
</b><b>Ada apa dengan Indonesia ku?<br />
<br />
Beberapa hari yang lalu, saya teringat sebuah buku di jaman awal-awal kuliah yang diberikan oleh dosen Ilmu Sosiologi. Judulnya </b><b><a href="http://www.goodreads.com/book/show/3191436-kebudayaan-mentalitas-dan-pembangunan">"Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan" oleh Koentjaraningrat</a>. Seakan-akan kembali lagi menjelma di antara bangku-bangku kuliah saat saya kembali membuka-buka tiap halaman buku itu. Berdiskusi dengan teman seperjuangan di gedung D dahulu.<br />
<br />
Kata Koentjaraningrat, kelemahan mentalitas Indonesia yang timbul sesudah revolusi ada 4, yaitu:</b><b><br />
</b></i> <ol><li><i><b> Sifat mentalitas yang meremehkan mutu;</b></i></li>
<li><i><b>Sifat mentalitas yang suka menerabas;</b></i></li>
<li><i><b>Sifat tak percaya kepada diri sendiri;</b></i></li>
<li><i><b>Sifat tak berdisiplin murni; dan</b></i></li>
<li><i><b>Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. (poin ini serasa menusuk ubun-ubun saya yang sekarang sedang mengabaikan tanggung jawab di Greenlight. Afwan, hiks..)</b></i></li>
</ol><i><b>Bagaimana menurut kalian? Setuju dengan yang disebutkan dalam poin-poin seperti di atas? Apakah iya manusia-manusia Indonesia seperti itu? Secara pribadi saya setuju dengan pendapat Koentjaraningrat. Mentalitas orang Indonesia, termasuk saya, pernah dan mungkin kadang atau malah sering meremehkan mutu, suka menerabas, tak percaya pada diri sendiri, tak berdisiplin, dan suka mengabaikan tanggung jawab pokok.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><br />
</b></i> </div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Setelah membaca buku itu, saya mendadak teringat suatu permasalah yang lain. Beberapa bulan terakhir ini, di beberapa wilayah di Indonesia sering kali terjadi </b><b>kerusuhan. Entah itu bentrokan antar-pelajar, antar-warga, antar-suku, antar-umat beragama, antar-suporter dan kerusuhan-kerusuhan yang entah dipicu oleh hal apa dan menyebabkan banyaknya korban berjatuhan. Sungguh sebuah ironi dalam elegi. Coba saja kita ingat beberapa tahun ke belakang, ada sebuah kerusuhan antar-suku, yang kita kenal dengan Kerusuhan Sampit. Membaca dan melihat beritanya saja saya sudah ngeri. Nyawa, darah dan tubuh manusia bagaikan sesuatu yang tak berarti. Kepala-kepala bertebaran di mana-mana. Sungguh sesuatu yang sangat menakutkan bagi saya. Kejadian ini dipicu oleh kesenjangan sosial antara Suku Dayak dan Madura yang ada di sana. Ironis bukan?</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b> </b></i></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="background-color: lime; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMZQ4SWtITkL5FgEpKDTkP72aMepvzu4awlAaSFTAKphmZ4FgX5QBX9RTNTsoBefPCtbx6ePJE-Uzd4obdXIq0nTw-ThFnBn0AtDZO38ffwd812KX27n-qAP9Fg7wepsn17ew7ayEZR0qF/s1600/kerusuhan.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMZQ4SWtITkL5FgEpKDTkP72aMepvzu4awlAaSFTAKphmZ4FgX5QBX9RTNTsoBefPCtbx6ePJE-Uzd4obdXIq0nTw-ThFnBn0AtDZO38ffwd812KX27n-qAP9Fg7wepsn17ew7ayEZR0qF/s1600/kerusuhan.jpg" /></a></b></i></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><b>Kerusuhan (Sumber: Google)</b></i></td></tr>
</tbody></table><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Dimana lagi kata </b><b>"ramah" yang selama ini disandang oleh orang Indonesia? Jika mengacu pada kejadian baru-baru ini, kita tahu ada kerusuhan antar-pelajar di Jakarta, bayangkan generasi bahan bakar pembangunan bangsanya saja seperti ini. Apa kata dunia? Sedikit tersulut oleh beberapa hal yang belum tentu kepastiannya, sering kali orang Indonesia langsung berbondong-bondong sigap untuk saling membawa parang dan senjata tajam serta tumpul lainnya. Siap untuk saling berkelahi dengan saudaranya sendiri. Siap menjadi pahlawan bagi kelompoknya dan menjadi lawan bagi saudaranya. Bukankah kita sesama orang Indonesia itu bersaudara? Meskipun ada ego antar-manusia, tapi damai itu lebih indah.</b></i></div><blockquote style="background-color: lime;"><div style="text-align: justify;"><i><b>Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al Hujuraat : ayat 13)</b></i></div></blockquote><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Pernahkah kalian merasa senang saat menolong orang dan tiba-tiba orang tersebut bilang: "terima kasih". Meskipun hanya sebuah kata, tapi hati kita menjadi berbinar-binar kan? Tapi jika kita membacok orang apakah orang tersebut bilang: "terima kasih"? Kerusuhan pun terjadi bukan hanya di dunia yang kita sapa secara nyata. Dalam dunia internet pun terkadang ego untuk saling menjatuhkan bahkan saling menebar pendapat pedas yang mematikan itu terjadi.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><br />
</b></i> </div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Mentalitas orang Indonesia yang senang akan keributan, kerusuhan, bentrokan, saling mencaci-maki, saling menjelekkan dan beberapa perilaku serupa ini sudah menjadi sesuatu hal kejam dan mulai mengikis budaya kita yang katanya tenggang rasa, gemah ripah loh jinawi. Terkadang rindu akan semua itu. Rindu rasa aman, rindu rasa damai sesama, damai hati dan jiwa.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><br />
</b></i> </div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Apakah orang Indonesia seperti </b><b>daun kering?</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Menurut saya: "Daun kering itu banyak, bertebaran, tapi mudah dikumpulkan, mudah pula disulut oleh percikan api, serta mudah dipisahkan kembali ketika angin kencang berhembus yang lama kelamaan akan terbang entah kemana."</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b><br />
</b></i> </div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>Apakah kita, sebagai orang Indonesia mau disamakan dengan daun kering? Tentunya tidak. Jadi bagaimana mengubah perilaku ini? Menurut saya kita harus memperbaiki diri seperi Aa Gym serukan. 3 M (Mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang). Mulai merubah sikap diri sendiri, kemudian rubah kebiasaan pendidikan dini di dalam keluarga. Jika kita sudah dididik dalam lingkungan yang saling menghargai sesama mahluk Allah SWT. Niscaya kita akan menghargai darah, nyawa, serta tubuh manusia. Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin. Bagaimana solusi menurut kawan-kawan semua? Saya rasa kalian punya pendapat sendiri yang indah. Coba share di sini.</b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b> </b></i></div><div style="background-color: lime; text-align: justify;"><i><b>DAMAI ITU INDAH... Happy Thursday Fellas :)</b></i></div><table border="0" style="background-color: lime;"><tbody>
<tr> <td><div style="margin-right: 5px;"> </div><i><b><br />
</b></i></td> <td><div style="padding-top: 6px;"> </div><i><b><br />
</b></i></td> <td><div style="margin-right: 25px;"> </div><i><b><br />
</b></i></td> </tr>
</tbody></table>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-71246580575658579212011-11-24T00:00:00.001-08:002011-11-24T00:00:20.796-08:00<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="color: lime;"><tbody>
<tr><td><i><b><a class="feeda" href="http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/05/sumber-daya-alam-indonesia.html" rel="nofollow" title="Sumber Daya Alam Indonesia"><span class="bigtitle">Sumber Daya Alam Indonesia<!-- google_ad_section_end --></span></a></b></i><div style="margin-top: 5px;"><i><b><iframe allowtransparency="true" frameborder="0" scrolling="no" src="http://www.facebook.com/plugins/like.php?href=http%3A%2F%2Fintl.feedfury.com%2Fcontent%2F16434038-sumber-daya-alam-indonesia.html&layout=standard&show_faces=true&width=380&action=like&font=lucida+grande&colorscheme=light&height=80" style="border: medium none; height: 25px; overflow: hidden; width: 380px;"></iframe></b></i></div></td><td align="right" nowrap="nowrap" valign="top"><i><b>May 19th, 2008</b></i></td></tr>
</tbody></table><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="color: lime;"><tbody>
<tr><td><div class="content"><div class="KonaBody"><!-- google_ad_section_start --><i><b>Sumber daya alam di Indonesia adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumber daya alam ialah semua kekayaan alam baik berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. <br />
<br />
Proses terbentuknya sumber daya alam di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :<br />
1. Secara astronomis, Indonesia terletak di daerah tropik dengan curah hujan tinggi menyebabkan aneka ragam jenis tumbuhan dapat tumbuh subur. Oleh karena itu Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan. </b></i><div class="fullpost"><i><b>2. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan pegunungan muda menyebabkan terbentuknya berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk dimanfaatkan. <br />
3. Wilayah lautan di Indonesia mengandung berbagai macam sumber daya nabati, hewani, dan mineral antara lain ikan laut, rumput laut, mutiara serta tambang minyak bumi. <br />
<br />
Persebaran Sumber Daya Alam<br />
Hayati teridiri dari sumber daya alam hewani dan nabati yang tersebar didarat dan laut selain hutan yang luas, Indonesia memiliki perkebunan dan pertanian tersebar hampir di seluruh Indonesia. <br />
<br />
Jumlah dan kualitas sumber daya alam sangat banyak dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia selain itu kualitasnya pun sangat bagus sehingga dapat diekspor di berbagai negara sehingga dapat memenuhi devisa negara.<br />
<br />
Jenis sumber daya alam yang diekspor seperti minyak bumi, gas alam dan bahan tambang lainnya serta hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata selain itu hasil industri juga dapat diekspor keluar negeri. <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pemanfaatan Sumber Daya Alam </span><br />
Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan dimasa datang. <br />
<br />
Tenaga ahli memanfaatkan sumber daya alam dengan teknologi yang canggih. Tenaga ahli yang bermutu akan menghasilkan bibit yang bermutu dan menghasilkan tanaman yang berkualitas dan menghasilkan industri yang berkualitas. <br />
<br />
Teknologi yang digunakan beserta alat-alatnya yang berkembang dengan pesat dapat mempercepat dan mempermudah produktivitas alat-alat yang digunakan tenaga ahli Indonesia masih kurang canggih seperti di negara-negara maju tetapi tenaga ahli Indonesia masih bisa menghasilkan sumber daya alam yang memuaskan. <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pencemaran </span><br />
Terjadi karena ulah manusia sendiri yang menyebabkan berubahnya keadaan alam karena adanya unsur-unsur baru atau meningkatnya sejumlah unsur baru sehingga menyebabkan berbagai jenis pencemaran seperti :<br />
1. Pencemaran udara : hasil limbah industri, limbah pertambangan, asap rokok, asap kendaraan bermotor karena mengeluarkan karbon monoksida, karbon dioksida, belerang dioksida yang menyebabkan udara tercemar dan susah bernafas. <br />
2. Pencemaran suara-suara dapat ditimbulkan dari bisingnya suara mobil, kereta api, pesawat udara dan jet.<br />
3. Pencemaran air dari pembuangan sisa-sisa industri secara sembarangan bisa mencemarkan sungai dan laut.<br />
4. Pencemaran tanah. <br />
<br />
Pencemaran dapat dicegah dengan tidak membuang limbah sembarangan seperti pabrik-pabrik yang selalu membuang limbah, mengurangi kendaraan berasap dan mengurangi kebisingan yang ada dan banyak lagi yang lain. <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Mengatasi pencemaran</span><br />
a. Dengan mengadakan penghijauan dan reboisasi, usaha penghijauan dan reboisasi hutan dapat mencegah rusaknya lingkungan yang berhubungan dengan air, tanah dan udara. <br />
b. Dengan membuat sengkedan pada lahan yang miring untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah yang berbukit-bukit dan miring. <br />
c. Pengembangan daerah aliran sungai merupakan daerah peta terhadap kerusakan dan pencemaran karena sering terjadi pengikisan lapisan tanah oleh aliran sungai.<br />
d. Pengelolaan air limbah<br />
- dengan pengaturan lokasi industri agar jauh dari pemukiman penduduk<br />
- mencegah agar saluran air limbah jangan sampai bocor<br />
- industri yang menimbulkan air limbah, diwajibkan memasang peralatan pengendali pencemaran air. <br />
e. Penertiban pembuangan sampah dengan cara sebagai berikut :<br />
1. dibakar<br />
2. untuk makan ternak<br />
3. untuk biogas<br />
4. untuk bahan pupuk<br />
f. Dengan mengadakan daur ulang terhadap bahan-bahan bekas dan sampah organik.</b></i></div><!-- google_ad_section_end --></div></div></td></tr>
</tbody></table><i style="color: lime;"><b><br />
</b></i> <div style="color: lime;"> <script type="text/javascript">
<!--
google_ad_client = "pub-3257618799299468";
/* 728x90, created 9/19/08 */
google_ad_slot = "4045966763";
google_ad_width = 728;
google_ad_height = 90;
//-->
</script> <script src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js" type="text/javascript">
</script><i><b><ins style="border: medium none; display: inline-table; height: 90px; margin: 0pt; padding: 0pt; position: relative; visibility: visible; width: 728px;"><ins id="aswift_2_anchor" style="border: medium none; display: block; height: 90px; margin: 0pt; padding: 0pt; position: relative; visibility: visible; width: 728px;"><iframe allowtransparency="true" frameborder="0" height="90" hspace="0" id="aswift_2" marginheight="0" marginwidth="0" name="aswift_2" onload="var
i=this.id,s=window.google_iframe_oncopy,H=s&&s.handlers,h=H&&H[i],w=this.contentWindow,d;try{d=w.document}catch(e){}if(h&&d&&(!d.body||!d.body.firstChild)){if(h.call){i+='.call';setTimeout(h,0)}else
if(h.match){i+='.nav';w.location.replace(h)}s.log&&s.log.push(i)}" scrolling="no" style="left: 0pt; position: absolute; top: 0pt;" vspace="0" width="728"></iframe></ins></ins></b></i> </div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-15577535222534914962011-11-23T23:58:00.000-08:002011-11-23T23:58:23.110-08:00LETAK GEOGRAFIS INDONESIA dan Pengaruhnya terhadap Keadaan Alam dan Penduduk<div id="crosscol-wrapper" style="color: lime;"> </div><!-- google_ad_section_start(name=default) --> <i style="color: lime;"><b><a href="" name="9194070743662556521"></a></b></i> <h3 class="post-title entry-title" style="color: lime;"><i><b> LETAK GEOGRAFIS INDONESIA dan Pengaruhnya terhadap Keadaan Alam dan Penduduk </b></i></h3><div class="post-header" style="color: lime;"> </div><div class="post-body entry-content" id="post-body-9194070743662556521" style="color: lime;"> <i><b>Pengertian letak geografis adalah <a href="http://www.bukupr.com/2011/07/negara-negara-di-benua-asia-amerika.html">letak suatu negara</a> dilihat dari kenyataan di permukaan bumi. Menurut letak geografisnya Indonesia terletak di antara dua benua, yakni <a href="http://www.bukupr.com/2011/07/negara-negara-di-benua-asia-amerika.html">Asia dan Australia</a>, dan di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.<br />
<a href="http://kegunaan.blogspot.com/2011/07/letak-geografis-indonesia-dan.html">Letak Indonesia</a></b> <b> yang diapit dua benua dan berada di antara dua samudra berpengaruh besar terhadap keadaan alam maupun kehidupan penduduk.<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,serif; font-size: 13px; line-height: 20px;"></span></b><b><br />
</b></i> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <i><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0MuunJYTcxitD1RHeK_H_KTsRh_FWY0Hf6mY7Vm7yqIn0nQILPSmiVlzBqHTbNvEK8OHKI3BstO5nJA1Ww6ZUcIDBQfKDKCT93YKO09tV2zuTwh0vMLpipH-HlyquUDC64-czDIzxQw/s1600/geografis+indonesia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" title="letak geografis Indonesia"><img border="0" height="457" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0MuunJYTcxitD1RHeK_H_KTsRh_FWY0Hf6mY7Vm7yqIn0nQILPSmiVlzBqHTbNvEK8OHKI3BstO5nJA1Ww6ZUcIDBQfKDKCT93YKO09tV2zuTwh0vMLpipH-HlyquUDC64-czDIzxQw/s640/geografis+indonesia.jpg" width="640" /></a></b></i></div><i><b><br />
</b><b>1. Pengaruh <a href="http://kegunaan.blogspot.com/2011/07/letak-geografis-indonesia-dan.html">Letak Geografis</a> terhadap Keadaan Alam<br />
<a href="http://kegunaan.blogspot.com/2011/07/asal-nama-indonesia.html">Indonesia </a></b><b>merupakan negara kepulauan yang merupakan pertemuan dua samudra besar (Samudra Pasifik dan Samudra Hindia) dan diapit daratan luas (Benua Asia dan Australia). Hal itu berpengaruh terhadap kondisi alam.<br />
a. Wilayah Indonesia beriklim laut, sebab merupakan negara kepulauan, sehingga banyak memperoleh pengaruh angin laut yang mendatangkan banyak hujan.<br />
b. Indonesia memiliki iklim musim, yaitu iklim yang dipengaruhi oleh angin muson yang berembus setiap 6 bulan sekali berganti arah. Hal ini menyebabkan musim kemarau dan musim hujan di Indonesia.<br />
</b><b>2. Pengaruh <a href="http://kegunaan.blogspot.com/2011/07/letak-geografis-indonesia-dan.html">Letak Geografis</a> terhadap Keadaan Penduduk<br />
Karena <a href="http://kegunaan.blogspot.com/2011/07/asal-nama-indonesia.html">Indonesia </a>terletak pada posisi silang (cross position) antara dua benua dan dua samudra, maka pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah sebagai berikut.<br />
a. Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing, yakni dalam bidang seni, bahasa, peradaban, dan agama.<br />
b. Indonesia terletak di antara negara-negara berkembang, sehingga memiliki banyak mitra kerja sama.<br />
c. Lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Indonesia cukup ramai, sehingga menunjang <a href="http://www.ok-rek.com/">perdagangan </a>di Indonesia dan menambah sumber devisa negara. </b></i> </div><i style="color: lime;"><b><span class="post-author vcard"> </span><span class="post-timestamp"> </span><span class="post-icons"> <div style="float: left;"> <span class="post-labels"> Label: <a href="http://www.bukupr.com/search/label/Ilmu%20Pengetahuan%20Sosial?max-results=6" rel="tag">Ilmu Pengetahuan Sosial</a>, <a href="http://www.bukupr.com/search/label/Indonesia?max-results=6" rel="tag">Indonesia</a>, <a href="http://www.bukupr.com/search/label/IPS?max-results=6" rel="tag">IPS</a> </span> </div><span class="item-control blog-admin pid-1966339247"> <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=2882410248602140991&postID=9194070743662556521&from=pencil" title="Edit Entri"> <img alt="" class="icon-action" height="18" src="http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" width="18" /> </a> </span> <div style="text-align: right;"> </div></span></b></i>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2672750434082732048.post-9131699879255491062011-11-23T23:47:00.001-08:002011-11-23T23:47:22.945-08:00keadaan alam indonesia<h1 class="firstHeading" id="firstHeading" style="color: lime;"><i><b>Geografi Indonesia</b></i></h1><!-- /firstHeading --> <!-- bodyContent --> <!-- tagline --> <div id="siteSub" style="color: lime;"><i><b>Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas</b></i></div><!-- /tagline --> <!-- subtitle --> <div id="contentSub" style="color: lime;"><div class="flaggedrevs_short plainlinks noprint" id="mw-fr-revisiontag"><i><b><img alt="Perubahan tertunda ditampilkan di halaman ini" class="flaggedrevs-icon" src="http://bits.wikimedia.org/w/extensions-1.18/FlaggedRevs/presentation/modules/img/1.png" title="Perubahan
tertunda ditampilkan di halaman ini" /></b><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan:Validasi_halaman" title="Bantuan:Validasi halaman">Belum Diperiksa</a></b></i></div></div><!-- /subtitle --> <!-- jumpto --> <div id="jump-to-nav" style="color: lime;"><i><b> Langsung ke: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#mw-head">navigasi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#p-search">cari</a></b></i> </div><!-- /jumpto --> <!-- bodycontent --> <div style="color: lime;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a> memiliki sekitar 17.504 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau" title="Pulau">pulau</a> (menurut data tahun 2004; lihat pula: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jumlah_pulau_di_Indonesia" title="Jumlah pulau di Indonesia">jumlah pulau di Indonesia</a>), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katulistiwa" title="Katulistiwa">katulistiwa</a>, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" title="Sumatra">Sumatra</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" title="Kalimantan">Kalimantan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" title="Sulawesi">Sulawesi</a>, dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irian_Jaya" title="Irian
Jaya">Irian Jaya</a> dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia.<sup class="reference" id="cite_ref-0"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#cite_note-0">[1]</a></sup></b></i></div><div class="thumb tright" style="color: lime;"> <div class="thumbinner" style="width: 452px;"><i><b><a class="image" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Indonesian_archipelagic_baselines.jpg"><img alt="" class="thumbimage" height="346" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/af/Indonesian_archipelagic_baselines.jpg/450px-Indonesian_archipelagic_baselines.jpg" width="450" /></a></b></i> <div class="thumbcaption"> <div class="magnify"><i><b><a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Indonesian_archipelagic_baselines.jpg" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></b></i></div><i><b> Peta garis kepulauan Indonesia, Deposit oleh Republik Indonesia pada daftar titik-titik koordinat geografis berdasarkan pasal 47, ayat 9, dari Konvensi PBB tentang Hukum Laut <sup class="reference" id="cite_ref-1"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#cite_note-1">[2]</a></sup><sup class="reference" id="cite_ref-2"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#cite_note-2">[3]</a></sup></b></i></div></div></div><div style="color: lime;"><i><b>Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi and 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut. Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif (</b><b>Ring of Fire). Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia.</b></i></div><table class="toc" id="toc" style="color: lime;"><tbody>
<tr> <td> <div id="toctitle"> <h2><i><b>Daftar isi</b></i></h2><i><b><span class="toctoggle"> [<a class="internal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#" id="togglelink">sembunyikan</a>] </span></b></i></div><ul><li class="toclevel-1 tocsection-1"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Keadaan_alam"><span class="tocnumber">1</span> <span class="toctext">Keadaan alam</span></a></b></i> <ul><li class="toclevel-2 tocsection-2"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Kepulauan_Sunda_Besar"><span class="tocnumber">1.1</span> <span class="toctext">Kepulauan Sunda Besar</span></a></b></i> <ul><li class="toclevel-3 tocsection-3"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Pulau_Sumatra"><span class="tocnumber">1.1.1</span> <span class="toctext">Pulau Sumatra</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-3 tocsection-4"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Pulau_Kalimantan_.28Borneo.29"><span class="tocnumber">1.1.2</span> <span class="toctext">Pulau Kalimantan (Borneo)</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-3 tocsection-5"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Pulau_Jawa"><span class="tocnumber">1.1.3</span> <span class="toctext">Pulau Jawa</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-3 tocsection-6"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Pulau_Sulawesi"><span class="tocnumber">1.1.4</span> <span class="toctext">Pulau Sulawesi</span></a></b></i></li>
</ul></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-7"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Kepulauan_Sunda_Kecil"><span class="tocnumber">1.2</span> <span class="toctext">Kepulauan Sunda Kecil</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-2 tocsection-8"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Kepulauan_Maluku_dan_Irian"><span class="tocnumber">1.3</span> <span class="toctext">Kepulauan Maluku dan Irian</span></a></b></i></li>
</ul></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-9"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Iklim"><span class="tocnumber">2</span> <span class="toctext">Iklim</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-10"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Data-data_geografis"><span class="tocnumber">3</span> <span class="toctext">Data-data geografis</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-11"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Referensi"><span class="tocnumber">4</span> <span class="toctext">Referensi</span></a></b></i></li>
<li class="toclevel-1 tocsection-12"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia#Pranala_luar"><span class="tocnumber">5</span> <span class="toctext">Pranala luar</span></a></b></i></li>
</ul></td> </tr>
</tbody></table><h2 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=1" title="Sunting bagian: Keadaan alam">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Keadaan_alam">Keadaan alam</span></b></i></h2><div style="color: lime;"><i><b>Sebagian ahli membagi Indonesia atas tiga wilayah geografis utama yakni:</b></i></div><ul style="color: lime;"><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Sunda_Besar" title="Kepulauan Sunda Besar">Kepulauan Sunda Besar</a> meliputi pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi.</b></i></li>
<li><i><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Sunda_Kecil" title="Kepulauan Sunda Kecil">Kepulauan Sunda Kecil</a> meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.</b></i></li>
<li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Maluku" title="Kepulauan Maluku">Kepulauan Maluku</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irian" title="Irian">Irian</a></b></i></li>
</ul><div style="color: lime;"><i><b>Pada zaman es terakhir, sebelum tahun 10.000 SM (Sebelum Masehi), pada bagian barat Indonesia terdapat daratan Sunda yang terhubung ke benua Asia dan memungkinkan fauna dan flora Asia berpindah ke bagian barat Indonesia. Di bagian timur Indonesia, terdapat daratan Sahul yang terhubung ke benua Australia dan memungkinkan fauna dan flora Australia berpindah ke bagian timur Indonesia. Pada bagian tengah terdapat pulau-pulau yang terpisah dari kedua benua tersebut.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Karena hal tersebut maka ahli biogeografi membagi Indonesia atas kehidupan flora dan fauna yakni:</b></i></div><ul style="color: lime;"><li><i><b>Daratan Indonesia Bagian Barat dengan flora dan fauna yang sama dengan benua Asia.</b></i></li>
<li><i><b>Daratan Indonesia Bagian Tengah (<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Wallacea&action=edit&redlink=1" title="Wallacea (halaman belum tersedia)">Wallacea</a>) dengan flora dan fauna endemik/hanya terdapat pada daerah tersebut.</b></i></li>
<li><i><b>Daratan Indonesia Bagian Timur dengan flora dan fauna yang sama dengan benua Australia.</b></i></li>
</ul><div style="color: lime;"><i><b>Ketiga bagian daratan tersebut dipisahkan oleh garis maya/imajiner yang dikenal sebagai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Garis_Wallace-Weber&action=edit&redlink=1" title="Garis Wallace-Weber (halaman belum tersedia)">Garis Wallace-Weber</a>, yaitu garis maya yang memisahkan Daratan Indonesia Barat dengan daerah Wallacea (Indonesia Tengah), dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Garis_Lyedekker&action=edit&redlink=1" title="Garis Lyedekker (halaman belum tersedia)">Garis Lyedekker</a>, yaitu garis maya yang memisahkan daerah Wallacea (Indonesia Tengah) dengan daerah IndonesiaTimur.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Berdasarkan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garis-garis_Besar_Haluan_Negara" title="Garis-garis Besar Haluan Negara">Garis-garis Besar Haluan Negara</a> (GBHN) 1993, maka wilayah Indonesia dibagi menjadi 2 kawasan pembangunan:</b></i></div><ul style="color: lime;"><li><i><b>Kawasan Barat Indonesia. Terdiri dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali.</b></i></li>
<li><i><b>Kawasan Timur Indonesia. Terdiri dari Sulawesi, Maluku, Irian/Papua, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.</b></i></li>
</ul><div style="clear: none; color: lime; float: none; margin-bottom: 1ex; margin-left: 1em;"> <div style="position: relative;"> <i><b><img alt="Indonesia provinces blank map.svg" height="281" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5a/Indonesia_provinces_blank_map.svg/600px-Indonesia_provinces_blank_map.svg.png" width="600" /></b></i><br />
<div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 14px; position: absolute; top: 49px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh" title="Aceh">Aceh</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 49px; position: absolute; top: 67px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara" title="Sumatera
Utara">Sumatera<br />
Utara</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 51px; position: absolute; top: 122px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat" title="Sumatera
Barat">Sumatera<br />
Barat</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 84px; position: absolute; top: 100px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Riau" title="Riau">Riau</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 140px; position: absolute; top: 80px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Riau" title="Kepulauan
Riau">Kep.<br />
Riau</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 147px; position: absolute; top: 126px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung" title="Kepulauan Bangka Belitung">Kep. Bangka<br />
Belitung</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 93px; position: absolute; top: 128px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi" title="Jambi">Jambi</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 110px; position: absolute; top: 143px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan" title="Sumatera
Selatan">Sumatera<br />
Selatan</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 69px; position: absolute; top: 164px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu" title="Bengkulu">Bengkulu</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 110px; position: absolute; top: 171px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" title="Lampung">Lampung</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 117px; position: absolute; top: 192px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 149px; position: absolute; top: 180px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta" title="Daerah Khusus Ibukota Jakarta">DKI Jakarta</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 152px; position: absolute; top: 196px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat" title="Jawa Barat">Jawa<br />
Barat</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 185px; position: absolute; top: 191px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah" title="Jawa Tengah">Jawa<br />
Tengah</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 164px; position: absolute; top: 214px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta" title="Daerah Istimewa Yogyakarta">DI Yogyakarta</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 217px; position: absolute; top: 199px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" title="Jawa Timur">Jawa<br />
Timur</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 249px; position: absolute; top: 209px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali">Bali</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 263px; position: absolute; top: 228px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat" title="Nusa
Tenggara Barat">Nusa Tenggara<br />
Barat</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 322px; position: absolute; top: 212px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur" title="Nusa
Tenggara Timur">Nusa Tenggara<br />
Timur</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 183px; position: absolute; top: 103px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat" title="Kalimantan
Barat">Kalimantan<br />
Barat</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 217px; position: absolute; top: 126px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah" title="Kalimantan
Tengah">Kalimantan<br />
Tengah</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 256px; position: absolute; top: 89px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur" title="Kalimantan
Timur">Kalimantan<br />
Timur</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 234px; position: absolute; top: 150px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan" title="Kalimantan
Selatan">Kalimantan<br />
Selatan</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 364px; position: absolute; top: 77px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara" title="Sulawesi
Utara">Sulawesi<br />
Utara</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 390px; position: absolute; top: 102px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku_Utara" title="Maluku Utara">Maluku<br />
Utara</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 318px; position: absolute; top: 117px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah" title="Sulawesi
Tengah">Sulawesi<br />
Tengah</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 317px; position: absolute; top: 88px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gorontalo" title="Gorontalo">Gorontalo</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 280px; position: absolute; top: 129px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Barat" title="Sulawesi
Barat">Sulawesi<br />
Barat</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 286px; position: absolute; top: 165px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan" title="Sulawesi
Selatan">Sulawesi<br />
Selatan</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 329px; position: absolute; top: 159px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara" title="Sulawesi
Tenggara">Sulawesi<br />
Tenggara</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 409px; position: absolute; top: 169px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" title="Maluku">Maluku</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 465px; position: absolute; top: 128px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat" title="Papua Barat">Papua<br />
Barat</a></b></i></div></div><div style="font-size: 7pt; line-height: 10px;"> <div style="left: 531px; position: absolute; top: 159px;"><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua" title="Papua">Papua</a></b></i></div></div></div></div><h3 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: Kepulauan Sunda Besar">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Kepulauan_Sunda_Besar">Kepulauan Sunda Besar</span></b></i></h3><div style="color: lime;"><i><b>Terdiri atas pulau-pulau utama: <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra" title="Sumatra">Sumatra</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan" title="Kalimantan">Kalimantan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi" title="Sulawesi">Sulawesi</a> dan dengan ribuan pulau-pulau sedang dan kecil berpenduduk maupun tak berpenghuni. Wilayah ini merupakan konsentrasi penduduk Indonesia dan tempat sebagian besar kegiatan ekonomi Indonesia berlangsung.</b></i></div><h4 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: Pulau Sumatra">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pulau_Sumatra">Pulau Sumatra</span></b></i></h4><div style="color: lime;"><i><b>Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_menurut_luas_wilayah" title="Daftar pulau menurut luas wilayah">pulau terbesar keenam di dunia</a>. Pulau ini membujur dari barat laut ke arah tenggara dan melintasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Khatulistiwa" title="Khatulistiwa">khatulistiwa</a>, seolah membagi pulau Sumatra atas dua bagian, Sumatra belahan bumi utara dan Sumatra belahan bumi selatan. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pegunungan_Bukit_Barisan" title="Pegunungan Bukit Barisan">Pegunungan Bukit Barisan</a> dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Hindia" title="Samudra
Hindia">Samudra Hindia</a> dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Malaka" title="Selat Malaka">Selat Malaka</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Bangka" title="Selat Bangka">Selat Bangka</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_China_Selatan" title="Laut China
Selatan">Laut China Selatan</a>.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Di bagian utara pulau Sumatra berbatasan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Andaman" title="Laut Andaman">Laut Andaman</a> dan di bagian selatan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Sunda" title="Selat Sunda">Selat Sunda</a>. Pulau Sumatra ditutupi oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_tropik_primer&action=edit&redlink=1" title="Hutan tropik primer (halaman belum tersedia)">hutan tropik primer</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_tropik_sekunder&action=edit&redlink=1" title="Hutan tropik sekunder (halaman belum tersedia)">hutan tropik sekunder</a> yang lebat dengan tanah yang subur. Gungng berapi yang tertinggi di Sumatra adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kerinci" title="Gunung
Kerinci">Gunung Kerinci</a> di Jambi, dan dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Leuser" title="Gunung Leuser">Gunung Leuser</a> di Nanggroe Aceh Darussalam dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Dempo" title="Gunung Dempo">Gunung Dempo</a> di perbatasan Sumatra Selatan dengan Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi" title="Gempa bumi">gempa bumi</a><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patahan_kerak_bumi&action=edit&redlink=1" title="Patahan kerak bumi (halaman belum tersedia)">patahan kerak bumi</a> disepanjang <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bukit_Barisan" title="Bukit Barisan">Bukit Barisan</a>, yang disebut <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patahan_Sumatra&action=edit&redlink=1" title="Patahan Sumatra (halaman belum tersedia)">Patahan Sumatra</a>; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai sisi barat Sumatra. Danau terbesar di Indonesia, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Toba" title="Danau Toba">Danau Toba</a> terdapat di pulau Sumatra.</b> karena dilintasi oleh </i></div><div style="color: lime;"><i><b>Kepadatan penduduk pulau Sumatra urutan kedua setelah pulau Jawa.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Saat ini pulau Sumatra secara administratif pemerintahan terbagi atas 8 provinsi yaitu:</b></i></div><ul style="color: lime;"><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aceh" title="Aceh">Aceh</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra_Utara" title="Sumatra Utara">Sumatra Utara</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra_Barat" title="Sumatra Barat">Sumatra Barat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Riau" title="Riau">Riau</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jambi" title="Jambi">Jambi</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra_Selatan" title="Sumatra
Selatan">Sumatra Selatan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu" title="Bengkulu">Bengkulu</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung" title="Lampung">Lampung</a> dan 2 provinsi lain yang merupakan pecahan dari provinsi induk di pulau Sumatra yaitu <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Riau_Kepulauan" title="Riau Kepulauan">Riau Kepulauan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung" title="Kepulauan Bangka Belitung">Kepulauan Bangka Belitung</a>.</b></i></li>
</ul><h4 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: Pulau Kalimantan (Borneo)">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pulau_Kalimantan_.28Borneo.29">Pulau Kalimantan (Borneo)</span></b></i></h4><div style="color: lime;"><i><b>Kalimantan merupakan nama daerah wilayah Indonesia di pulau <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Borneo" title="Borneo">Borneo</a> (wilayah negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia">Malaysia</a> dan Brunei juga ada yang berada di pulau Borneo), berdasarkan luas merupakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_menurut_luas_wilayah" title="Daftar pulau menurut luas wilayah">pulau terbesar ketiga di dunia</a>, setelah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irian" title="Irian">Irian</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Hijau" title="Tanah Hijau">Greenland</a>. Bagian utara pulau Kalimantan, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sarawak" title="Sarawak">Sarawak</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sabah" title="Sabah">Sabah</a>, merupakan wilayah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia">Malaysia</a> yang berbatasan langsung dengan Kalimantan wilayah Indonesia dan wilayah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei_Darussalam" title="Brunei
Darussalam">Brunei Darussalam</a>; di bagian selatan dibatasi oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Jawa" title="Laut Jawa">Laut Jawa</a>. Bagian barat pulau Kalimantan dibatasi oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_China_Selatan" title="Laut China Selatan">Laut China Selatan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Karimata" title="Selat
Karimata">Selat Karimata</a>; di bagian timur dipisahkan dengan pulau Sulawesi oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Makassar" title="Selat Makassar">Selat Makassar</a>. Di bagian tengah pulau merupakan wilayah bergunung-gunung dan berbukit; pegunungan di Kalimantan wilayah Indonesia tidak aktif dan tingginya dibawah 2.000 meter diatas permukaan laut; sedangkan wilayah pantai merupakan dataran rendah, berpaya-paya dan tertutup lapisan tanah gambut yang tebal.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Pulau Kalimantan dilintasi oleh garis <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katulistiwa" title="Katulistiwa">katulistiwa</a> sehingga membagi pulau Kalimantan atas Kalimantan belahan bumi utara dan Kalimantan belahan bumi selatan. Kesuburan tanah di pulau Kalimantan kurang bila dibanding kesuburan tanah di pulau Jawa dan pulau Sumatera, demikian pula kepadatan penduduknya tergolong jarang. Pulau Kalimantan sama halnya pulau Sumatera, diliputi oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_tropik&action=edit&redlink=1" title="Hutan tropik (halaman belum tersedia)">hutan tropik</a> yang lebat (primer dan sekunder). Secara geologik pulau Kalimantan stabil, relatif aman dari gempa bumi (tektonik dan vulkanik) karena tidak dilintasi oleh patahan kerak bumi dan tidak mempunyai rangkaian gunung berapi aktif seperti halnya pulau Sumatera, pulau Jawa dan pulau Sulawesi. Sungai terpanjang di Indonesia, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Kapuas" title="Sungai Kapuas">Sungai Kapuas</a>, 1.125 kilometer, berada di pulau Kalimantan.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Saat ini pulau Kalimantan secara administratif pemerintahan terbagi atas 4 provinsi yaitu:</b></i></div><ul style="color: lime;"><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat" title="Kalimantan Barat">Kalimantan Barat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Tengah" title="Kalimantan
Tengah">Kalimantan Tengah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan" title="Kalimantan
Selatan">Kalimantan Selatan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Timur" title="Kalimantan
Timur">Kalimantan Timur</a>.</b></i></li>
</ul><h4 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: Pulau Jawa">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pulau_Jawa">Pulau Jawa</span></b></i></h4><div style="color: lime;"><i><b>Pulau Jawa, merupakan pulau yang terpadat penduduknya per kilometer persegi di Indonesia. Pulau melintang dari Barat ke Timur, berada di belahan bumi selatan.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Barisan pegunungan berapi aktif dengan tinggi diatas 3.000 meter diatas permukaan laut berada di pulau ini, salah satunya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi" title="Gunung Merapi">Gunung Merapi</a> di Jawa Tengah dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo" title="Gunung Bromo">Gunung Bromo</a> di Jawa Timur yang terkenal sangat aktif. Bagian selatan pulau berbatasan dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudera_India" title="Samudera
India">Samudera India</a>, pantai terjal dan dalam, bagian utara pulau berpantai landai dan dangkal berbatasan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Jawa" title="Laut Jawa">Laut Jawa</a> dan dipisahkan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura" title="Pulau Madura">pulau Madura</a> oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Madura" title="Selat Madura">Selat Madura</a>. Di bagian barat pulau Jawa dipisahkan dengan pulau Sumatera oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Sunda" title="Selat Sunda">Selat Sunda</a> dan di bagian timur pulau Jawa dipisahkan dengan pulau Bali oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Bali" title="Selat
Bali">Selat Bali</a>.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Hutan di pulau Jawa tidak selebat hutan tropik di pulau Sumatera dan pulau Kalimantan dan areal hutan dipulau Jawa semakin sempit oleh karena desakan jumlah populasi di pulau Jawa yang semakin padat dan umumnya merupakan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_tersier&action=edit&redlink=1" title="Hutan tersier (halaman belum tersedia)">hutan tersier</a> dan sedikit <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_sekunder&action=edit&redlink=1" title="Hutan sekunder (halaman belum tersedia)">hutan sekunder</a>. Kota-kota besar dan kota industri di Indonesia sebagian besar berada di pulau ini dan ibukota Republik Indonesia, Jakarta, terletak di pulau Jawa. Secara geologik, pulau Jawa merupakan kawasan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Episentrum" title="Episentrum">episentrum</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi" title="Gempa bumi">gempa bumi</a> karena dilintasi oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patahan_kerak_bumi&action=edit&redlink=1" title="Patahan kerak bumi (halaman belum tersedia)">patahan kerak bumi</a></b> lanjutan patahan kerak bumi dari pulau Sumatera, yang berada dilepas pantai selatan pulau Jawa.</i></div><div style="color: lime;"><i><b>Saat ini pulau Jawa secara administratif pemerintahan terbagi atas 6 provinsi yaitu: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banten" title="Banten">Banten</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta" title="Daerah Khusus Ibukota Jakarta">Daerah Khusus Ibukota Jakarta</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat" title="Jawa Barat">Jawa Barat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah" title="Jawa Tengah">Jawa Tengah</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/DIY" title="DIY">Daerah Istimewa - Yogyakarta</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur" title="Jawa Timur">Jawa Timur</a>.</b></i></div><h4 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: Pulau Sulawesi">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Pulau_Sulawesi">Pulau Sulawesi</span></b></i></h4><div style="color: lime;"><i><b>Pulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan Sunda Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_Wallace" title="Garis Wallace">garis Wallace</a> berada di sepanjang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Makassar" title="Selat
Makassar">Selat Makassar</a>, yang memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman es. Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jazirah" title="Jazirah">jazirah</a> yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi lengan jazirah, yang beberapa di antaranya mencapai ketinggian diatas 3.000 meter diatas permukaan laut; tanah subur, ditutupi oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_tropik&action=edit&redlink=1" title="Hutan tropik (halaman belum tersedia)">hutan tropik</a> lebat (primer dan sekunder).</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Sulawesi dilintasi garis <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katulistiwa" title="Katulistiwa">katulistiwa</a> di bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau Sulawesi berada di belahan bumi selatan. Di bagian utara, Sulawesi dipisahkan dengan pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mindanao" title="Mindanao">Mindanao</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina" title="Filipina">Filipina</a> oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Sulawesi" title="Laut
Sulawesi">Laut Sulawesi</a> dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Flores" title="Laut Flores">Laut Flores</a>. Di bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Makassar" title="Selat Makassar">Selat Makassar</a>, suatu selat dengan kedalaman laut yang sangat dalam dan arus bawah laut yang kuat. Di bagian timur, pulau Sulawesi dipisahkan dengan wilayah geografis Kepulauan Maluku dan Irian oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Banda" title="Laut
Banda">Laut Banda</a>.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Pulau Sulawesi merupakan habitat banyak satwa langka dan satwa khas Sulawesi; di antaranya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Anoa" title="Anoa">Anoa</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Babi_Rusa&action=edit&redlink=1" title="Babi Rusa (halaman belum tersedia)">Babi Rusa</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kera_Tarsius&action=edit&redlink=1" title="Kera Tarsius (halaman belum tersedia)">kera Tarsius</a>. Secara geologik pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Saat ini pulau Sulawesi secara administratif pemerintahan terbagi atas 6 provinsi yaitu:</b></i></div><ul style="color: lime;"><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan" title="Sulawesi Selatan">Sulawesi Selatan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Barat" title="Sulawesi
Barat">Sulawesi Barat</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tengah" title="Sulawesi
Tengah">Sulawesi Tengah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara" title="Sulawesi
Tenggara">Sulawesi Tenggara</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gorontalo" title="Gorontalo">Gorontalo</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara" title="Sulawesi Utara">Sulawesi Utara</a>.</b></i></li>
</ul><h3 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=7" title="Sunting bagian: Kepulauan Sunda Kecil">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Kepulauan_Sunda_Kecil">Kepulauan Sunda Kecil</span></b></i></h3><div style="color: lime;"><i><b>Kepulauan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau-pulau lebih kecil membujur di selatan katulistiwa dari pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali">Bali</a> di bagian batas ujung barat <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Sunda_Kecil" title="Kepulauan Sunda Kecil">Kepulauan Sunda Kecil</a>, berturut-turut ke timur adalah, pulau <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lombok" title="Lombok">Lombok</a>, pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumbawa" title="Sumbawa">Sumbawa</a>, pulau <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Flores" title="Flores">Flores</a>, pulau <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Solor&action=edit&redlink=1" title="Solor (halaman belum tersedia)">Solor</a>, pulau <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alor" title="Alor">Alor</a>; dan sedikit ke arah selatan yaitu pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sumba" title="Sumba">Sumba</a>, pulau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timor" title="Timor">Timor</a><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sawu&action=edit&redlink=1" title="Sawu (halaman belum tersedia)">Sawu</a> yang merupakan titik terselatan gugusan Kepulauan Sunda Kecil.</b> dan pulau </i></div><div style="color: lime;"><i><b>Kepulauan Sunda Kecil merupakan barisan gunung berapi aktif dengan tinggi sekitar 2.000 sampai 3.700 meter diatas permukaan laut. Diantaranya yang terkenal adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Agung" title="Gunung Agung">Gunung Agung</a> di Bali, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Rinjani" title="Gunung
Rinjani">Gunung Rinjani</a> di Lombok, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tambora" title="Gunung
Tambora">Gunung Tambora</a> di Sumbawa dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Lewotobi" title="Gunung
Lewotobi">Gunung Lewotobi</a> di Flores. Kesuburan tanah di Kepulauan Sunda Kecil sangat bervariasi dari sangat subur di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Bali" title="Pulau Bali">Pulau Bali</a> hingga kering tandus di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Timor" title="Pulau Timor">Pulau Timor</a>. Di bagian utara gugus kepulauan dibatasi oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Flores" title="Laut Flores">Laut Flores</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Banda" title="Laut Banda">Laut Banda</a> dan di selatan gugus kepulauan ini dibatasi oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudera_Hindia" title="Samudera Hindia">Samudera Hindia</a>. Di bagian barat Kepulauan Sunda Kecil dipisahkan dengan pulau Jawa oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Bali" title="Selat Bali">Selat Bali</a><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Banda" title="Laut Banda">Laut Banda</a>) dan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Leste" title="Timor Leste">Timor Leste</a> berbatasan darat di pulau Timor.</b> dan di bagian timur, berbatasan dengan Kepulauan Maluku dan Irian (dipisahkan oleh </i></div><div style="color: lime;"><i><b>Berdasarkan kehidupan flora dan fauna maka sebenarnya pulau Bali masih termasuk Kepulauan Sunda Besar karena garis Wallace dari Selat Makassar di utara melintasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selat_Lombok" title="Selat Lombok">Selat Lombok</a> ke selatan, memisahkan pulau Bali dengan gugusan Kepulauan Sunda Kecil lainnya di zaman es.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Hutan di Kepulauan Sunda Kecil sangat sedikit, bahkan semakin ke timur gugus pulau maka hutan telah berganti dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sabana" title="Sabana">sabana</a>; demikian juga kepadatan populasi di Kepulauan Sunda kecil sangat bervariasi, dari sangat padat di pulau Bali dan semakin ke timur gugus pulau maka kepadatan penduduk semakin jarang. Secara geologik, kawasan Sunda Kecil juga termasuk labil karena dilintasi oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patahan_kerak_bumi&action=edit&redlink=1" title="Patahan kerak bumi (halaman belum tersedia)">patahan kerak bumi</a> di selatan gugusan Kepulauan Sunda Kecil yang merupakan lanjutan patahan kerak bumi diselatan pulau Jawa. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komodo" title="Komodo">Komodo</a>, reptilia terbesar di dunia terdapat di pulau Komodo, salah satu pulau di kepulauan Sunda kecil. <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Danau_Tiga_Warna&action=edit&redlink=1" title="Danau Tiga Warna (halaman belum tersedia)">Danau Tiga Warna</a>, merupakan kawasan yang sangat unik juga terdapat di Kepulauan Sunda Kecil, yaitu di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores" title="Pulau Flores">Pulau Flores</a>.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Saat ini secara administratif pemerintahan Kepulauan Sunda kecil dibagi atas 3 provinsi yaitu: *<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali">Bali</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Barat" title="Nusa
Tenggara Barat">Nusa Tenggara Barat</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur" title="Nusa
Tenggara Timur">Nusa Tenggara Timur</a>.</b></i></div><h3 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=8" title="Sunting bagian: Kepulauan Maluku dan Irian">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Kepulauan_Maluku_dan_Irian">Kepulauan Maluku dan Irian</span></b></i></h3><div style="color: lime;"><i><b>Kepulauan Maluku dan Irian, terdiri dari 1 pulau besar yaitu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Irian" title="Pulau Irian">pulau Irian</a> dan beberapa pulau sedang seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Halmahera" title="Pulau
Halmahera">pulau Halmahera</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Seram" title="Pulau Seram">pulau Seram</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Buru" title="Pulau Buru">pulau Buru</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kepulauan_Kei&action=edit&redlink=1" title="Kepulauan Kei (halaman belum tersedia)">Kepulauan Kei</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanimbar&action=edit&redlink=1" title="Tanimbar (halaman belum tersedia)">Tanimbar</a> serta ribuan pulau-pulau kecil lainnya baik berpenghuni maupun tidak. <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_Weber" title="Garis Weber">Garis Weber</a> memisahkan kawasan ini atas dua bagian yaitu Irian dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Australia" title="Australia">Australia</a> dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Maluku" title="Kepulauan
Maluku">kepulauan Maluku</a> sehingga di kepulauan Maluku, flora dan fauna peralihan sedangkan di <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irian" title="Irian">Irian</a>, flora dan fauna Australia.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Sebagian besar kawasan ini tertutup <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hutan_tropik_primer&action=edit&redlink=1" title="Hutan tropik primer (halaman belum tersedia)">hutan tropik primer</a> dan sekunder yang lebat, kecuali di kepulauan Tanimbar dan Aru merupakan semak dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sabana" title="Sabana">sabana</a>. Gunung berapi yang tertinggi di kepulauan Maluku adalah <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_Binaiya&action=edit&redlink=1" title="Gunung Binaiya (halaman belum tersedia)">Gunung Binaiya</a>, setinggi 3.039 meter; sedangkan di pulau Irian pegunungan berapi aktif memlintang dari barat ke timur pulau, gunung yang tertinggi adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Puncak_Jaya" title="Puncak
Jaya">Puncak Jaya</a> setinggi 5.030 meter di atas permukaan laut.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Pulau Irian juga merupakan pulau dengan kepadatan penduduk yang paling jarang di Indonesia, yaitu sekitar 2 orang per kilometer persegi. Secara geologik, kawasan Maluku dan Irian juga termasuk sangat labil karena merupakan titik pertemuan tumbukan ketiga lempeng kerak bumi, Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Palung_laut&action=edit&redlink=1" title="Palung laut (halaman belum tersedia)">Palung laut</a> terdalam di Indonesia terdapat di kawasan ini, yaitu <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Palung_Laut_Banda&action=edit&redlink=1" title="Palung Laut Banda (halaman belum tersedia)">Palung Laut Banda</a>, kedalaman sekitar 6.500 meter dibawah permukaan laut.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Saat ini secara administratif pemerintahan Kepulauan Maluku dan Irian dibagi atas:</b></i></div><ul style="color: lime;"><li><i><b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku_Utara" title="Maluku
Utara">Maluku Utara</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" title="Maluku">Maluku</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat" title="Papua Barat">Papua Barat</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Irian_Jaya" title="Irian Jaya">Irian Jaya</a></b></i></li>
</ul><h2 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=9" title="Sunting bagian: Iklim">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Iklim">Iklim</span></b></i></h2><div style="color: lime;"><i><b>Indonesia mempunyai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Iklim_tropik_basah&action=edit&redlink=1" title="Iklim tropik basah (halaman belum tersedia)">iklim tropik basah</a> yang dipengaruhi oleh <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angin_monsun" title="Angin monsun">angin monsun</a> barat dan monsun timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara kering, membawa sedikit uap air. Suhu udara di dataran rendah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai 28 derajat Celsius sepanjang tahun.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Namun suhu juga sangat bevariasi; dari rata-rata mendekati 40 derajat Celsius pada musim kemarau di <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lembah_Palu&action=edit&redlink=1" title="Lembah Palu (halaman belum tersedia)">lembah Palu</a> - Sulawesi dan di pulau Timor sampai di bawah 0 derajat Celsius di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pegunungan_Jayawijaya" title="Pegunungan Jayawijaya">Pegunungan Jayawijaya</a> - Irian. Terdapat salju abadi di puncak-puncak pegunungan di Irian: Puncak Trikora (Mt. Wilhelmina - 4730 m) dan Puncak Jaya (Mt. Carstenz, 5030 m).</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Ada 2 musim di Indonesia yaitu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musim_hujan" title="Musim hujan">musim hujan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musim_kemarau" title="Musim kemarau">musim kemarau</a>, pada beberapa tempat dikenal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancaroba" title="Pancaroba">musim pancaroba</a>, yaitu musim di antara perubahan kedua musim tersebut.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Curah hujan di Indonesia rata-rata 1.600 milimeter setahun, namun juga sangat bervariasi; dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai sekitar 500 milimeter setahun di daerah Palu dan Timor. Daerah yang curah hujannya rata-rata tinggi sepanjang tahun adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, sebagian Jawa barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Delta_Mamberamo&action=edit&redlink=1" title="Delta Mamberamo (halaman belum tersedia)">delta Mamberamo</a> di Irian.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Setiap 3 sampai 5 tahun sekali sering terjadi <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=El-Nino&action=edit&redlink=1" title="El-Nino (halaman belum tersedia)">El-Nino</a> yaitu gejala penyimpangan cuaca yang menyebabkan musim kering yang panjang dan musim hujan yang singkat. Setelah El Nino biasanya diikuti oleh La Nina yang berakibat musim hujan yang lebat dan lebih panjang dari biasanya. Kekuatan El Nino berbeda-beda tergantung dari berbagai macam faktor, antara lain indeks Osilasi selatan atau <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Southern_Oscillation&action=edit&redlink=1" title="Southern Oscillation (halaman belum tersedia)">Southern Oscillation</a>.</b></i></div><h2 style="color: lime;"><i><b><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Geografi_Indonesia&action=edit&section=10" title="Sunting bagian: Data-data geografis">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline" id="Data-data_geografis">Data-data geografis</span></b></i></h2><div style="color: lime;"><i><b>Lokasi: Sebelah tenggara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asia" title="Asia">Asia</a>, di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Melayu" title="Kepulauan
Melayu">Kepulauan Melayu</a> antara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Hindia" title="Samudra
Hindia">Samudra Hindia</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Pasifik" title="Samudra
Pasifik">Samudra Pasifik</a>.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Koordinat_geografis" title="Koordinat geografis">Koordinat geografis</a>: 6°<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/LU" title="LU">LU</a> - 11°08'<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/LS" title="LS">LS</a> dan dari 95°'<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/BT" title="BT">BT</a> - 141°45'<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/BT" title="BT">BT</a></b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Referensi peta: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Tenggara" title="Asia Tenggara">Asia Tenggara</a></b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Wilayah:<br style="clear: both;" />total darat:</b> <b> 1.922.570 km²<br style="clear: both;" />daratan non-air:</b> <b> 1.829.570 km²<br style="clear: both;" />daratan berair:</b> <b> 93.000 km²<br style="clear: both;" />lautan:</b> <b> 3.257.483 km²</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Garis batas negara: SQZ<br style="clear: both;" />total:</b> <b> 2.830 km: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia">Malaysia</a> 1.782 km, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Nugini" title="Papua Nugini">Papua Nugini</a> 820 km, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Leste" title="Timor Leste">Timor Leste</a> 228 km<br style="clear: both;" />Negara tetangga yang tidak berbatasan darat:</b> <b> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India">India</a> di barat laut Aceh, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Australia" title="Australia">Australia</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura" title="Singapura">Singapura</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina" title="Filipina">Filipina</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vietnam" title="Vietnam">Vietnam</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand" title="Thailand">Thailand</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei_Darussalam" title="Brunei
Darussalam">Brunei Darussalam</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kamboja" title="Kamboja">Kamboja</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand" title="Thailand">Thailand</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Birma" title="Birma">Birma</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palau" title="Palau">Palau</a></b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Garis pantai: 54.716 km</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Klaim kelautan: diukur dari garis dasar kepulauan yang diklaim<br style="clear: both;" />zona ekonomi khusus:</b> <b> 200 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mil_laut" title="Mil laut">mil laut</a><br style="clear: both;" />laut yang merupakan wilayah negara:</b> <b> 12 mil laut</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Cuaca: tropis; panas, lembab; sedikit lebih sejuk di dataran tinggi</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Dataran: kebanyakan dataran rendah di pesisir; pulau-pulau yang lebih besar mempunyai pegunungan di pedalaman</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Tertinggi & terendah:<br style="clear: both;" />titik terendah:</b> <b> Samudra Hindia 0 m<br style="clear: both;" />titik tertinggi:</b> <b> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Puncak_Jaya" title="Puncak Jaya">Puncak Jaya</a> 5.030 m</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Sumber daya alam: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_tanah" title="Minyak tanah">minyak tanah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu" title="Kayu">kayu</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gas" title="Gas">gas</a> alam, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kuningan" title="Kuningan">kuningan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Timah" title="Timah">timah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bauksit" title="Bauksit">bauksit</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tembaga" title="Tembaga">tembaga</a>, tanah yang subur, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara" title="Batu bara">batu bara</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Emas" title="Emas">emas</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perak" title="Perak">perak</a></b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Kegunaan tanah:<br style="clear: both;" />tanah yang subur:</b> <b> 9,9%<br style="clear: both;" />tanaman permanen:</b> <b> 7,2%<br style="clear: both;" />lainnya:</b> <b> 82,9% (perk. 1998)</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Wilayah yang diairi: 48.150 km² (perk. 1998)</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Bahaya alam: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir" title="Banjir">banjir</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kemarau" title="Kemarau">kemarau</a> panjang, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami" title="Tsunami">tsunami</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi" title="Gempa bumi">gempa bumi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi" title="Gunung berapi">gunung berapi</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kebakaran_hutan" title="Kebakaran
hutan">kebakaran hutan</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gunung_lumpur&action=edit&redlink=1" title="Gunung lumpur (halaman belum tersedia)">gunung lumpur</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor" title="Tanah longsor">tanah longsor</a>.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Lingkungan - masalah saat ini: <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penebangan_hutan&action=edit&redlink=1" title="Penebangan hutan (halaman belum tersedia)">penebangan hutan</a> secara liar/pembalakan hutan; <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Polusi" title="Polusi">polusi</a> air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur.</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Lingkungan - persetujuan internasional:<br style="clear: both;" />bagian dari:</b> <b> Biodiversitas, Perubahan Iklim, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi Kapal, Perkayuan Tropis 83, Perkayuan Tropis 94, Dataran basah<br style="clear: both;" />ditanda tangani, namun belum diratifikasi:</b> <b> Perubahan Iklim - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Protokol_Kyoto" title="Protokol
Kyoto">Protokol Kyoto</a>, Pelindungan Kehidupan Laut</b></i></div><div style="color: lime;"><i><b>Geografi - catatan: di kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau" title="Pulau">pulau</a> (6.000 dihuni); dilintasi <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katulistiwa" title="Katulistiwa">katulistiwa</a>; di sepanjang jalur pelayaran utama dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik</b></i></div>bangkong ngamah gulehttp://www.blogger.com/profile/01937109202833226651noreply@blogger.com0